Assalamualaikum Sahabat. Masih kah ada yang nonton TV nasional? Kalo dari teman, kerabat, dan kenalan saya, masih ada beberapa orang yang masih nonton tayangan TV nasional. Namun lebih banyak lagi yang tidak pernah nonton dengan alasan tayangan tidak menarik, tidak mendidik, dan berbagai alasan lain.
Maklum deh kalo banyak kalangan yang tidak tertarik nonton TV nasional. Bayangkan aja sinetron yang tayang juga seringnya merupakan tontonan dengan alur cerita tidak masuk akal.
Eh ini bukan kata saya loh. Namun komentar dari mereka yang sempat nonton beberapa dan enggan lagi meneruskannya. Kalo saya memang udah lama nggak nonton tv jadi penilaiannya tentu tidak bisa dipercaya. Teman saya ini bisa menceritakan dengan detil, tapi tak ketinggalan pula kalimat protesnya tentang sinetron Indonesia.
"Kalo enggak suka, ngapain nonton?"
"Karena aku nggak bisa nonton tv kayak pilihanmu, bisa nonton film luar dari channel berbayar,"
Hmm, iya sih. Kalo pilihan tayangan tidak ada bisa saja mereka terpaksa menonton apa yang ada. Tentu dengan ngomel-ngomel tidak puas setelah melihat tayangan sinetron. Akhirnya pilihan lain adalah nonton video di youtube ataupun di media sosial lainnya.
Dan teman saya terkaget-kaget menjumpai kalimat komentar di bawah video. Kalimat kasar, tanpa empati, sesuka hati menulis komentar tak peduli lagi dengan sopan santun berbahasa tulisan.
"Ada apa dengan bangsa ini, Wat? Enggak peduli usia berapa, mereka sama menuliskan komentar yang tidak sopan. Nggak pantas dibaca anak usia di bawah umur,"
Saya hanya mampu terdiam. Karena memang benar dengan ucapan teman saya ini. Setiap orang bebas menuliskan komentar apapun itu tanpa memedulikan siapa yang membaca, atau orang yang dikomentari. Intinya kebanyakan mereka tak lagi memiliki rasa malu bila menulis hal buruk di kolom komentar.
Indonesia Kehilangan Sastrawan Termasyur
Dalam kurun lima tahun, coba ingat-ingat ada berapa sastrawan negeri ini yang sudah meninggalkan dunia fana ini.
Kalian tidak mengingatnya sama sekali? Bikin sedih nih.
Bagus deh bila kalian masih ada yang teringat, meski satu atau dua sastrawan yang mendahului kita. Seperti akhir tahun 2018, ada Eyang Nh. Dini yang telah meninggal dunia. Kemudian tahun ini sastrawan Sapardi Djoko Damono, dan disusul dalam waktu berdekatan adalah Ajip Rosidi pada bulan Juli 2020 ini.
Bagi mereka yang tak pernah tertarik membaca karya sastra, kepergian sosok sastrawan bisa jadi tak akan meninggalkan kesan. Terlebih bila seumur hidupnya tak pernah sekalipun memiliki kesukaan baca buku atau karya sastra lainnya, makin tak peduli tentunya.
Saya pernah mendengar kisah seorang penulis di negeri Jiran yang mendapat dukungan dari pemerintah nya berupa penghargaan dan materi. Kalo dilihat dengan hasil karyanya tentu masih kalah jauh dibanding penulis karya sastra di Indonesia. Penulis di sana sudah dianggap sebagai sastrawan dan kehidupannya mendapat perhatian dari pemerintahnya.
Bayangkan dengan kisah hidup eyang Nh. Dini yang sempat nggak punya rumah dulu. Hingga mendapatkan bantuan dari GKR Hemas dengan menempati sebuah rumah di daerah Jogja. Meski akhirnya beliau kemudian mendapat perhatian dari berbagai pihak dan ananda nya, hingga akhir hayatnya.
Besok, tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Aksara Internasional. Hari Aksara Internasional atau Hari Melek Huruf Sedunia ditetapkan oleh Unesco pada 17 November 1965. Peringatan ini diniatkan untuk mengingatkan kita bahwa melek aksara ini sangat penting bagi kehidupan.
