Assalamualaikum Sobat. Kota Jogja katanya terbuat dari kangen dan kenangan. Ada juga yang bilang kalo Jogja adalah kota mantan. Ahh syudah lah terserah apa kata netizen.
Yang jelas Jogja bagi saya dan suami, bahkan anak-anak kami, adalah kota yang banyak menyimpan memori. Dari masih pacaran, saya dan suami udah sering ke Jogja. Eh ngapain aja berdua ke Jogja? Jangan ngeres dulu ah pikirannya, hahahaa.
Ceritanya suami pacar waktu itu diminta tolong anter duit untuk adiknya yang ngekost di Jogja. Jaman belum ada mesin ATM, ketahuan ya kami kuliah tahun berapa,wkwkwk. Tapi seringnya ke Jogja untuk ngurus pekerjaan kantor. Lah kok ternyata aku udah suka ngekor calon suami sejak sebelum nikah. Hmmm.
Tapi pernah juga kami beberapa kali pergi nggak berdua aja. Bareng teman-teman kantor, teman dolan, bahkan sama keluarganya juga.
Begitu menikah Jogja makin sering disambangi. Anak-anak pun diajak sambil pulang nya mampir wisata. Jadi kalo ada yang nanya, udah berapa kali ke Jogja? Maaf saya lupa saking seringnya ke Jogja.
Apalagi sejak tahun 2013, suami bekerjasama dengan minimarket untuk merenovasi gedungnya. Dan Jogja masuk dalam salah satu kota yang jadi tanggung jawab suami. Otomatis kota Jogja makin sering dikunjungi. Meski nggak setiap suami ke Jogja, saya lantas ikut. Biasanya lihat situasi juga.
Staycation keluarga suami |
Kebetulan tanggal 10 April 2021 saya dan keluarga kembali mengunjungi kota Jogja. Kali ini bersama keluarga suami. Ada mbak ipar dan suaminya, adik ipar dan suami juga anak-anaknya. Kami menginap di Crystal Lotus Hotel yang letaknya dekat dengan Sleman City Mall. Jadi kalo kalian datang dari arah Muntilan, hotel ini terletak di sisi kanan jalan. Setelah Jombor dan Sleman City Hall. Baca aja yuk review ala saya.
Silahkan baca : Hotel Murah di Jogja Dekat Jombor
Jadi tulisan ini adalah kelanjutan dari cerita menginap di Crystal Lotus Hotel. Malam sebelumnya di grup WA keluarga udah nanya mau kemana aja selama di Jogja. Mengingat kondisi pandemi, kami sengaja nggak ingin wisata seperti biasanya. Daaan... mumpung sedang di Jogja, kami memutuskan untuk jalan-jalan di Kasongan. Siapa tahu ada yang pengen belanja pot terakota.
Dari anak dan menantu Ibu mertua, cuma 2 orang yang nggak suka berkebun. Udah kebayang sih hari ini bakalan nggak sekadar jalan-jalan. Pasti bakal ada yang belanja pot terakota atau malah borong borong, hahahaa.
Pot Terakota Yang Sedang Happening
Sejak pandemi kegiatan yang berhubungan dengan hobi makin marak. Terutama menghias rumah dengan tanaman.
Namun saya dan adik ipar sejak lama banget udah suka berkebun. Hanya mbak ipar yang tinggal di Pekalongan yang baru memulai hobi berkebun. Dulunya sih ada tanaman di bawah pohon Mangga, namun kurang begitu diperhatikan. Hanya disiram gitu aja.
Sejak pandemi, koleksi tanaman Mbak kami bertambah. Saat dia mengirim gambar tanaman koleksinya, komentar di antara anggota keluarga pun ramai. Karena koleksi tanamannya nyaris menutup teras depan rumah. Pot tanaman ditaruh di rak-rak yang sengaja dibuatkan oleh menantunya.
