Assalamualaikum Sahabat. Katanya Yogya terbuat dari rindu, pulang dan angkringan. Ahhh ... Itu penggalan sajak karya penyair Joko Pinubo. dan meski saya belum tinggal lama di kota pelajar ini, namun saya selalu memendam rindu. Mungkin karena saya telah mengenal Yogya sejak usia sekolah dasar.
Kunjungan ke Yogya nggak berhenti karena beranjak dewasa saya makin sering ke kota itu. Terutama sejak menikah dan memiliki anak-anak, hampir tiap bulan selalu mengunjungi Kota Yogya. Seakan Yogya memanggil saya untuk selalu pulang kembali agar hati tak terpenjara rindu. Aseekkk.
Seharian di Kota Yogya, Mau Kemana Aja?
Sebenarnya bebas sih mau kemana selama di Yogya. Tapi kalo saya punya pilihan tiga tempat wisata di Yogya bila ingin menikmati waktu tanpa terburu-buru. Pilihan tiga tempat wisata ini saya perhitungkan dengan waktu satu hari kunjungan. Saya tinggal di Kota Semarang dan memang hanya ingin sehari aja jalan-jalan di Yogya.
Oiya, pilihan saya bukan wisata di kawasan pantai daerah Gunung Kidul. Kalo ingin ke pantai kawasan Gunung Kidul biasanya saya menginap semalam agar gak kemalaman pulangnya. Biasanya malam dihabiskan untuk kulineran di pusat kota, nanti pagi-pagi sekali kami meluncur ke kawasan Gunung Kidul. Karena menuju Gunung Kidul itu butuh waktu dua jam lebih dari Kota Yogya. Tiba di pantai waktunya masih pagi sekitar jam 9 gitu.
Berikut ini pilihan paket wisata satu hari ketika di Yogya :
Batu Kapal, Wisata Alam Serasa Pulang Kampung
Tempat wisata ini katanya dahulu merupakan tempat goweser melepas lelah setelah mengayuh sepeda berkilo-kilo meter. Tempat yang adem karena semilir udara, duduk di tepi sungai Opak, mendengar arus airnya yang gemericik, tentu mampu meredakan lelah.
Untuk menuju tempat wisata alam ini, rutenya bisa ditempuh dari jalan Yogyakarta-Wonosari hingga sampai di Pasar Wage. Sahabat bisa maju beberapa meter hingga menemukan gapura Klenggotan. Setelah itu, kalian masuk aja ambil arah utara dan menyusuri jalan. Jangan khawatir bakal tersesat, sepanjang jalan ada petunjuk jalan yang udah dipasang oleh pengelola.
Saya cukup menikmati perjalanan yang melintasi rumah warga dengan kebun yang beragam. Sebagai pecinta tanaman, menatap beragam tumbuhan yang subur terawat adalah sebuah berkah dari perjalanan.
Tiba di lokasi terlihat penanda tempat wisata yang dibuat secara alami dengan sisi kanan terdapat aliran air sungai Opak. Pohon bambu tumbuh subur di area tempat wisata. Dan saya baru tahu kalo tempat wisata ini dananya diperoleh dari menjual bambu, untuk dijadikan sarana pendukungnya.
Jadi sebelum menjadi taman wisata, area ini merupakan lahan yang penuh tanaman bambu. Area ini juga menjadi tempat orang untuk mengambil pasir di sungai Opak. Mengingat tempatnya yang adem, alami, dan bisa menjadi tempat untuk wisata orang sekitar. Seperti pesepeda yang rehat setelah mengayuh sepedanya. Tahu dong kalo dekat tanaman bambu tuh semilir udaranya, bikin ngantuk.
Si bungsu asik duduk di batu |
Nah ternyata ada produser film yang tertarik menjadikan kawasan ini sebagai tempat syuting. Tahu kan dengan film KKN Desa Penari? Nah di sini salah satu tempat untuk pengambilan gambar. Ada juga film lain yang pengambilan gambarnya di lokasi ini, cuma saya nggak ingat judulnya.
