Assalamualaikum Sahabat. Setiap manusia lahir di dunia akan menjalani proses kehidupan yang nyaris sama. Mulai lahir, tumbuh berkembang menjadi dewasa, kemudian menikah, memiliki anak dan seterusnya. Ini hal biasa dalam kehidupan. Dan saya akan menjalankan proses selanjutnya ketika memiliki anak yang udah masuk usia dewasa. InsyaAllah si sulung berniat ingin menyempurnakan agamanya dengan menikah
Gadis pilihannya udah dikenalkan pada kami sekeluarga sejak dua tahun lalu. Antara haru, bahagia, juga agak cemas sebenarnya, mungkin seperti orang tua umumnya yang akan melepas anaknya untuk memasuki hidup berumah tangga. Apalagi ini adalah anak sulung, tentunya banyak harapan yang kami sematkan padanya.
Tanggal pernikahan sudah ditetapkan oleh anak-anak berdua, kami hanya menyetujui setelah mendengar alasan mereka. Sambil menanti hari H, sesekali saya dan suami pun memberi saran, nasihat, dan hal-hal yang perlu dilakukan si sulung. Beberapa hal sudah kami bicarakan dalam suasana santai dan tidak ada waktu khusus. Namun ada juga yang masih kami tahan dan rencananya akan kami sampaikan di sisa waktu jelang hari pernikahan mereka.
Berikut ini beberapa hal yang kami sampaikan pada si sulung sebelum menikah :
Persiapkan Finansial Sebelum Menikah
Kehidupan di dunia ini memang butuh persiapan finansial yang matang. Apalagi mau melamar anak gadis orang, tentunya dibutuhkan materi. Di sini maksudnya untuk menghargai seorang anak gadis orang yang sejak lahir dan dibesarkan menjadi seseorang perempuan untuk dipinang.
Memang ada hadist yang menyatakan bahwa menikah itu hendak lah meringankan si laki-laki. Namun namanya juga hidup dalam lingkungan di negeri yang menganggap pernikahan bukan hanya untuk dua orang. Ada keluarga besar yang akan bergabung dan mendoakan calon pengantin.
Jadi saat si sulung mengutarakan keinginannya untuk menikah, sebenarnya saya kaget. Karena saat itu dia bahkan tengah nganggur karena efek pandemi. Ya ada sih pemasukan sedikit dari jualan online dan kerjaan di channel youtube-nya. Namun pernikahan itu butuh biaya yang tidak sedikit dan saya yakin tabungan si sulung udah abis digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun saya mendadak ingat kalo seorang laki-laki berniat menikahi calon pasangannya, doakan mereka.
"Semoga anakku sebentar lagi mendapat pekerjaan yang gajinya bisa ditabung untuk biaya pernikahan,"
Doa saya diaminkan si sulung. Saya nggak nyangka, tidak butuh waktu lama, si sulung ngabari dia mendapat panggilan wawancara.
Sebenarnya selama nganggur itu, dia sesekali dapat panggilan wawancara namun selalu menjadi sales. Dan Masya Allah, selang sehari si sulung ngabari kalo dia diterima dan harus segera ikut pendidikan di salah satu hotel di Kota Semarang.
Saya takjub dengan janji Allah SWT yang langsung dihadirkan seketika niat si sulung menikah tercetus kala itu. Itu jeda waktunya nggak ada 2 minggu, beneran ya Masya Allah. Saya sampai nangis terharu dan mendoakan yang terbaik untuk pekerjaan si sulung yang ada hubungannya dengan kesehatan ini.
Saya yakin Allah azza wa jalla sudah mempersiapkan waktu terbaik untuk si sulung bisa mendapatkan pekerjaan ini. Dan akhirnya si sulung bisa mempersiapkan biaya pernikahan dengan menabung lagi setiap bulannya.
Persiapkan Spiritual Sebelum Menikah
Saya selalu menekankan pada si sulung agar lebih banyak lagi menyisihkan waktu belajar fiqih pada seorang ustadz. Sebagai seorang suami, laki-laki Muslim juga harus siap untuk memandang pernikahan sebagai salah satu cara beribadah kepada Allah.
