Assalamualaikum Sahabat. Apa kabarnya, semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan bahagia. Kebahagiaan orang tua adalah menjadi saksi perkembangan anak-anaknya, dari lahir hingga dewasa. Bersyukur banget kalo kita diberi kesempatan mendampingi mereka tumbuh menjadi orang dewasa dan menikahkannya.
Namun seperti kebanyakan orang tua, terutama ketika anaknya beranjak dewasa, bisa melihat mereka bekerja usai lulus sekolah atau kuliah. Bagi saya semua pekerjaan itu baik sepanjang halal. Menjadi petugas keamanan, salesman, guru, jualan online, boleh aja.
Si sulung udah pernah bekerja sebagai sales untuk produk jaringan internet. Namun saat dia menuturkan keinginan untuk menikah, sedang dalam kondisi nganggur.
Saya pernah bercerita di blog ini bagaimana terkejutnya saat si sulung mengutarakan keinginannya menikah.
Silakan baca : Pesan Ibu Untuk Anak Laki-laki Yang Akan Melepas Masa Lajang
Yah gimana nggak terkejut kalo posisi si sulung belum bekerja, masa ingin menikah?
Namun setiap orang pasti memiliki jalan rejekinya masing-masing, dan ini saya yakini. Alhamdulillah si sulung mendapat pekerjaan lagi usai menuturkan keinginannya menikah.
Mencari Yang Mau Test HIV Gratis
picture by kompas |
Ya, meskipun gratis, banyak banget orang yang menolak ketika ditawari ikut test HIV ini. Saya nggak heran sih karena gaya pergaulan anak muda sekarang yang nggak takut penyakit kelamin apalagi dosa!
Saya masih ingat dengan berita yang viral awal pertengahan tahun 2022 tentang ditemukannya kasus HIV pada mahasiswa. Yang menjadi perhatian banyak kalangan adalah, cukup banyak yang mengidap HIV tapi tidak pernah ketahuan.
Semacam gunung es, yang mau dan berani periksa biasanya karena merasakan sakit yang tidak kunjung sembuh, seperti sariawan atau diare. Jadi lebih banyak lagi yang tidak mau ikut test HIV karena takut hasilnya positif.
Seperti yang dituturkan si sulung yang udah 2 tahun lebih menjadi agen pencari orang yang mau ikut test HIV gratis wilayah Semarang.
"Banyak yang nolak ketika aku tawari, padahal ini gratis loh."
"Mungkin malu atau takut ketahuan kalo sakit HIV," cetus saya kala itu.
"Yaaa kalo takut sakit harusnya mau diperiksa. Misal nih, dia positif HIV, nantinya akan masuk dalam peserta konsultasi gratis termasuk perawatannya juga. Semua obat gratis loh, Buk,"
Saya waktu itu bilang, tidak semudah itu memang membujuk orang yang kehidupannya sembrono. Orang yang dengan mudah berganti pasangan, melakukan hubungan intim dengan sembarang orang, pasti takut kalo diajak ikut test HIV.
Gejala HIV dan Cara Penularannya
Infeksi HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah penyakit yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika tidak diobati sejak tahap awal, infeksi HIV bisa berkembang menjadi AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome.
Berikut gejala awal HIV:
- Sakit kepala
- Demam
- Badan mudah lelah, padahal tidak banyak beraktivitas dan sudah cukup tidur
- Nyeri sendi
- Tidak nafsu makan
- Kelenjar getah bening bengkak
- Sakit tenggorokan
- Ruam
- Nyeri otot
- Kerap muncul sariawan di mulut
- Ada borok atau luka bernanah di alat kelamin
- Sering berkeringat di malam hari, padahal cuaca tidak membuat gerah
- Kerap diare
- Tidak enak badan
- Mual
Yang perlu diketahui pada tahap awal HIV, gejala yang muncul itu cukup mirip dengan flu maupun infeksi virus lain. Penderita baru merasakan gejala awal HIV selang dua sampai enam minggu setelah tertular virus ini. Dengan adanya kondisi ini tak sedikit HIV yang berkembang ke tahap kedua dan tahap akhir atau AIDS.
Karena bila kalian menderita HIV, dan tidak segera diobati dengan obat anti-retro-viral (ARV) sejak tahap awal, akan menggerogoti sistem daya tahan tubuh. Dampaknya cukup bikin ngeri sih. Karena penderita HIV cukup mudah terkena infeksi parah saat terpapar kuman penyakit seperti virus, bakteri, dan jamur.
Cara penularan HIV
Menurut laman HIV, seseorang hanya bisa tertular infeksi ini jika melakukan kontak langsung dengan cairan tubuh pengidap.
Cairan tubuh tersebut termasuk:
- Darah
- Air mani dan cairan pra-mani
- Cairan rektal atau cairan dari bagian usus besar yang berada di akhir dan mengarah ke anus
- Cairan vagina
- ASI
Sebagai ibu, awalnya saya banyak bertanya pada si sulung tentang tugasnya sebagai agen pencari orang yang mau test HIV gratis. Termasuk apakah dia akan menemani selama test, pengobatan (bila diketahui positif), dan seterusnya.
Namun si sulung menjelaskan kalo tugasnya hanya mencari orang yang mau ikut test HIV. Untuk test dilakukan oleh tenaga medis yang ada di puskesmas yang ada di seluruh kota Semarang. Kemudian untuk hasil test pun, akan diserahkan pada yang menjalani test HIV. Si sulung nggak bakal tahu hasil test nya karena tidak memiliki wewenang.
Si sulung saat awal melamar kerja dulu juga saya nggak tahu. Saya tahu ketika dia dipanggil untuk persiapan pelatihan. Sebelumnya dia memang beberapa kali minta doa bila ikut seleksi tahap awal seperti psikotest, wawancara yang semua dilakukan secara online. Oia kalian bisa juga baca artikel mba Sylvianayy yang mengulas cara melamar kerja di shinbi house.
Si sulung membagikan tips melamar kerja (saat itu masih masa pandemi) yang kebanyakan waktu itu via online, tampil percaya diri saat wawancara. Meski via zoom, tetap harus tampil rapi, berbicara dengan artikulasi yang jelas dan bersikap ramah. Sekian cerita saya tentang pekerjaan si sulung. Wassalamualaikum.
Sumber Materi :
- Wawancara dengan narasumber
- https://kmp.im/plus6
Wah kenapa ya pada takut dites HIV padahal udah digratisin? Justru kalau ketahuan di awal kan bisa ditreatment secepat mungkin, dibandingkan kalau sudah parah malah lebih rumit pengobatannya. Gejala awalnya seperti saki-sakit biasa ya, demam sakit kepala gitu, padahal bisa jadi tanda-tanda HIV.
BalasHapusbiasanya sih yang takut tuh yang (minimal) pada pergaholan bebas, Amit-amit jabang bayi, naudzubillah min dzalik. Ya Allah, rasanya masih punya anak kecil, jauhkan keluarga kami dari hal-hal keburukan dunia, pergaholan yang nyeleneh-nyeleneh T_T
BalasHapusKemungkinan pada takut tes karena tahu HIV belum ada obat yg total menyembuhkan, jdnya pd memilih untuk tetap tidak tahu. Kemungkinan juga pada takut stigma pengidap HIV yg dianggap suka "jajan" diluar.
BalasHapusMemang butuh lebih banyak edukasi soal HIV ini kepada masyarakat Indonesia ya biar lebih aware Dan mau untuk memeriksakan diri ketika ditemukan gejala-gejalanya.