Assalamualaikum Sahabat. Sebagai pecinta tanaman, berkebun bukan hal baru bagi saya. Sejak awal menikah dan menempati rumah baru, setiap hari libur menjadi saat yang saya nantikan. Apalagi kalo bukan karena ingin berkebun.
Kebetulan rumah yang kami tempati itu milik suami saat masih lajang dan sempat dikontrakkan. Dan ada taman kecil di depan rumah sebelum itu, hasil garapan tukang yang dipesan oleh suami. Dari pada rumah nya nganggur kan mending dikontrakkan. Eh ternyata penyewa rumah suami ini bukan orang yang suka merawat rumah dan taman. Jadi akhirnya rumahnya rusak, apalagi tamannya, kayak hutan mini. 😆 Tanaman jadi liar dan gak karuan.
Itulah sebabnya sebelum kami tempati, suami membenahi isi rumah dengan cat baru, mengganti keramik di kamar mandi, dan bikin dapur di tanah bagian belakang yang masih luas. Kebun pun juga diperbaiki dengan menanam tanaman hias agar tampilan rumah nampak cantik.
Rumah penuh kenangan |
Ah itu cerita saat tinggal di rumah lama yang penuh kenangan. Selama 16 tahun menjadi rumah yang homey, tentu saja agak pedih ketika mesti pindah. Tapi karena udah kami putuskan, tentu saja harus ikhlas ya. Apalagi kepindahan kami adalah mendekati rumah orang tua saya yang selama ini menemani tumbuh kembang anak-anak.
Pindah Rumah Setelah 16 Tahun Tinggal di Pedurungan
Orang tua saya udah usia 70 tahunan (bapak) saat kami pindah ke rumah yang sekarang. Alasan kami pindah memang karena bapak udah sering nyasar kalo ke rumah kami. Ya meski ada ART, orang tua saya selalu ke rumah untuk nemenin anak-anak. Begitu ART yang terakhir keluar dan saya gak dapat ganti yang minimal kebaikannya sama lah dengan yang sebelumnya, kami putuskan tidak mencari lagi. Lelah sih kalo mesti ganti-ganti ART baru.
Kebetulan ada rumah dekat dengan rumah orang tua yang akan dijual. Sebenarnya udah lama ditawarkan tapi belum laku. Memang rejeki kami akhirnya rumah yang terletak di pojokan itu jadi rumah kami. Cuma satu yang kurang sreg di hati saya dan suami, rumahnya hadap barat.
Namun tentu saja itu tak menjadikan kami membatalkan pembelian rumahnya. Apalagi ibu mertua udah setuju dengan rumah yang lokasinya masih satu RT dengan ibu bapak saya.
"Wes kuwi wae nduk, omahmu iso dinggo ampiran sedulur menowo ono acara ning omahe bapak,"
("Udah pilih itu aja, nantinya rumahmu jadi tempat mampir saudaramu kalo ada acara di rumah bapak,")
Ibu mertua juga menyarankan kami memilih rumah tersebut karena saya masih kerja. Jadi anak-anak bisa tetap ada yang menjaga karena dekat dengan rumah orang tua saya.
Kami pun menghubungi pemilik rumah dan menyelesaikan urusan legalitasnya. Karena suami akan langsung merenovasi dengan meninggikan lantai dan atap rumah, ngecat, mengganti keramik, bikin 1 lagi kamar mandi, merombak dapur, dan pekerjaan teras dengan mengubah nya jadi cor dak.
Rumah Baru Yang Nggak Terasa Udah 10 Tahun Menjadi Rumah Penuh Cinta
Ternyata tinggal di rumah baru yang awalnya agak berat karena ukurannya lebih kecil, barang ada yang mesti kami bagikan, tetep aja terasa sempit. Belum lagi barang proyek milik suami yang nggak mungkin disingkirkan karena untuk kerja, jadi makin sempit.
Namun memang manusia butuh dipaksa untuk menyesuaikan keadaan. Nggak hanya berangan-angan dan berandai-andai. Jadi kami pun berusaha untuk menyesuaikan tinggal di rumah kecil. Mengusahakan setiap ruang menjadi tempat mencatatkan kenangan baru yang tak kalah menyenangkan seperti di rumah lama. Terlebih rumah yang sekarang tinggal jalan kaki aja kalo mau ke rumah orang tua saya.
Mencatatkan kenangan indah Jelang saya dan suami berangkat haji th 2014 |
Senengnya lagi di rumah yang sekarang menjadi tempat mampir sepupu, dan kerabat yang dituakan baik keluarga ibu maupun bapak. Kebanyakan dari kerabat saya memang mengomentari dengan suka cita. Karena saya bisa menjaga bapak ibu dari dekat.
Agar makin krasan tinggal di rumah yang sekarang, saya juga mulai melirik bagian teras depan. Kalo teras belakang memang gak ada, mentok deh jadi dapur.
Nah, rumah yang sekarang tuh hadap barat. Tahu kan ya gimana rasanya rumah yang bagian depan mendapat limpahan sinar matahari siang hingga sore. Panaasss, kayak dipanggang begitu jarum menunjuk angka 11.
Dahulu bapak saya memasang tirai dari bambu atau sering disebut kerei. Tapi lama kelamaan tirai bambu ini rusak karena kena hujan dan panas. Saya sendiri udah lama menginginkan tirai alami dari tanaman. Meski di bagian depan udah ada tanaman seperti jeruk nipis, kemuning, dan bambu kecil. Namun rasanya masih aja sinar matahari menyorot garang ke arah fasad rumah.
Sekarang ada anyaman dari Baja ringan di teras depan |
Akhirnya saya memutuskan menambah koleksi tanaman yang tahan kena sorot sinar matahari dari siang sampai sore.
Soo... ini dia pilihan tanaman yang cocok untuk ditanam di rumah yang hadap barat, gaiiis.
1. Tanaman Buah
Saya pernah cerita kalo kepindahan ke rumah yang sekarang, banyak banget tanaman di rumah lama dibagi ke kerabat dan tetangga. Ada juga teman yang datang ke rumah mengadopsi tanaman saya yang cantik dan udah usia indukan.
Nah di rumah yang sekarang, karena hadap barat tentunya harus memilih tanaman yang kuat dengan terik sang surya. Apalagi saya tinggal di Kota Semarang yang terkenal dengan cuaca panas yang awet.
Tanaman jeruk nipis udah rimbun dan tak henti berbuah |
Kebetulan saya membawa tanaman jeruk nipis, limau, dan lemon saat pindahan. Jadi saya tinggal ganti pot yang lebih besar dan meletakkan tanaman ini di depan pagar. Jadi di depan pagar itu adalah selokan. Suami bikin tatakan yang terbuat dari beton cor untuk menutupi selokan sekaligus sebagai tempat naruh pot.
Untuk tanaman sirsak sampai sekarang belum berbuah. Apa mungkin karena daunnya sering diambil untuk direbus ya? Lumayan tanamannya udah rimbun meski seminggu dua kali diambil daunnya.
Tanaman belimbing wuluh juga belum berbuah namun usianya baru 1 tahun. Nanam dari biji bisa jadi agak lama untuk memunculkan buahnya.
2. Tanaman Hias Kemuning
Selain tanaman jeruk, ada juga bunga kemuning yang tahan panas. Ini juga tanaman yang saya bawa dari rumah lama. Usianya udah tua, lebih dari 16 tahun makanya batangnya juga udah besar.
Bunga kemuning mekar |
Saya suka bunga kemuning karena wanginya lembuuuut. Apalagi kalo bunganya pas mekar barengan dari seluruh tangkai dahan. Wuihhh aromanya kayak ada yang nyemprot parfum. Yang nggak tahu kalo ada tanman ini bakal mengira ada makhluk lain lewat, hihihiii.
3. Tanaman Adenium
Nah karena hanya ada dua tanaman adenium yang saya bawa, ya udah akhirnya ditaruh aja di depan pagar. Bunga ini termasuk tanaman yang kuat menahan garangnya terik sang surya. Justru makin kena panas nantinya bakal ada bunga yang terus bermunculan. Cantik bangeeet.
Bahkan bisa jadi bunganya menjadi buah yang memanjang dan berisi biji. Kalo pas mlethek (pecah), hati-hati aja ntar terbawa angin dan hinggap di sembarang tempat. Dulu saya biasa mengikat secara melingkar di buah yang memanjang. Maksudnya agar saat pecah, isinya tidak beterbangan terbawa angin. Kalo isinya atau bijinya mendarat mulus di pot tetangga sih nggak masalah. Sama aja berbagi tanaman secara alami, yee kaaan.
4. Tanaman Yodium
Ada cerita tentang tanaman ini yang sekarang kondisinya menjulang tinggi. Sejak punya tanaman ini di rumah Pedurungan, saya hampir jarang banget beli yodium. Karena udah ada tanaman yodium di halaman rumah.
Daun tanaman Yodium Ada bunga warna oranye di ujung |
Kalo ada yang terluka, ukuran dan kedalaman luka kecil serta tidak serius, bisa loh menggunakan getah tanaman ini untuk obat olesan. Hemat kaaaan!
Petik aja satu tangkai, dan getahnya bisa dioleskan di luka ringan karena kena pisau atau sebab lainnya. Yang penting luka robekan nya kecil.
5. Tanaman Puring
Dulu saya paling nggak suka nanam tanaman puring. Alasannya karena tanaman ini biasa ada di makam. Juga ketika ada yang meninggal, daun puring ini dibuat hiasan untuk disertakan di atas pusara. Jadi males banget lah nanam tanaman puring.
Salah satu tanaman Puring di teras |
Namun semenjak tinggal di rumah Tlogosari, ada seorang tetangga yang koleksi puringnya cantik-cantik. Saya terpesona dengan bentuk dan warna yang beragam. Oh ternyata puring bisa juga tampil cantik dan menawan hati saya. Bisik saya kala itu.
Tetangga yang tahu kalo saya tertarik dengan puringnya, akhirnya memberikan satu pot besar tanaman puring. Tanaman ini cocok banget ditaruh di depan teras rumah karena bisa menjadi penyaring udara dan juga peneduh. Sorot matahari udah langsung tertahan dengan daun puring yang tumbuh subur.
6. Tanaman Bambu
Ini tanaman yang saya bawa juga dari rumah lama kami. Usianya udah lebih dari 16 tahun. Andai ditanam di tanah langsung, pasti udah beranak pinak banyak. Di dalam pot yang terbatas ini tanamannya juga beranak tapi nggak bisa nyebar jauh. Ya di dalam pot itu aja.
Tanaman bambu kuning Di antara kemuning dan zamia |
Oiya, daun tanaman bambu ini bagus dijadikan andam, yaitu bahan pupuk organik. Saya suka ngambil daun yang gugur dan menyimpannya di karung bekas tempat pupuk kandang. Nanti kalo udah terkumpul dua karung bisa dijadikan bahan kompos.
7. Tanaman Cabe
Saya punya tanaman cabe tiga jenis, sayangnya cuma cabe rawit setan atau cabe super pedas dan cabe teropong yang untuk masak sambel goreng aja yang berbuah. Satunya lagi cabe rawit ijo udah musnah dilalap sama mister mouse.
Tanaman cabe yang bisa tinggi ukuran nya cuma cabe rawit setan. Jadi tanaman ini saya letakkan di teras depan. Sementara cabe teropong saya taruh di teras samping.
8. Tanaman Rambat
Ada beberapa tanaman rambat yang sengaja saya taruh di rak model grid di atas pagar. Ada sirih merah, sirih Brazil, dan cincau.
Salah satunya adalah tanaman cincau. Nah tanaman yang satu ini juga pemberian dari teman dunia maya. Belum pernah ketemu, tapi karena suka sharing cerita tentang tanaman, saya dengan pede minta. Hahahaha, gak punya malu.
Mba Ratna menawarkan kalo ada teman yang pengen adopsi dipersilahkan sepanjang bersedia membayar biaya pengiriman. Saya langsung DM di akun FB nya dan beliau segera konfirmasi alamat saya.
Alhamdulillah sekarang tanaman cincau udah merambat kemana-mana. Suami sengaja membuatkan rambatan untuk tanaman dengan model seperti ini.
_________ ☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️__________
Sementara ini dulu yang bisa saya ceritakan tentang beberapa tanaman di rumah saya. Rumah hadap barat yang berlimpah sinar matahari dan bikin ruangan mendapatkan sirkulasi udara yang bersih.
Nanti akan saya tuliskan artikel tentang tanaman hias yang saya letakkan di teras depan. Semoga saya tetap diberikan kesehatan agar bisa merawat tanaman di rumah. Semoga teman-teman yang membaca artikel ini juga dilimpahkan kesehatan, aamiin ya rabbal alamiin. Wassalamu'alaikum.