Ibadah mempunyai aturan yang sudah disiapkan. Itu lah sebabnya si sulung saya harapkan mau mempelajari apa saja kewajibannya sebagai suami, apa yang menjadi hak istri, dan apa yang menjadi tanggungjawab seorang ayah terhadap anak-anaknya.
Saya bersyukur si sulung menemukan pendamping yang mengerti agama. Calon pendamping si sulung taat dan menjalankan ibadah dengan benar. Dari mana saya tahu? Sebagai ibu tentu saya memiliki intuisi tentang calon pendamping anak saya.
Persiapkan Mental Sebelum Menikah
Sebelum memasuki kehidupan berumah tangga, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh si sulung dan calonnya. Saya inginnya mereka tidak hanya fokus pada persiapan hari H atau wedding day. Bukan hanya sekadar tanggal, waktu, lokasi pernikahan, gaun dan jas pengantin, katering, hingga rencana bulan madu.
Selain materi ada juga hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan dan dipersiapkan, yaitu persiapan mental. Suami saya sesekali mengajak keduanya bicara dalam suasana santai (seringnya hanya si sulung yang diajak ngobrol).
Persiapan Mental yang perlu dilakukan adalah :
- Mulai Biasakan Dengan 'Kita'
Begitu menikah, dua orang yang saling menyayangi akan menjadi satu kata yaitu KITA. Namun tentunya masing-masing tetap akan memiliki hak privasi. Hal yang perlu diingat adalah, pernikahan itu dijalankan oleh dua orang yang memiliki tujuan yang sama yaitu membangun keluarga. Jadi tentunya butuh kerjasama dan mengesampingkan ego masing-masing. Sebuah pernikahan adalah dua pemikiran yang saling melengkapi tanpa ada saling menguasai.
- Memahami dan Menerima Perubahan Karena Pernikahan
Setelah menikah pasti akan ada banyak perubahan yang terjadi. Perubahan yang muncul bisa berupa skala prioritas, gaya hidup, pengeluaran bersama, dan tabungan. Bahkan bisa jadi cara memandang masing-masing bisa berubah. Mungkin selama masa pacaran atau penantian pernikahan, mulai terbuka sedikit demi sedikit. Namun saya yakin akan ada yang berubah begitu memasuki rumah tangga.
Agar tidak terjadi perbedaan pendapat di kemudian hari, saya meminta si sulung agar bersikap dewasa dan mengerti bahwa terdapat beberapa hal yang harus disikapi dari dua sisi. Saya berharap si sulung bisa menjadi suami yang menyayangi istrinya. Apabila ada permasalahan yang muncul, semoga dia bisa mengajak komunikasi yang baik dan jangan sampai ada kekerasan verbal.
Hal ini lah yang membuat saya dan suami ingin putra kami melihat hubungan ayah ibunya sebagai contoh. Sepanjang pernikahan kami, insya Allah belum pernah ada pertikaian yang menggemparkan hingga banting pintu ataupun benda. Ucapan yang keluar saat emosi pun juga jangan sampai menyakiti hati pasangan kami.
- Belajar Memaafkan Pasangan
Dalam pernikahan itu akan selalu ada masalah yang muncul. Namanya juga dua orang dengan pikiran yang tidak sama. Saudara kandung pun bisa saja bertikai meski terlahir dan mendapatkan pengasuhan yang sama. Apalagi dua anak manusia yang menjalin hubungan dalam satu pernikahan.
"Semua masalah selalu ada solusinya, jadi berpikir lah terbuka dan komunikasi yang baik dengan istrimu kelak," pesan ini saya tekankan pada si sulung.
Saya dan ayahnya menitipkan pesan, agar menjadi suami yang rendah hati, terbuka dengan saran yang disampaikan istri, dan memaafkan kesalahan yang ada. Manusia itu tempatnya salah. Sudah sewajarnya saling memaafkan dan jalin hubungan yang baik. Harapan saya si sulung bisa mengelola emosi dengan positif. Meski sejak kecil hingga sekarang saya belum pernah melihat si sulung emosional.
- Bicarakan Tujuan Pernikahan
Saya dan suami sering bercerita bagaimana kami dulu menikah. Kami membicarakan semua hal yang perlu diungkapkan sebelum memasuki pernikahan. Hal ini kami lakukan begitu anak-anak memasuki usia dewasa. Alasannya adalah kedua anak kami insya Allah akan menjadi pemimpin keluarga. Setidaknya dia yang akan menjadi penentu kebijakan dalam rumah tangganya dengan mendengar saran dari anggota keluarga termasuk pasangannya.
Mereka harus punya tujuan gimana pernikahan akan terwujud, apa impian mereka dan pasangannya masing-masing. Mereka tahu gimana saya dan ayahnya memiliki impian bisa berangkat haji selagi muda. Dan alhamdulillah impian itu bisa terwujud saat kami menunaikan ibadah haji tahun 2014 saat usia kami 46 dan 47 tahun. Saya inginnya mereka juga memiliki impian yang sama seperti kami di luar impian lainnya. Karena ibadah haji itu wajib bagi muslim yang mampu.
- Bicara Tentang Keuangan Keluarga
Sebelum menikah, calon pengantin wajib membicarakan masalah keuangan secara terbuka. Agar kelak ketika memasuki pernikahan, mereka tidak terguncang bila menemukan masalah keuangan.
Saya pun dulu melakukan hal ini. Saya ajak calon suami saat itu membicarakan keuangan kami. Berapa gaji kami berdua (saat itu saya belum tahu apakah akan resign), jumlah pengeluaran bulanan, tabungan kami, dan rencana keuangan kami di masa depan. Semua saya kupas tuntas meski awalnya calon suami enggan.
Namun saya memang nggak ingin terjadi ribut di kemudian hari apabila sebelum menikah tidak membicarakan masalah keuangan ini. Tahu kan kalo ribut-ribut tentang keuangan keluarga bisa menyulut emosi. Saling menyalahkan dan mau menang sendiri bisa saja terjadi.
Jadi alhamdulillah sepanjang pernikahan kami tidak pernah ribut masalah uang. Karena kami sudah bicarakan hal ini sebelum menikah, aman jadinya. Ketika ada masalah keuangan muncul, tinggal ambil solusi dan dibicarakan berdua.
---------------
Ahhh rasanya saya harus bersabar menanti hari H pernikahan anak saya yang sulung. Tentu saya dan suami menanti dengan memperbanyak doa dan dzikir. Tak lupa juga meminta bantuan doa pada kerabat yang tiap kali berjumpa menanyakan tentang kapan pernikahan si sulung. Mohon doanya ya sahabat, wassalamualaikum.
Aku baca ini serasa bener-bener dinasehatin. Terutama bagian tujuan pernikahan. Harus banyak-banyak banget ngobrol sama calon pasangan. Harus bahas banyak aspek, ya soal keuangan, pembagian tugas RT, gimana pola didik anak, interaksi dengan ipar dan mertua dsb.
BalasHapusTerus terang, melihat banyaknya masalah di luar sana yang menimpa pasangan bikin takut. Tapi ya mestinya aku juga harus melek kalau di luar sana yang bahagia juga ada.
tipsnya bagus banget kak, harusnya kaum adam pada baca ini dan juga semua mertua seperti ini, pasti dengan nasehat-nasehat matang dan bijak seperti ini dari keluarga laki-laki akan membuat pernikahan lebih siap dan matang saat menghadapi masalah, dan pastinya anak-anak yang mendapat nasehat seperti ini dari orangtuanya, kemungkinan besar adalah laki-laki hebat yang bijaksana dan baik, karena dididik oleh orangtua yang hebat juga, karena orangtua yang menasehati begini pasti orangtua yang bijaksana
BalasHapusAh bagus sekali kak
BalasHapusBeruntung sekali nanti menantunya
Anak laki-laki itu imam keluarga ya kak
Makanya saat menikah ya harus benar-benar bertanggung jawab dan bisa memimpin
Harus ingat tujuan pernikahan, sebab bahtera pernikahan g selalu tenang ya kak
wah nggak nyangka mbak sudah mau punya mantu. semoga lancar ya sampai hari H pernikahan anaknya.
BalasHapusPesan yang bagus banget buat anak laki-lakinya mbak, beruntung sekali anak laki-laki yang bisa mendapatkan pembekalan hidup berumah tangga seperti ini. Semoga bisa bahagia selalu kehidupan rumah tangganya ya .
BalasHapus