Saat itu pandemi baru berjalan tiga bulanan. Kebayang deh tiap minggu pasti Mbak ipar borong tanaman. Dan saya teringat dengan kiriman paket belanjaan dari toko online yang hampir seminggu sekali datang ke rumah. Hmmm, sama aja nih.
Selain tanaman, baju untuk mempercantik tanaman pun tak kalah marak. Dari pot dengan bahan baku plastik, rotan, eceng gondok, dan yang sedang happening adalah tanah liat atau kerap disebut terakota.
Siapa yang nggak gemes lihat pot kece gini?! |
Awalnya pot Terakota ini hanya untuk tanaman sukulen dan kaktus. Ada juga yang digunakan untuk menanam anggrek, bentuknya ada yang berlubang. Seiring pandemi yang diikuti merebaknya hobi berkebun, pot terakota ikutan naik daun.
Mengapa Pot Terakota?
Entah siapa yang memulai, namun sa at tanaman diberi baju pot terakota memang terlihat cantik. Bahan pot yang terbuat dari tanah menjadi kontras dan keren. Coba deh dilihat tampilan tanaman di bawah ini.
Tanah liat yang merupakan bahan pot terakota memiliki keunggulan kalo dipandang dari sudut keberlanjutan pemakaiannya. Bentuknya juga beragam, memiliki keunikan, dengan bentuk lucu yang bisa jadi hiasan menarik.
Gemes ada anak gajah |
Pot terakota memiliki keunggulan dengan pori-pori karena terbuat dari bahan alam tanah liat. Perkembangan akar menjadi lebih baik dengan lancarnya ketersediaan udara. Kelembabannya terjaga dan mudah menyesuaikan saat musim kemarau maupun musim hujan. Jadi meski setiap hari saya siram air ke media di pot terakota, tanaman aman saja. Hasilnya terlihat saat pot terakota saya pakaikan untuk tanaman monstera, tumbuh subur dan rutin muncul daun baru.
Namun disamping memiliki keunggulan tentu juga ada kelemahannya. Yaitu harga relatif lebih mahal dibanding pot plastik. Meski ada juga dengan ukuran sama namun harga juga bisa lebih mahal pot plastik. Terutama kalo pot plastik terbuat dari bahan yang berkualitas bagus.
Ada lagi kelemahan lain dari pot terakota? Ada pastinya. Pot terakota ada yang terbuat dari tanah liat yang tipis cenderung gampang retak bahkan rawan pecah. Terutama kalo kalian masih memiliki putra putri di bawah usia 10 tahun yang suka lari-lari di dalam rumah. Jadi bukan salah putranya ya, salah yang naruh pot di area bermain di dalam rumah, hihiii.
Perawatan Pot Terakota
Kekurangan pot terakota selain rawan retak atau peceh masih ada lagi. Terutama kalo saat membeli pot masih polos dan belum berglasir. Biasanya seiring waktu pot terakota ini akan tumbuh lumut atau jamur putih.
Tumbuh jamur putih |
Namun nggak perlu bingung juga. Kalian bisa membersihkan jamur putih itu dengan lap atau sikat. Memang perawatan pot terakota lebih ribet dibandingan pot plastik yang cukup disirap air udah bersih. Namun kalo kalian telateh membersihakannya tiap periode tertentu, kegiatan ini anggap aja sebagai bagian dari berkebun.
Ada solusi agar pot terakota tidak muncul jamur dibagian luar. Setelah membeli dan sebelum digunakan untuk menanam tanaman, lakukan satu hal ini. Yaitu lapisi pot terakota dengan cairan pelindung. Tentunya pilih cairan yang aman untuk tanaman karena nantinya akan meresap di bahan pot yang alami.
Untuk bahan cat ada banyak pilihan. Namun saya lebih menyukai warna coklat alami yaitu pernis bening. Bahan ini tidak mengandung zat warna namun bisa sebagai pelindung pot terakota dari paparan sinar matahari hingga goresan suatu benda. Pot juga lebih terlhat berkilau dibanding yang tidak diberikan cat pernis.