Bayangkan aja ya misalkan kamu sama sekali nggak suka baca. Melihat berita di sosial media, bisa-bisa menanggapi dengan nyinyir. Padahal kadang isi berita tak sesuai dengan judul. Penulis sengaja memilih judul yang bombastis agar banyak yang baca.
Saya dan Buku, Tak Akan Terpisahkan
Iqra'... baca lah, merupakan kata pertama dari wahyu yang disampaikan Tuhan kepada Nabi Muhammad Saw. Makna Iqra' ada 4, yaitu bagaimana cara kita membaca Quran dan mengkhatamkannya. Insyaalah meski tak tahu artinya, asalkan bacaannya benar akan mendapat pahala.
Iqra' dalam makna kedua adalah bagaimana mendalami Al Quran dengan mengetahui tafsirnya. Makna ketiga adalah bagaimana kita menghayati serta menjadikan pedoman hidup sehari-hari. Dan makna keempat adalah sebagai menyingkap tabir-tabir dalam Quran.
Seperti yang dituturkan oleh Quraish Shihab, dengan membaca kemajuan seta peradaban bisa tercipta.
Orang yang suka membaca, akan memiliki perasaan dan imajinasi yang menyatu. Dari membaca bisa tercipta ide kreatif yang tak terbatas.
Saya sendiri suka membaca sejak masih kecil karena melihat orang tua yang juga menyukai bacaan. Ada koran, majalah, dan buku-buku di rumah masa kecil. Hal ini menumbuhkan minat baca saya dan adik-adik hingga sekarang ketika kami udah dewasa dan berkeluarga.
Kesukaan baca saya juga didukung ketika kelas 2 SMP mendapat tugas membuat resensi buku sastra. Guru membebaskan kami memilih sendiri buku sastra yang tersedia di perpustakaan sekolah. Saat itu saya memilih buku berjudul Kasih Tak Sampai karya Marah Rusli.
Kisah Siti Nurbaya yang begitu berwarna, telah membangkitkan minat saya membaca karya sastra lainnya. Usai menuliskan resensi Kasih Tak Sampai, saya dan beberapa teman menjadi penghuni tetap perpustakaan sekolah demi menuntaskan seluruh bacaan karya sastra yang ada di sana.
Saya begitu haus dan ingin menghabiskan seluruh buku yang tak ada di rumah. Sebuah pengalaman hidup yang menemani saya bertumbuh dan menciptakan kepribadian yang tentu tak sama dengan orang lain.
"Ajarkan sastra pada anak-anakmu, agar yang pengecut menjadi pemberani" --Umar Bin Khattab.
Pernah kalian membaca satu ungkapan dari khalifah dan sahabat Rasulullah SAW ini?
Umar Bin Khattab sangat mengapresiasi sastra pada zamannya. Menurut beliau, bangsa Arab membutuhkan hal ini. Karena sastra sangat berhubungan pada semangat dan kepahlawanan.
Karya sastra biasanya jujur dan berani dalam penggunaan kata-kata. Sastrawan pintar meramu kata tanpa harus takut dengan ancaman pembaca maupun penguasa. Terlihat sekali dari beberapa karya sastra yang ada di Indonesia. Seperti milik Pramoedya Ananta Toer yanng novelnya salah satunya menceritakan kejatuhan dan keterpencilan manusia. Dari tulisannya ini, dia mendekam di penjara.
Anak-Anak dan Buku Pilihan
Mengingat pengalaman yang menyenangkan dengan buku, saya pun mengajak anak-anak agar suka baca juga. Suami saya orang yang kurang suka baca buku. Baca majalah atau koran selalu yang berhubungan dengan otomotif. Tapi bacaan lainnya, dia nggak menyukainya.
Namun saya masih bersyukur karena keinginan mengenalkan anak-anak pada buku, sangat didukung oleh suami. Dia tahu bagaimana kecintaan saya pada buku, telah mengantarkan pengalaman yang kaya dan menjadi hal baru.
Pengalaman memiliki karya tulisan yang beberapa kali mejeng di surat kabar dan majalah. Bahkan saat ini saya bisa berkarya menjadi blogger dari kesukaan membaca tema buku apa aja.
Mengenalkan buku pada anak-anak memiliki pengalaman yang berbeda. Saya pernah menuliskannya dalam artikel di sini.
Silahkan baca : Mengajak Anak Minat Baca Buku
Saat ini buku koleksi mereka mulai beragam. Si sulung dengan karya penulis favoritnya, yaitu Pramoedya Ananta Toer. Sementara si bungsu suka karya penulis Sir Arthur Conan Doyle, yaitu Sherlock Holmes.
Selain itu ada beberapa koleksi buku yang ada di rak buku di kamar masing-masing. Saya tak pernah memaksakan pada anak-anak, buku mana yang bagus. Saya hanya sebagai pengamat yang akan meneliti terlebih dulu apakah bukunya pantas untuk jadi bacaan mereka.
Sebagai ibu, saya ingin memposisikan diri sebagai teman mencari buku kesukaan. Tentu aja kegiatan ini menjadi kesenangan kami karena bakal ada yang jadi tukang traktir jajan buku. Siapa lagi kalo bukan si bapak, hahahaa.
Tugas saya mengenalkan anak-anak untuk mencintai buku dan membacanya, udah terlaksanakan. Saya puas mereka suka baca buku dan tulisan yang berkualitas di website.
Saya telah mengajarkan pada keduanya bahwa menulis itu butuh keberanian untuk memamerkan kreativitas seseorang. Jadi jangan gampang menghujat tulisan seseorang. Saya lebih menyukai anak-anak memiliki karya yang bisa dibanggakan, bukan menjadi netizen nyinyir.
Syukurlah mereka bukan termasuk golongan netizen nyinyir. Ada satu pengalaman dari putra salah seorang teman yang masuk penjara gara-gara status di media sosial. Saya jadikan pengalaman ini sebagai pembelajaran anak-anak agar bijak bermedia sosial.
Salah satu cara bijak menggunakan media sosial adalah dengan suka membaca. Dan saya yakin anak-anak bijak menggunakan media sosial masing-masing.
Namun saya masih tetap menginginkan agar lebih banyak lagi generasi muda yang suka baca. Nggak hanya membaca judulnya dan kemudian berkomentar sesuka hati.
Jalan yang saya pilih adalah dengan menjadi blogger. Saya memiliki kebebasan menulis apa aja, namun tentunya yang bermanfaat untuk pembaca.
Artikel di blog ini yang mengusung niche lifestyle, menjadikan saya mudah memilih tema. Coba deh kamu cari di arsip. Mau baca cerita horor dari pengalaman keluarga dan tetangga pun ada juga. Atau pengalaman nonton film yang saya tulis review nya, bisa jadi pilihan bagi yang suka nonton.
Menuliskan pengalaman yang saya alami, ternyata bisa menjadi dokumentasi perjalanan hidup. Anak-anak dan cucu, bahkan keluarga besar saya bisa turut membaca cerita saya. Bukan kah saat ini udah era digital, di mana setiap orang lebih menyuka cari informasi dari gawai?!
Itu lah sebabnya sesekali saya suka berbagi link artikel blog di WAG keluarga, hahahaa.
Paling enggak, saya mengajarkan bahwa cari dan baca lah berita dari sumber yang valid. Saya insyaa Allah akan menuliskan artikel tanpa hoax. Artikel kesehatan yang saya tulis berdasarkan pengalaman sendiri pun, juga menyisipkan keterangan dari dokter yang merawat keluarga.
Saya memang bukan seorang sastrawan. Namun dengan menuliskan pengalaman hidup saya dan keluarga di blog ini, harapannya adalah menjadi pembelajaran pembaca. Dan saya senang ketika ada orang yang tidak saya kenal, menghubungi via email. Bertanya lokasi tempat wisata yang saya tulis, cara menangani anak kejang karena mengidap epilepsi, dan ucapan terima kasih mereka karena beberapa hal yang udah saya tuliskan.
Semua feedback pembaca blog ini dari apa yang saya tuliskan, nilainya sangat berharga. Menjadi amunisi bagi saya untuk terus menulis hingga Tuhan tak lagi mengijinkan saya. Wassalamualaikum.
