Literasi Digital Penting Untuk Semua Perempuan
Assalamualaikum Sahabat. Saya mendapat cerita seputar ibu rumah tangga yang mengalami problem dari keaktifan di media sosial. Sebenarnya cerita ini udah saya dapatkan awal tahun 2020, yaitu sebelum pandemi. Namun sayangnya belum sempat saya tuliskan di sini. Sengaja akhirnya saya tuliskan karena literasi digital itu penting banget bagi ibu rumah tangga.
Bayangkan bila seorang istri curhat kalo suaminya akan menceraikan dirinya. Gara-garanya karena dia terlalu sibuk dengan media sosial. Anak-anak ngaku nggak diurus ibunya, rumah berantakan, masakan gosong. Kebayang geramnya sang suami mendapati anaknya yang belum makan seharian? Hanya makan sosis dan cemilan kemasan?
Jangan tertawa! Ini terjadi di dunia nyata. Awalnya saya juga nggak'percaya. Masa iya ada seorang ibu bisa sebegitu asyiknya main Facebook, Instagram atau nonton Drakor? Hingga melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu?!
Itu lah pentingnya perempuan belajar dan mengenal literasi digital agar tidak menjadi racun dalam kehidupannya. Terutama ibu rumah tangga nih yang sering dianggap sebagai perempuan di rumah saja yang gampang kena tipu. Atau hobi share info hoax tanpa cek ricek kebenaran beritanya.
Pentingnya Perempuan Belajar Literasi Digital
Entrepreneur sekaligus Founder Kampung Aridatu, Tatty Apriliyana mengungkapkan, ada satu prinsip utama ketika seseorang mulai mengenal dan kemudian intensif menjalani kehidupan di media digital.
"Pahami dengan seksama, kehidupan online itu sama dengan kehidupan offline. Artinya aturan, norma-norma sosial, kesopanan, budaya itu juga berlaku di kehidupan online,"
Belajar tentang kehidupan online tidak ada sekolah formalnya. Namun sekarang bisa mengikuti webinar yang sering diadakan dan ditawarkan lewat media sosial. Seperti yang beberapa kali diadakan oleh Kementerian Kominfo di kabupaten yang ada di seluruh Indonesia.
Saat ini masyarakat begitu mudahnya mengakses sumber informasi yang ada di media digital. Bahkan bukan hanya informasi, tapi juga ada peluang usaha, hiburan, dan pendidikan.
Namun di samping kemudahan yang bisa dinikmati, ada peluang kejahatan yang terselip di sana. Orang tak bertanggung jawab menggunakan media digital sebagai tempat melakukan kejahatan dengan berbagai modus seperti penipuan ataupun manipulasi data. Karena itu lah pemerintah dan berbagai pihak yang peduli dengan bijak menggunakan media digital, merasakan pentingnya masyarakat belajar.
Secara umum yang dimaksud dengan literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif maupun tekniknya.
Perempuan rentan menjadi korban penipuan di media sosial. Berapa banyak perempuan yang tertipu saat mengikuti aplikasi kencan dengan orang asing. Kurangnya pemahaman menggunakan media sosial yang menyebabkan hal ini terjadi. Hal ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan menyiapkan diri sebelum terjun aktif di media sosial.
Masih banyak juga kasus hukum lainnya yang dialami perempuan karena ketidaktahuan bahwa media sosial bisa menjadi bumerang.
Ibu Rumah Tangga Wajib Mengenal Literasi Digital
Sebagai ibu rumah tangga, perkenalan saya dengan media sosial diawali keinginan bertemu dengan teman-teman alumni sekolah. Meski awalnya enggan untuk membuat akun di media sosial, namun kenyataannya dari sana lah bisa menemukan teman lama. Mau nggak mau memang saya akhirnya bikin akun. Dan itu dibuatkan oleh anak saya yang saat itu usianya masih 14 tahun.
Dari email, password, dan isi data dilakukan oleh anak-anak. Adakah yang sama dengan kisah saya? Ibu rumah tangga yang gaptek namun pengen kenalan dengan dunia digital?
Namun sejak dulu saya orang yang tidak mudah menyerah dan selalu ingin belajar hal baru. Kadang anak-anak hilang kesabaran kalo saya lelet mikirnya, wkwkwkk.
Yah udah lah dari pada mengganggu kesibukan mereka belajar dan mengerjakan tugas, saya pun belajar sendiri. Bekal internet dengan fasilitas modem entah merk apa saat itu karena udah lupa, saya mencari informas via browser atau peramban. Awalnya dulu hanya kenal Mozilla Firefox, Opera, dan akhirnya sekarang menggunakan yang umum yaitu Chrome.
Namun lebih banyak ibu rumah tangga yang menyerah, bisa karena kurangnya niat belajar atau tak ada waktu, fasilitas internet terbatas, dan alasan lainnya. Tapi lebih banyak lagi yang memang tidak mau belajar karena malas atau takut salah. Namun justru ini yang menjadi penyebab beberapa ibu rumah tangga mengalamai masalah di media sosial.
Dari penyebaran berita atau informasi hoax, terjerat pinjaman online, perseteruan atau debat di media sosial, dan lainnya. Nah ini ujung-ujungnya bisa terjerat kasus hukum. Banyak loh contoh kasusnya. Nanti akhirnya ngeles kalo akun media sosialnya dibajak orang tak bertanggung jawab. Ironi ya, aktif di media sosial tapi kurang paham dengan cara mainnya yang benar. Itu lah pentingnya saring sebelum sharing di media sosial.
.
Kelompok ibu-ibu nampaknya tidak dianggap dalam narasi besar perkembangan teknologi negara kita. Mereka kerap dituduh gaptek dan disalahkan sebagai penyebar hoaks, padahal ini terjadi karena kelompok ibu yang terabaikan berada dalam jurang literasi digital yang semakin sulit dilalui.
Solusinya harus diadakan perkenalan literasi digital di tingkat paling rendah, misalnya melalui kelompok PKK. Bisa dari tingkat kelurahan dan terus ke tingakt lebih bawah di RW dan RT. Pemerintah atau stake holder pasti tahu bagaimana cara mengimplementasikan kegiatan penting literasi digital untuk perempuan atau ibu rumah tangga ini. Jadi jangan hanya anak muda, mahasiswa, pekerja kantoran yang dapat literasi digital.
Seperti penuturan mba Alaika Abdullan, Blogger Perempuan yang saya kenal sejak bulan April 2014. Nggak disangka udah selama ini pertemanan kami.
Mba Al bilang, pengetahuan digital penduduk Indonesia beragam tingkatannya. Dari yang masih culun, udah melek tapi minim pengetahuan digital safety-nya, ada yang masih belum paham etika bermedia digital, dan lainnya. Bahkan orang yang udah cakap digital pun bisa suatu saat terkecoh dan menjadi korban kejahatan siber.
Wah ngeri dong ya. Itu lah sebabnya pentingnya literasi digital ini sebagai modal kita semua agar cakap bermedia digital. Kehidupan dunia digital itu sama dengan dunia nyata. Sopan santunnya tetap harus dijaga. Jangan karena berhadapan dengan gadget, lantas menyelepelekan saat menulis komentar di dunia digital. Kita tetap menuai pertanggungjawaban yang sama dari apa yang kita lakukan.
Mba Alaika juga menjadi Narasumber Literasi Digital di event Program Nasional Literasi Digital Kominfo sejak tahun 2021. Tentunya kapabilitas perempuan berdarah Aceh ini memang cakap berbicara dunia digital. Kalo ingin mengenal Mba Al lebih jauh, kamu bisa kepoin blognya di www.alaikaabdullah.com yang isinya beragam. Dari kesehatan, kecantikan, traveling, dan lainnya.
Saya dulu paling suka membaca cerita perjalanan mba Al ke Turki. Seru loh ceritanya tentang Pasar Tumpah, atau Bukber Unik yang dilakukan di taman di Turki.
Sekian cerita saya tentang pentingnya ibu rumah tangga mengenal literasi digital, sahabat. Wassalamualaikum.
Tidak ada komentar: