Rabu, 19 Agustus 2020
Minggu, 16 Agustus 2020
Menjaga Cinta Pada Bumi Pertiwi Dengan Melakukan Karya Baik di Tengah Pandemi
Semestinya tahun ini menjadi perayaan ulang tahun Kemerdekaan RI yang meriah. Usia 75 tahun bagi manusia tentunya sudah pensiun. Namun kalo untuk ukuran negara, usia 75 tahun adalah saatnya mengawali kejayaan. Mewujudkan cita-cita bangsa yang sekian tahun telah diimpikan.
Muluk-muluk gak sih harapan saya sebagai warga bangsa ini?
Enggak dong, harapan itu doa yang pengennya terwujud. Yakaaaannn!
Sayangnya covid-19 telah meluluhlantakkan rencana itu. Hingga hari ini, tanggal 13 Agustus 2020, jumlah warga yang terpapar Covid-19 di Indonesia sudah mencapai bilangan ratusan ribu positif. Katanya korban meninggal pun yang tertinggi seASIA Tenggara.
data infografis diambil dari Gugus Tugas Covid-19 pusat |
Virus corona telah menghempaskan semua angan, mimpi besar, bahkan rencana yang telah disusun jauh hari. Tanpa ada kabar, mendadak semua rencana buyar. Ada resepsi pernikahan yang mesti ditunda bahkan dibatalkan karena adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Kabar duka mereka yang menjadi korban covid-19, so sad.
Semua orang harus jaga jarak. Paling aman jaga jarak saat bertemu awalnya minimal satu meter. Sekarang menjadi dua meter. Ini yang terpaksa masih kerja di luar rumah.
Semua orang harus mengenakan masker, lebih perhatian pada kebersihan dengan mencuci tangan setiap usai menyentuh permukaan benda, menjaga kesehatan. Orang juga banyak yang peduli dengan menjaga pola makannya. Kembali ke alam dengan mengonsumsi minuman herbal.
Saya sendiri yang terbiasa menyediakan wedang uwuh, rempah segar dengan membeli di pasar, menjadi makin rajin menyiapkan minuman untuk keluarga. Makin rajin bikin jus sebagai selingan ngemil buah.
Corona juga makan korban mereka yang kena pemutusan hubungan kerja. Banyak pekerja lepas ataupun tetap yang terpaksa kehilangan pekerjaannya. Perusahaan yang dengan berat hati harus melepas pekerjanya dengan alasan keberatan biaya operasional usahanya.
Nggak ada yang bisa disalahkan karena memang pandemi dan baru pertama terjadi. Bahkan di seluruh dunia, ada banyak negara yang telah terpapar virus ini. Keluarga terpecah, ayah di kota A, ibu dan anak-anak di kota G. Ada anak yang nggak bisa pulang karena sekolah, kampus, pondok pesantrennya tak mengijinkannya balik ke kota asal. Yah... Virus Corona lah yang mampu merenggut kebahagiaan keluarga untuk berkumpul bersama.
Bahkan hari raya dari umat Hindu, Budha, Islam, dan Katholik mesti dirayakan dari rumah saja. Baru sekali ini kita menikmati suasana shalat Ied dengan imam dari suami atau ayah kita.
Namun sampai kapan pandemi ini berjalan? Sampai kapan kita betah di rumah aja? Sampai kapan kalian yang harus kerja di luar rumah tetap menjaga protokol kesehatan?
Ada banyak pertanyaan yang tak mampu kita jawab dengan benar. Namun sebagai makhluk yang paling mudah dan cepat beradaptasi, kita wajib tetap ikhtiar menjaga kesehatan, beradaptasi dengan sejumlah kebiasaan baru, dan tetap berkarya.
Tentang kebiasan baru, saya pernah nulis di sini :
New Normal Life Agar Tetap Produktif Berkarya
Hikmah Corona di Bumi Pertiwi Indonesia
Sahabat tahu kah, kalo di balik musibah pandemi corona ada hikmah yang bikin hati menghangat?
Saya ingin menuliskannya dalam artikel ini karena agar cerita saat pandemi terjadi di muka bumi ini, khususnya di Indonesia, masih terselip kabar bahagia. Apa sih cerita yang bikin hati saya menghangat?
Pertama saya ingin menuturkan bahwa ada lembaga amal berbasis di Inggris, yatu Charities Aid Foundation (CAF). Dalam World Giving Index Report di 2018, Indonesia berada di urutan teratas negara paling dermawan di dunia.