Referensi :
- https://www.liputan6.com/ramadan/read/3972313/quraish-shihab-menyelami-makna-iqra-wahyu-pertama-yang-diterima-nabi-muhammad-saw
- https://www.kompasiana.com/lanyhardila/5bfaabb86ddcae139b412056/peran-sastra-dalam-membentuk-karakter-siswa?
#sastraindonesia #akoer #Indonesia Berjaya #sembutopia #sembuhkanindonesia #hariaksara #internationalliteracyday #hariaksarainternasional
Sedih karena indonesia berada di salah satu urutan di bawah yg paling kurang literasi atau minta baca,,, gampang-gampang susah nerapinnya...anak saya lebih suka dengan hal yang berbau visual
BalasHapusTak salah jika ada ungkapan BUKU ITU ADALAH JENDELA DUNIA. Melalui buku kita membaca. Dari membaca kita berpengetahuan. Dari pengetahuan kita bisa memuliakan adab dan meninggikan kualitas diri.
BalasHapusSelamat Hari Aksara mbak, sedih banget baca Sapardi dan Ajip Rosidi, segelintir orang yang hidup untuk sastra
BalasHapusSemoga bangsa kita makin beradab ya dan muncul sastrawan sastrawan muda yang mau berjibaku
Penulis-penulis zaman sekarang juga banyak yang menghasilkan buku dengan bahasa dan bahasan indah, santun, berfaedah, dan menghaluskan hati.
BalasHapusKalau kata temen di sebuah penerbit, "Nggak bisa maksa anak sekarang menyukai sastra beberapa dekade lalu karena zamannya sudah beda."
Saat SD saya baca bukunya NH Dini, Namaku Hiroko dan terkagum-kagum yang berlanjut pada bacaan lainnya. Dulu Bapak dan Kakak di tengah keterbatasan kami selalu menyediakan bacaan di rumah.
BalasHapuskini memang sulit menerapkan ini karena begitu banyak distraksi pada anak-anak kita. Apalagi saat PJJ begini ketika semua urusan sekolah harus via gawai..maki sulit.
Saya menyiasasti dengan langganan majalah Bobo buat si bungsu dan Natgeo+Intisari buat si sulung. Selain itu juga rutin juga beli buku dan memberi teladan dengan baca buku juga di depan mereka.
Oh ya, jadi ingat tahun lalu saya hadir di Penganugerahan Sastra Rancage dari Yayasan Rancage yang didirikan Ajip Rosidi.
Hadiah untuk sastrawan (sastra daerah yang menerbitkan buku di tahun itu) adalah 5 juta rupiah ..nyesek banget, sedangkan lomba menulis lainnya saja hadiah berlipat besarnya
Selamat hari aksara bu Wati. Buatku sendiri, membaca tulisan, apalagi cerita tidak tergantikan oleh kehadiran video. Proses berimajinasi, memvisualisasikan rangkaian kata dalam otak dari tulisan sangat menyenangkan dan tidak bisa aku dapat melalui nonton video.
BalasHapusTapi, ya kadang suka males dan terlena dengan video. Tapi lalu kangen lagi akan proses berimajinasi tadi. Hahaha
Selamat hari aksara, semoga perjuangan karya Nh Dini tetap menginspirasi para pejuang literasi. Tetap berjuang untuk menulis, kak.
BalasHapusBelajar sastra itu nggak mudah, tapi sebenarnya nggak sulit juga bila dibiasakan ya mbak. Daku pernah ngobrol dulu sama siswa pas pelajaran bahasa soal sastra, ya kata mereka memang susah, hihi, tapi alhamdulillah nya tetep SemangatCiee belajarnya
BalasHapusNah ini akutu suka banget baca buku tp kok anak2 tuh susaah bgt deh semakin gede jarang sentuh buku.
BalasHapusPdhl pas kecil mayan sering baca, peer banget deh aku
untuuung saya termasuk tukang baca kelas berat yaaaaa....
BalasHapusdan btw saya jadi ubek ubek arsip cari horor story iishh padahal saya penakut
Sepertinya saya akan kurangi baca gosip di IG dan mulai baca2 buku cetak lagi. Biar si kecil ikuti. Trims udah mengingatkan, saya jd ngeh
BalasHapus