Mau Belanja Pot di Jogja? Lebih Murah atau Mahal?
Ada yang bilang kalo beli pot terakota enak di tempat produsennya. Benar kah saran ini? Tergantung bila lokasi produksi memang dekat dengan tempat tingal kalian. Kalo kalian ingin mendapatkan pot terakota dengan harga murah solusinya dengan melakukan perbandingan.
Sebelum pandemi, sekitar tahun 2005 saya udah pernah ke Kasongan untuk membeli pot terakota. Saat itu Kasongan belum terlihat seperti sekarang ini. Perubahan memang nampak setelah gempa yang terjadi di Kasongan pada tahun 2006.
Seperti yang udah saya sebutkan di awal tulisan ini, saya kerap menemani suami kalo kerja di Jogja. Saat itu usia si bungsu udah 5 tahunan. Jadi seberes ngurus kerjaan, kami diajak suami menginap di hotel. Esok paginya wisata di kebun binatang Gembira Loka dan mampir ke Kasongan belanja pot dan lainnya.
Belanja pot terakota di Kasongan |
Nah belanja pot terakota, kursi atau meja dari bahah tanah liat di Kasongan memang terkesan lebih murah. Bandingkan saja saat tahun kemarin saya belanja pot terakota di Semarang, ukuran diameter 22 harganya 48 ribu. Tinggi pot sama dengan ukuran diameternya. Sementara pada bulan April 2021 kemarin, saya belanja pot di Kasongan dengan ukuran diameter 30 cm dan tingginya 40 cm harganya 35 ribu rupiah.
Jadi lebih murah beli di Kasongan? Iya! Tapi kalo kalian khusus datang ke Kasongan untuk beli pot terakota jatuhnya jadi mahal. Hitung aja ongkos BBM, makan sekeluarga, biaya tol, dan lainnya tentu biayanya banyak. Lebih enak beli di kota asal, kan?!
Berbeda jika tujuannya wisata di beberapa destinasi wisata dan pulangnya kalian mampir belanja pot di Kasongan. Berasa wisata belanja. Dan ingatan biaya perjalanan nggak dirasakan, hahahaa.
Intinya bila kalian sedang wisata di Jogya, boleh aja mampir ke Kasongan belanja pot. Namun kalian harus memperhatikan juga kapasitas ruang untuk menyimpan pot selama di perjalanan. Bagi kalian yang membawa mobil pribadi, perhatikan dulu apakah masih ada ruang di bagasi mobil. Jangan sampai terjadi, udah kalap belanja pot saking harganya murah, eh nggak ada ruang kosong di bagasi mobil. Kecuali kalian beli pot ukuran kecil untuk sukulen.
Tips dari saya, perhitungkan ruangan kosong di bagasi mobil. Jangan mengambil jatah tempat penumpang menyelonjorkan kaki untuk meletakkan pot. Karena perjalanan jauh menjadi nggak nyaman bila berdesakan dengan pot atau barang belanjaan lainnya. Dan saat liburan menjelang bulan Ramadan kemarin, saya hanya beli 1 pot ukuran besar di Kasongan. Harganya muraaah. Cuma 50 ribu rupiah untuk ukuran pot diameter 60 tinggi 70 cm.
Oiya di Kasongan ini hampir semua toko yang menjual pot terakota akan memasang harga yang sama. Jadi kalo kalian ingin belanja dan menemukan pot yang sama, nggak perlu membandingkan harga. Misalkan selisih juga nggak banyak. Paling lima ribu rupiah, biar lah untuk rejeki toko yang udah dipilih sejak awal.
Oke sob, sekarang udah bisa memutuskan ya enak belanja pot terakota di kota tempat tinggal atau di Kasongan Jogja. Atau kalian mengetahui tempat produksi pot terakota selain di Kasongan? Cerita dong di kolom komentar. Siapa tahu setelah pandemi saya berkesempatan jalan-jalan di tempat tersebut. Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca cerita ini. Wassalamualaikum.