Assalamualaikum. Judulnya kok gitu amat sih? Ya emang saya tertipu review jalur yang ada di video salah satu channel YouTube. Yang ditayangkan hanya secuil, saya kira jalurnya ya cuma nanjak dan turun tipis tipis. Ternyata kenyataan tidak seindah di reel Instagram atau video di YouTube. Treking di Curug Lawe itu puanjaaang dan laamaaaaa.
Bagi orang yang usianya masih muda, treking ke curug Lawe mungkin biasa aja. Meski tak dipungkiri kemarin ada juga dan banyak anak usia belasan atau awal 20an yang keteteran jalannya seperti kami. Gaya-gayaan, berhenti dan ambil foto, cekrek, hahahaaa. Alasannya ambil foto, selfie, aslinya sih tarik napas panjang agar engap berkurang.
Kata suami,"Andai tahu jalannya sejauh ini, aku nggak bakal kesini,"
Hahahaa, saya ngakak denger ucapan suami sepulang dari Curug Lawe. Meski tak dipungkiri kami berdua sangat menikmati perjalanan berangkat dan pulang dari Curug Lawe. Tapi memang jalannya jauh banget. Kalo baca review di google, rata-rata orang bilang jalurnya sekitar 2 km. Nonton di beberapa video channel YouTube pun juga testimoninya sama.
Namun mengapa alat pengukur langkah yang saya pakai, menunjukkan 3,4 km jarak dari gapura bertuliskan CLBK menuju Curug?
Oiya, CLBK bukan kependekan dari Cinta Lama Bersemi Kembali yaa. Tapi Curug Lawe Benowo Kalisidi.
Ya udah lah ya, terlanjur basah jadinya kami tetap lanjut jalan dong. Yuk baca cerita saya bersama suami menyusuri treking menuju Curug Lawe.
Tiket Masuk
Harga tiket untuk per orang 11.000, saya dan suami dikenakan 22k. Untuk parkir kendaraan roda dua 3.000, roda empat 5.000, dan roda enam 10.000.
Lahan parkir cuku luas untuk menampung beberapa mobil dan kendaraan roda dua. Pagi itu pengunjung yang datang ramai terlihat dari tempat parkir yang penuh.
Menyusuri Jalur Panjang Curug Lawe
Curug Lawe berada di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat. Lebih tepatnya RT.01/RW.06, Hutan, Kalisidi, Kec. Ungaran Bar., Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50519.
Setelah bertemu Kantor Kecamatan Gunung Pati, kalian maju aja sedikit dan belok ke kiri jika dari arah Ungaran. Setelah itu ikuti petunjuknya. Kalo suami kemarin pakai GPS di HP atau GPS dalam arti lain, yaitu Gunakan Penduduk Sekitar. Hahahaa.
Akses jalan sebagian mulus, walaupun di beberapa titik ada jalan yang tidak rata, alias rusak tapi enggak parah.
Sisi kanan dan kiri jalan adalah rumah penduduk, dengan tanaman hias yang terlihat subur dengan warna cantik. Tanaman keras dan buah ada juga yang ditanam di pekarangan rumah. Ada warung makan, sembako, bahkan mendekati tempat wisata terdapat beberapa usaha ternak ayam.
Memasuki desa Kalisidi jalanan lumayan menanjak dengan pemandangan yang cantik. Jalan yang berkelok mengikuti jalan kampung, kadang lewat pertigaan juga. Namun tenang saja petunjuk jalannya ada di setiap percabangan.
Mendekati lokasi wisata, vegetasi berganti dengan perkebunan, kebanyakan tanaman cengkeh. Namun ada juga tanaman kopi, jati, berbagai jenis tanaman lainnya.
Setelah melintas perkebunan yang cantik, penunjuk mengarah pada gerbang bertuliskan Curug Lawe Benowo Kalisidi. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di lokasi curug. Eh tapi ini baru sampai lokasi tiket ya, curugnya masih harus jalan lumayan jauh. Suami langsung parkir motor (iya kami sengaja memilih naik motor berdua) dan menuju tempat penjualan tiket.
Kecantikan Pemandangan Sepanjang Jalur Curug Lawe
Setelah tiket di tangan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pintu masuk rimba Curug. Dari loket tiket, jalan berupa cor beton di dua sisi dengan dipisahkan tanah berumput di bagian tengah.
Setelah melewati jalan cor kurang lebih 300 meter, pengunjung diarahkan belok kiri dan bertemu gapura bertuliskan CLBK. Sebelum menuruni anak tangga dengan pegangan di sisi kiri, saya dan suami foto dulu. Ada sesama pengunjung yang membantu kami mengambil gambar. Ceritanya saya menawarkan satu keluarga yang akan foto welfie.