Nah kabar berikutnya makin menghangatkan hati yang lara karena corona. Sebelum laporan edisi kesembilan, CAF telah mengumpulkan data dari 146 negara. Mereka melakukan survei sepanjang 2017, untuk periode 2013-2017. (https://www.bbc.com)
Rangking ini disusun dari masing-masing negara dengan menilai berdasarkan tiga tindakan yang berkaitan dengan donasi atau amal. Tiga hal ini yaitu membantu orang tak dikenal, memberi sumbangan uang, dan menjadi sukarelawan. Dan hasilnya adalah Indonesia berada di urutan pertama dengan skor akumulasi terbanyak dari ketiga aspek tersebut.
Berdasarkan data yang disajikan, Indonesia mendapat nilai sebesar 46 persen untuk membantu orang tak dikenal, 78 persen untuk memberi sumbangan, dan 53 persen untuk menjadi sukarelawan.
Meski sekarang ini warga dunia pun mulai banyak yang melakukan hal serupa. Karena bencana terjadi di mana-mana, mampu membuka pintu hati banyak warga dunia untuk melonggarkan hati dan sikapnya untuk berdonasi.
Di samping itu, semenjak ada corona makin banyak pula warga bumi ini yang mencari kegiatan agar tetap waras.
- Orang Keranjingan Olahraga
Yang bosen di rumah aja, mulai mencari alasan keluar rumah bukan untuk urusan kerja. Namun dengan alasan mencari keringat, menambah imunitas tubuh agar stamina bagus, maka mereka pun keluar rumah untuk olah raga.
Ada yang sekadar jalan santai, lari (asal jangan lari dari kenyataan hidup), gowes, atau pilates. Bahkan kabarnya toko sepeda tak lagi memiliki stok jualan karena diborong oleh rang-orang yang pengen gowes.
Foto lama diambil sebelum pandemi |
Nggak apa sih menurut saya, karena masing-masing orang memiliki tingkat kemampuan mengelola stres karena corona yang tak sama. Ada yang cukup di rumah aja dan sibuk baking, cooking, berkebun, baca buku dari koleksi yang mangkrak di lemari hingga berdebu. Ada juga yang mesti mencari tempat sunyi di dekat rumah untuk menemukan ide kreatifnya.
Semua itu dilakukan agar terlepas dari stres menghadapi pandemi yang tak kunjung usai. Mereka ingin menjaga imunitasnya agar tetap bakoh dan sehat sentosa. Mereka ingin tetap bisa berkarya di tengah pandemi.
- Harga Sembako Stabil, Cenderung Murah
Yang tak disangka adalah sembako mudah didapatkan. Hanya gula pasir tertentu aja yang susah diperoleh, entah kenapa.
Namun untuk bahan pokok lainnya bisa diperoleh dengan mudah baik di pasar tradisional, supermarket, maupun minimarket, atau bahkan di warung tetangga.
Eh ada yang komentar kalo ada beberapa sembako yang meroket harganya. Iyaa, seperti bawang bombay yang mendadak sebiji aja udah seharga 20 ribu rupiah. Ya udah lah nggak usah masak pakai bawang bombay. Ada bawang merah yang merupakan produk lokal dan bisa ngebantu petani bumi pertiwi.
Mungkin ada juga sembako lain yang ganti harga karena banyak alasan. Seperti kurangnya pasokan, entah karena aslinya memang produksi menurun atau disembunyikan oleh oknum tak bertanggung jawab.
Namun kebanyakan sembako lainnya cenderung murah dan mudah didapat. Bahkan menjelang lebaran aja, harga cabe merah yang montok itu enggak naik banyak seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya pun bisa menyiapkan masakan sambel goreng kesukaan keluarga tanpa baper. Alhamdulillah.
- Menyukai Kegiatan Berkebun
Ah ini dia kegiatan yang paling saya sukai selama pandemi. Bukan karena ikut-ikutan berkebun agar tidak pengen dolan jauh. Tapi memang sejak nikah saya suka merawat tanaman.
Hepi banget dibuatkan rak tanaman ini sama paksuami |
Dan setiap hari Minggu selalu menjadi waktu yang saya nantikan. Karena dari Senin hingga Sabtu, saya bekerja. Hari Minggu menjadi waktu untuk salah satu kegiatan berikut ini : belanja tanaman, membersihkan gulma/merawat tanaman, mengatur pot-pot, mengganti pot atau mengisi media tanaman yang baru, dan memecah indukan tanaman.
Saya sampai segitunya merawat koleksi tanaman, bisa seharian loh. Tentu saja di luar ngurus keluarga, seperti menyiapkan masakan, ngajak anak-anak bermain. Karena saya nggak mungkin bisa menjalankan hobi bila urusan kewajiban sebagai ibu bangsa enggak beres.