Saya yang udah tertarik dengan suasana tempat wisata ini, dengan alamnya yang asri, mendengar gemericik air, merasa kayak pulang kampung. Meski aslinya anak kota, saya selalu tertarik dengan desa. Hingga waktu usia sekolah dasar dahulu ibu suka menitipkan saya bila ada tetangga yang pulang kampung, wkwkwkk.
Yang menjadi daya tarik hingga membuat wisatawan berkunjung ke tempat ini adalah bebatuan yang bentuknya mirip kapal. Dengan ukuran yang besar, guratan menyelimuti bebatuan tersebut. Kalo dilihat dari jauh bentuk batu mirip dengan haluan kapal.
Duduk di atas batu dan menikmati udara sejuk sambil dengerin arus air, terasa menyejukkan pikiran.
Oia tempat ini sering dijadikan sesi foto untuk pre-wedding, juga model bagi rumah mode.
Sesi foto pasca wedding ala saya dan suami 😁 |
Di sini pengunjung bisa menikmati arus Sungai Opak yang kadang tenang, tapi bisa juga menjadi deras tergantung cuacanya. Ada penyewaan ban yang dikenai tarif 20 ribu untuk dua kali menyusuri kawasan itu sepanjang 500 meter. Kemarin saya lihat ada juga olah raga river tubing namun katanya belum difungsikan sepenuhnya. Untuk harga tiket masuk, kami hanya bayar parkir mobil. Tiket masuk disediakan kotak sumbangan seikhlasnya pengunjung untuk mendonasikan uangnya. Tapi ini bisa saja berubah karena kunjunga saya itu bulan November 2020.
Di tempat wisata ini juga terdapat warung makan, yang menjajakan cemilan, bahkan nasi soto yang mengenyangkan. Sayangnya saat tiba di sini warungnya belum siap makanannya. Saya pun hanya menikmati air mineral untuk pelepas dahaga.
Tebing Breksi Yang Nampak Eksotis
Untuk menuju Tebing Breksi itu kita menuju arah yang sama kalo mau ke lokasi tempat wisata Candi Ratu Boko. Kami memilih tebing Breksi dulu karena penasaran tempatnya seperti apa, dan kebetulan memang udah lama pengen kesini. Dari sejak dibuka, ini menjadi kunjungan pertama saya.
Wisata Taman Tebing Breksi juga termasuk wisata strategis karena berjarak sekitar 2,1 km dari Batu Kapal 2,1 km. Sedangkan kalo ingin ke Taman Wisata Candi Situs Ratu Boko jaraknya sekitar 2,3km.
Di sekitar tempat ini juga terdapat banyak tempat wisata yang bisa kalian kunjungi. Ada Watu Payung, Rumah Domes dan candi Barong.
Bagi kalian yang ingin berkunjung ke Tebing Breksi, akan menjumpai pemandangan yang mempesona. Dengan pemandangan tebing kapur yang membentuk sebuah pemandangan alami. Bagi kalian yang pecinta fotografi, pasti ingin sekali mengambil setiap sudutnya dengan kamera. Atau menjadi sesi foto-foto bersama bestie kalian.
Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi tebing ini adalah sore hari. Bila siang hari udara panas kota Yogyakarta akan terasa sangat menyengat. Tapi saya sendiri memilih untuk mengunjungi tempat ini saat siang, setelah makan di Jejamuran.
Tetapi, bagi sahabat yang ingin menikmati kawasan ini, memang disarankan untuk datang siang hari. Saking sepinya, bisa untuk foto-foto tanpa harus antri. Seperti saya yang datang di lokasi saat pukul 14.00 WIB. Matahari terasa dekat di atas kepala. Pengen ngadem tapi tempatnya jauh dari lokasi saya motret, huhuu.
Sebelum menjadi kawasan wisata yang cukup epic ini. Tebing breksi merupakan tempat penambang bebatuan kapur. Karena, terbengkalai dan tidak digunakan lagi, kawasan ini pun disulap menjadi sebuah kawasan pariwisata. Sebenarnya pada saat penambangan, kawasan ini sering dikunjungi oleh wisatawan. Hanya saja, baru wisatawan dari Yogyakarta saja.
Tebing Breksi buka pada pukul 10 pagi hingga 9 malam. Tetapi kawasan di bagian atas akan ditutup pada pukul 6 sore. Atau setelah momen sunset berakhir. Bagi kalian yang ingin menikmati momen menakjubkan di tebing ini saat senja, jangan sampai terlewatkan. Saya sendiri belum sempat menikmatinya karena kelamaan nunggu senja di sini. Dan memilih menikmati senja di Situs Ratu Boko.
Kawasan wisata di Tebing Breksi merupakan tempat spot foto yang epic. Tempat ini sering dijadikan tujuan berbagai macam acara baik kelas daerah maupun nasional, bahkan sampai internasional.
Untuk harga tiketnya karena saya kesana itu orang dewasa semua, dikenakan tarif 10 ribu rupiah per orang. Saat itu juga ditanyakan aplikasi Peduli Lindungi. Kebetulan kami ke tempat ini pada bulan November 2021.
Tebing Breksi :
Jl. Desa Lengkong, RT.02/RW.17, Gn. Sari, Sambirejo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55572
Situs Ratu Boko
Sebenarnya Sahabat bebas ingin mengunjungi Situs Candi Ratu Boko atau Tebing Breksi terlebih dulu. Kedua tempat ini memiliki keunikan dan kecantikan masing-masing.
Waktu kunjungan pertama saya dan suami serta anak-anak terjadi akhir tahun 2013. Waktu itu kami ditawari untuk membeli tiket terusan yaitu ke 3 wisata candi Borobudur, Prambanan, dan Situs Ratu Boko. Harganya saat itu sekitar 25 ribu, terjangkau banget ya. Apalagi kami bisa menitipkan kendaraan di tempat yang disediakan dan nantinya ikut menumpang kendaraan dari pengelola. Kami menolak karena tiba di Situs Ratu Boko udah pukul 16.00 WIB.
Kami berkunjung lagi tahun 2019 dan harga tiketnya per orang untuk dewasa 25 ribu, anak-anak usia 4 - 6 tahun 15 ribu. Namun tahun ini ada perubahan harga tiket, menjadi 40 ribu untuk orang dewasa dan 20 ribu untuk anak usia 4-6 tahun.
Situs Ratu Boko terletak sekitar 3 km arah selatan dari Candi Prambanan. Kawasan Ratu Boko berada di sebuah bukit dengan ketinggian kurang lebih 195, 97 meter di atas permukaan laut.
Banyak yang menyebut Situs Ratu Boko adalah candi, sebenarnya bukan!
Karena yang sebenarnya adalah reruntuhan sebuah kerajaan dan dinamakan Kraton Ratu Boko.
Reruntuhan keraton |
Menurut legenda yang saya baca di website Taman Wisata Candi, mengapa disebut Kraton Boko karena merupakan istana Ratu Boko, ayah Loro Jonggrang.
Istana Ratu Boko diperkirakan dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan ‘pemilik’ tersebut menyebabkan bangunan Kraton Boko dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme.
Bila sahabat ingin menjelajahi semua area situs, persiapkan bekal minum, payung atau topi, makanan kecil (nggak harus siih, kalo betah lapar), kacamata dan kamera.
Saya sangat menikmati tempat yang eksotis ini, hingga sudah 4 kali berkunjung bersama beberapa orang yang berbeda. Misalkan ada lagi yang mengajak kesini, saya pasti akan mengiyakan saking terlanjur jatuh cinta dengan tempat ini.
Gimana kalo Travel Blogger Balikpapan suatu hari berkunjung ke Candi Ratu Boko? Semoga ada kesempatan buat Mba Dian yang juga dikenal sebagai penulis Balikpapan untuk berkunjung ke 3 tempat yang saya tuliskan di sini.
Kalian sendiri apakah udah pernah mengunjungi Situs Ratu Boko, Batu Kapal, dan Tebing Breksi? Yuk bagikan cerita kalian di kolom komentar ya sahabat. Wassalamualaikum.
Sumber Artikel :
- website Taman Wisata Candi
- portal berita Detik.News