"Mari saya bantu ambil gambarnya, Pak,"
Ihhh modus ya, ahahahaa. Ya gak apa sih, kan saling membantu teman seperjalanan. Mereka senang bisa dapat hasil foto keluarga yang bagus, saya pun juga.
Kelihatan kan pegangan tangga di belakang kami berdiri? |
Setelah puas foto-foto, saya dan suami mulai berjalan turun lewat anak tangga. Lumayan sih agak berjarak dengan kemiringan yang tajam. Untuk kamu yang memiliki masalah persendian, nampaknya bakal butuh effort deh.
Treking awal sesudah gapura CLBK |
Setelah anak tangga terakhir, perjalanan masih aman. Kanan dan kiri jalur itu jurang dan selokan yang merupakan jalur irigasi. Airnya jernih sampai terlihat ikan kecil yang berenang.
Pastikan selalu hati-hati kalau melangkah menyusuri jalan setapak ini. Karena sisi kanan adalah selokan yang kedalamannya lumayan meski airnya cukup dangkal. Sisi kiri langsung jurang yang dalam tanpa ada pengaman atau pembatas sedikitpun.
Sebelum treking ini, saya sempat nonton video perjalanan ke Curug Lawe di YouTube. Jadi sejak awal saya udah mempersiapkan nyali berjalan di jalur yang cukup bikin jantung dag-dig-dug. Pokoknya sepanjang jalan isinya dzikir deh, Masya Allah.
Meski jalur di awal perjalanan cukup menguji nyali, saya dan suami tetap menikmati sepanjang jalan. Rindangnya pepohonan di kiri jalan, udara yang bersih dan segar, suara alam yang menenangkan hati, mampu menenggelamkan rasa ngeri melihat area jurang.
Apalagi saat berjalan nggak sampai 400 meter udah ketemu jembatan yang viral di sosial media. Iya jembatan cinta namanya. Jembatan yang terbuat dari kayu dan besi itu mampu membangkitkan semangat saya. Aslinya agak ngeri sih karena di bawah jembatan itu jurang yang nggak terlihat kedalamannya. Pagar pengaman juga cuma satu sisi.
Jembatan cinta dicat warna merah dan terdapat tempat selfie di bagian tengah. Di mana pun bagian jembatan merupakan titik favorit pengunjung untuk ngambil foto. Saya pun tak mau ketinggalan ikut foto selfie sendiri. Biasa lah, suami susah diajakin foto bareng.
Selepas jembatan kami bertemu dengan sungai dan ada jembatan kecil yang hanya cukup untuk satu orang. Bila ada orang yang ingin menyeberang dari sisi berlawanan, harus bergantian. Karena jembatan ini tanpa pagar pembatas.
Berpikir mau turun, begitu ngeliat jalur menanjak di belakang Tapi bohong, karena saya masih semangat naik |
Treking di jalur ini memang dibutuhkan nyali, pantang menyerah, dan kehati-hatian. Banyak jalur yang membutuhkan kewaspadaan, nggak boleh lengah pokoknya.
Setelah menyeberang, kami langsung berhadapan dengan jalur menanjak yang terdiri dari ban bekas. Saya dan suami masih semangat. Nggak sia-sia deh setiap hari kami rutin jalan kaki minimal 3,5 km, bahkan di akhir pekan bisa mencapai 5 km. Jadi hingga separoh perjalanan belum merasa engap dan lelah.
Terlebih sepanjang perjalanan itu pemandangan begitu indah. Sepanjang jalur kita akan disuguhi pohon yang rindang dan anak sungai dengan air yang jernih.
Jadi kalo lelah, kamu bisa rehat dan bermain air atau foto-foto. Kalo kamu suka ngonten, pasti akan sering berhenti untuk ngambil foto atau video. Kami sih sering lupa ngambil foto saking terpesona dengan hutannya yang keren banget.
Jalur menuju lokasi curug itu memiliki berkali kali tanjakan dan turunan. Saya sampai nggak mau berekspektasi kapan sampe Curug. Dijalanin aja, ntar kalo emang udah saatnya juga bakal tiba di lokasi.
Bersyukur pengelola CLBK ini sangat peduli dengan kebutuhan pengunjung soal makanan dan minuman. Di beberapa titik pendakian terdapat warung yang menyediakan beragam jajanan dan minuman. Saya dan suami datang saat hari Minggu, jadi warung yang jualan ada 4. Kalo hari biasa apakah jualan atau libur, saya kurang tahu.