Tahu nggak sih, kalo tukang jualan tanaman curhat bahwa stok tanaman mereka mengalir lancar kayak air di sungai Serayu?!
Rata-rata mereka menuturkan bahwa tiap hari selalu ada pembeli tanaman. Kebanyakan kolektor baru, pecinta tanaman yang baru menyukai kegiatan berkebun. Nggak apa-apa, justru makin banyak pecinta tanaman baru bermunculan, makiin bagus untuk kondisi bumi pertiwi.
Makin banyak tanaman numbuh, teras rumah sempit yang lebih hijau dengan tanaman, mampu menyumbang oksigen untuk lingkungan sekitar.
Saya Tetap Berkarya Menjadi Content Creator
Masa awal pandemi sempat gak ada tawaran kerjaan menulis konten. Bukannya sedih, saya justru mengisi waktu dengan tetap berkarya. Tetap nulis artikel untuk mengisi blog ini dengan artikel organik.
Saya memang aneh sih kalo job sepi justru seneng. Karena saya bisa menyeimbangkan artikel di blog nggak hanya tulisan-tulisan berbayar. Tapi juga ada artikel murni karena ingin sharing tak dibayar. Meski tulisan berbayar pun merupakan hasil pengalaman saya.
Bisa kok kalian cek di sisi kanan blog, bulan Maret ada 9 artikel yang isinya masih seimbang antar artikel berbayar dengan organik.
Bulan April lebih banyak artikel organik karena ada kegiatan one day one post dengan satu komunitas blogger.
Jadi meski pandemi dan berkurang tawaran kerja sebagai content kreator, bukan berarti karya saya terhenti. Saya bisa menuliskan review film favorit, cerita berkebun, nulis resep masakan favorit, dan masih ada ide nulis lainnya untuk mengisi blog ini.
Gitu deh Sahabat. Apapun yang menjadi kegiatan kalian, lakukan dengan hati bahagia, tanpa terpaksa, tetap berkarya dalam suasana positif. Tebar virus positif dengan sharing kegiatan yang produktif agar bumi pertiwi ikut tersenyum.
Indonesia memiliki kekayaan yang tidak dimiliki oleh negara lain. Pulau belasan ribu yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Beragam suku dengan bahasa daerah yang banyak pula dialek dan kaya dengan logat yang unik. Kekayaan alam dalam berbagai bentuk, dari hasil bumi (fosil), pemandangan alam, yang bisa dijadikan modal hidup warganya.
Indonesia Berjaya, Dirgahayu Negriku
Dalam suasana masih pandemi pula, kita masih tetap merayakan hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Saya yang sesekali suka nonton langsung upacara penurunan bendera Merah Putih di Lapangan Simpang Lima Semarang, tahun ini ragu kesana.
Foto tahun lalu, Menyaksikan upacara bendera |
Sepertinya lebih baik memilih di rumah aja untuk menyaksikan detik-detik pengibaran Sang Saka Merah Putih. Begitu pula saat penurunan bendera.
Malam ini biasanya tahun-tahun lalu menjadi hari tersibuk di lingkungan RT maupun RW tempat tinggal saya. Pasti begitu juga di rumah kalian. Membuat tumpeng, masak bersama dengan tetangga di salah satu rumah warga menjadi kegiatan rutin tahunan yang sayang untuk dilewatkan.
Tahun ini tak ada malam tirakatan mengenang pendiri bangsa menyiapkan dan menanti detik-detik menggaungkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di tempat saya rencananya masih ada syukuran selamatan setelah shalat Isya, khusus bapak-bapak. Berdoa bersama dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Mengenakan masker, jaga jarak, dan segera pulang ke rumah setelah doa selesai.
Yang masak nasi kuning pun hanya tiga orang ibu yang diberikan tanggung jawab. Tak ada masak bersama meski gotong royong mengumpulkan uang untuk biaya menyiapkan nasi kuning tetap dilakukan. Ketua RW kami nggak ingin meniadakan malam tirakatan. Syukuran untuk mengenang jasa pahlawan pejuang kemerdekaan tetap dilakukan dengan kondisi terbatas dan aturan yang berlaku.
Bagaimana malam tirakatan di tempat kalian, Sahabat?
Salam Cinta Indonesia. Salam damai dalam perbedaan. Selamat Ulang Tahun negeri yang kaya, dengan penduduk yang murah senyum dan suka menolong. Yakin lah Indonesia Tetap Berjaya. Wassalamualaikum.
#Indonesia Berjaya #HUTRI75 #NKRI #sembutopia #rajinmakanbuah #stayhealthy #staysafe