Assalamualaikum. Apa kabar semuanya, semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia ya. Saat ini anak-anak saya sudah dewasa semua, yang satu udah kerja dan ada rencana akan menikah tahun depan. Sementara adiknya saat ini tengah mengerjakan skripsi dan rencana semester berikutnya bisa sidang. Dia udah janji sebisa mungkin lulus tahun ini meski wisudanya tetap tahun depan. Nah agar semuanya lancar, kesehatan anak-anak penting dijaga dengan asupan nutrisi yang tepat.
Kalo mengingat perjalanan anak-anak saya sejak kecil hingga sekarang, fokus saya tidak hanya kesehatan fisik namun juga kesehatan mental mereka. Pendampingan yang saya dan suami lakukan sejak awal, mampu mendeteksi masalah yang muncul.
Seperti yang dialami si bungsu saat kelas 5 SD di salah satu sekolah negeri di Pedurungan Semarang. Dia mengalami bullying yang dilakukan oleh guru wali kelasnya. Ada dua lagi temannya yang ngalami hal sama, mungkin lebih kalo mendengar curhatan orang tua murid yang ingin menghadap kepala sekolah. Namun karena saya udah maju duluan, mereka menghentikan niat tersebut.
Saya pernah menuliskan pengalaman mendampingi si bungsu menghadapi bullying di sekolah. Silakan baca :
Bullying Penyebab Munculnya Masalah Kesehatan Mental
Dampak bullying yang dibiarkan saja bisa mengganggu kesehatan mental anak-anak. Terlebih bila orang tua dan orang dewasa yang ada di dekat korban kurang paham dengan kejadian tersebut.
Dampak buruk bullying bisa menyebabkan anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Anak bisa mengalami gangguan kecemasan bahkan bisa memicu keinginan bunuh diri. Naudzubillah min dzalik, jangan sampai terjadi.
Di sini lah pentingnya perhatian orang tua atau orang dewasa yang ada di sekitarnya, saat anak-anak mengalami bullying. Karena banyak orang tua yag menganggap remeh bullying, apalagi kalo bentuknya verbal karena tidak terlihat secara jelas lukanya.
Beberapa jenis gangguan kesehatan mental pada anak-anak atau remaja yang sering terjadi adalah :
- Gangguan kecemasan bila verbal bullying terjadi pada usia 10-14 tahun, dan tidak ditangani dengan tepat bakal memburuk pada usia dewasa.
- Tekanan dari lingkungan bisa mengakibatkan stres yang menambah masalah baru
- Depresi akibat stres yang berkepanjangan dan tidak ditangani secepatnya
- Gangguan emosi ditandai dengan sikap gampang marah berlebihan.
- Gangguan perilaku yang bikin seseorang sulit fokus pada satu hal tertentu.
Gangguan tersebut bila tidak ditangani secara serius bisa menyebabkan masalah baru, bisa jadi memicu sakit fisik. Seperti sakit kepala, mual, sakit perut, dan asam lambung. Bahkan bisa menjadi juga mempengaruhi prestasi di sekolah.
Agar bullying tidak mengakibatkan dampak negatif, orang tua khususnya memiliki tanggung jawab ngebantu anak-anak tetap sehat mentalnya. Ada beberapa cara mengatasi gangguan mental pada anak-anak ataupun remaja. Berikut ini caranya :
- Mengekspresikan Diri
Mengatasi gangguan kesehatan mental yang terbaik dengan mengekspresikan diri. Bisa dengan menulis diary, melukis, melakukan kegiatan yang menyenangkan.
- Self Love
Saat bangun tidur, ajak anak-anak bersyukur diberikan kesehatan bisa memulai pagi dengan tubuh sehat. Ajarkan anak-anak untuk lebih mencintai diri sendiri dengan banyak bersyukur.
- Fokus Pada Diri Sendiri
Ini cara lanjutan dari mencintai diri sendiri atau self love, fokus pada diri sendiri. Kurangi kepedulian pada orang lain secara berlebihan. Terutama perhatian yang menumbuhkan rasa iri karena kelebihan teman atau orang lain. Rasa iri bisa memicu munculnya rasa tidak percaya diri. Fokus pada diri sendiri dengan lebih perhatian pada kemampuan kita untuk berkarya.
- Memulai Gaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat akan membuat kita mampu berpikir secara positif. Efeknya tentu saja bikin kita mampu melakukan rutinitas harian lebih baik. SEbagai orang tua, ajak anak rutin olah raga, memberikan nutrisi makanan yang sehat, dan biasakan tidur lebih awal.
Ikut Training Motivasi di SMP
Saat si bungsu mengalami verbal bullying di sekolah dasar, saya udah memutuskan satu hal. Dia akan kami sekolahkan di sekolah swasta yang tidak memilah dan memilih perhatian pada muridnya. Semua murid setara, tanpa memandang jabatan orang tuanya, kaya atau tidak, pokoknya sama.
Jadi saya senang saat awal masuk ada bimbingan dari psikolog dengan melakukan wawancara orang tua dan calon siswa. Di sini saya bisa curhat pada orang yang ahli dengan lancar tanpa hambatan. Anak saya pun bisa ngobrol santai mencurahkan isi hatinya terkait masalah saat sekolah dasar dulu.
Dan saya pun senang saat tahu kalo anak kelas VII atau murid baru bakal ikut ESQ Training dengan motivator terkenal. Meski training nantinya hanya dipegang asisten sang motivator, ya nggak masalah. Yang penting si bungsu bakal mendapatkan pendidikan emosional dan spiritual yang tepat dan efektif.
Tahu kan kalo KESUKSESAN HIDUP seseorang itu 80% ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ). Sedang kecerdasan intelektual (IQ) yang selama ini dikembangkan lewat sekolah formal hanya berperang sebanyak 20%.
Sayangnya karena trainging ini tergolong kegiatan yang privat, orang tua murid tidak diperkenankan mengikutinya. Guru aja yang bisa masuk hanya yang terpilih membantu. Yang tidak terpilih juga gak diperkenankan masuk ruangan training.
Setelah 3 hati training, anak saya bercerita bahwa trainingnya menyenangkan. Ada sesi curhat juga katanya, hahahaa. Enggak tahu deh dia curhat apa saat itu. Yang pasti terlihat dari foto setelah acara, anak-anak nampak ceria.
Dari trainer yang saya tanya, kebanyakan siswa putra susah nangis saat dibacakan cerita inspirasi yang mengharukan. Beda dengan siswa putri yang kebanyakan nangis sampai emosinya terlepas.
Saya bersyukur di sekolah SMP si bungsu ada ESQ Training, karena terlihat banget perbedaannya dalam perkembangan emosinya. Terutama dia jadi lebih percaya diri, berani tampil memberikan presentasi saat ada pameran di sekolah. Bahkan dia terpilih mewakili sekolah ikut lomba desain graphis di sekolah lain dan membawa piala juara ketiga.
Alhamdulillah sekarang si bungsu udah jadi mahasiswa semester 8 yang tengah mengerjakan skripsi. Udah bisa nyari duit dengan ketrampilannya desain, sesuai jurusannya di DKV di salah satu universitas swasta di kota kami.
Kejadian bullying yang dialami si bungsu udah belasan tahun berlalu. Kami udah mengikhlaskan semuanya, bahkan memaafkan sang wali kelas. Si bungsu bahkan udah pernah bertemu gurunya itu. Si bungsu tetap menghormati sang guru, biar lah waktu yang berlalu yang menghapus kenangan buruk.
Bagi saya sekeluarga, kesehatan anak terutama mentalnya lebih penting dibanding urusan masa lalu. Masa lalu sebagai pelajaran, masa kini menjadi proses ikhtiar, menyambut masa depan yang lebih baik. Saat ini kami memilih healing ketika udah butuh rehat dari kesibukan. Seperti yang dituliskan oleh Dokter Spesialis Anak yang tinggal di Kota Surabaya tentang healing saat camping. Libur sejenak dengan bermain di alam bersama keluarga dan kerabat. Wassalamualaikum.
Salut banget sama perkembanganya khususnya memaafkan yang ditanamkan. Meskipun bullying itu dari kecil, memang berefek ke dewasa. Selalu semangat ya Mbak.
BalasHapusKurangi kepedulian pada orang lain secara berlebihan. Aih ... sepertinya pesan ini pun perlu sering kusampaikan ke si kecilku deh Mba. Mumpung masih usia dini juga. Soalnya di sekolah sekarang tuh, berasa banget kalau lingkungannya mengajarkan untuk ngasih perhatian berlebih pada ke orang lain itu lebih baik.
BalasHapusTime fly so fast yaa, kak Wati.
BalasHapusAlhamdulillah, anak-anak semua sehat dan yang terpenting dari pengasuhan selain memberikan asupan makanan yang halal ((karena katanya juga berefek ke karakter anak)), doa orangtua dan ikhtiarnya adalah belajar mengikuti training seperti ESQ ini.
Semoga lancar semua ya, kak Wati.
Barakallahu fiik~
Wahhh parah banget sih kalau tindakan bullying itu malah dilakukan oleh gurunya sendiri, tapi syukurnya dde nya bisa bangkit dan sekarang sudah semakin dewasa dan menjadi kebanggaan orang tuanya..
BalasHapussebagai orang tua saya juga takut banget mbak kalau anak saya kena bullying di sekolahnya. jadinya sering banget saya tanya dia senang nggak di sekolah soalnya pastinya sangat berpengaruh ke mental kan ya bullying ini
BalasHapusSerem ya dampaknya. Tapi emang sih. Aku juga agak takut-takut sama perkembangan mental adekku. Aku khawatir saja, dia jadi korban bullying atau lebih buruk lagi menjadi pelakunya. Pendampingan dari orang tua emang kudu ekstra.
BalasHapus