Pengelola juga menyiapkan toilet, tempat untuk rehat di beberapa titik, musholla, dan tempat sampah. Salut loh pada pihak pengelola CLBK karena sepanjang jalur itu cukup bersih dari sampah. Saya hanya menjumpai sampah satu dua plastik kemasan entah jajanan apa di jalur. Artinya pengelola cukup rajin menginspeksi sampah di sepanjang jalur.
Setelah berjalan selama 40 menit, kami bertemu sebuah percabangan. Ada papan petunjuk yang menjelaskan dua pilihan. Bila ingin ke Curug Lawe ambilah ke arah kanan, namun kalo ingin ke Curug Benowo ambilah ke arah kiri.
Ya, Curug Lawe dan Benowo merupakan dua buah curug yang berbeda, namun lokasinya berdekatan. Dari papan petunjuk tersebut, Curug Lawe memiliki jarak yang sedikit lebih jauh dari persimpangan tadi. Tapi, entah mengapa sepertinya Curug Lawe lah yang lebih sering dikunjungi. Dan itu terlihat dari banyaknya pengunjung yang ngambil arah kanan seperti kami.
Dari persimpangan jarak yang harus ditempuh menuju Curug Lawe masih 800 meter lagi. Ayuk semangat!
Tanjakan terakhir yang paling terjal menghadang langkah kami. Hmmm, ingin berhenti sebenarnya. Namun beberapa pengunjung yang kami jumpai saling menyemangati.
"Semangat, Ibuk.. bentar lagi sampai di curug. Ini tanjakan terakhir,"
Ucapan semangat yang sering saya dapatkan dari sesama pengunjung ini mampu menyuntikkan energi dari hati turun ke kaki. Terlebih saat suara deburan air yang tajam tertangkap Indra pendengaran. Kaki auto bergegas menapak di jalur yang basah karena gerimis yang cukup deras.
Iya, setelah anak tangga terakhir, kami menjumpai satu jembatan di atas sungai kecil yang deras. Mendadak gerimis luruh ke bumi. Tadinya kami santai aja tetap berjalan. Eh makin deras juga airnya, hingga kami harus memakai jas hujan. Beruntung saat itu ada batu atau tebing tinggi yang bisa jadi tempat berteduh sambil memakai jas hujan.
Kemudian kami berjalan lagi hingga akhirnya tiba di Curug Lawe. Ketinggian curug yang gagah dengan curahan air deras dan kencang memang sangat mempesona. Sayangnya saat itu gerimis masih setia menemani, jadi kami foto dengan memakai jas hujan, hahaha.
Saya dan suami nggak berlama-lama di curug. Di samping hujannya makin deras, kami memilih istirahat makan siang di warung yang aman dari hujan. Maaf ya saat di warung kami nggak foto-foto. Karena kami sungkan dengan pengunjung lainnya yang tengah menikmati suasana jajan di hutan.
Tips Treking ke Curug Lawe
Kalo kamu ingin jalan-jalan ke Curug Lawe, perhatikan beberapa hal berikut ini yaa.
- Pakai pakaian yang nyaman dan menyerap keringat.
- Gunakan sepatu untuk treking, jangan pakai sandal jepit.
- Bawa bekal secukupnya, jangan lupa air minum yang cukup
- Bawa obat-obatan yang sekiranya dibutuhkan bila ada keadaan darurat
- Kondisi tubuh harus fit karena treking ke curug ini nggak main-main. Fisik kalian harus kuat sehingga nggak akan merepotkan orang di jalur trek.
- Perhatikan jalur, hati-hati selalu karena di titik awal ada beberapa ruas trek yang pinggirnya itu jurang.
Misal kalian kurang tidur, jangan langsung treking. Mending istirahat sebentar atau minum kopi, makan permen agar mata waspada.
Kalian yang usianya seperti saya (56 tahun), tetap bisa treking sepanjang udah mempersiapkan diri dengan rutin jalan atau joging. Jadi jangan galau, yang penting siapkan fisik sehat dan bugar.
Sekian ya cerita saya dan suami yang sukses treking menyusuri jalur trek Curug Lawe yang katanya pendek. Ternyata kami kena prank. Jalurnya Masya Allah panjang banget. Alhamdulillah kami aman aja berjalan berangkat dan pulangnya. Next trip kemana lagi enaknya? Kasih saran di kolom komentar ya, wassalamu'alaikum.
Tidak ada komentar: