Belajar Saat New Normal Bersama Guru Kreatif
Assalamualaikum Sahabat. Sudah empat bulan berlalu, dan pandemi covid masih ada di muka bumi. Sebagian orang sudah mulai melakukan aktivitas di luar rumah. New normal yang diberlakukan memang masih bikin galau. Itu juga sebabnya belajar pun masih harus di rumah aja seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Jadi meski awal tahun ajaran baru ditetapkan mulai tanggal 13 Juli 2020, namun sebenarnya ini hanya untuk penetapan saja.
Seperti yang sudah ditentukan dan sesuai dengan SKB empat kementerian. Yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Agama. Tentang Panduan Pembelajaran pada Tahun Ajaran Baru dan Tahun Akademi Baru di Masa Pandemi covid-19. Bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang semula bersifat tatap muka dialihkan menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik secara daring maupun luring.
Namun sesuai dengan panduan dari Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, untuk daerah zona hijau dimungkinkan untuk memulai pembelajaran tatap muka dengan persyarakatan protokol kesehatan yang berlaku.
Tahun Ajaran Baru, Belajar Daring Lagi
Sistem pendidikan dituntut untuk adaptasi di masa pandemi Covid-19. Guru dipaksa untuk menjalankan metode pembelajaran baru sesuai kebiasaan baru.
Peran guru di sini tak lagi dengan menilai kualitas siswa berdasar satu kelas atau pelajaran. Penilaiannya juga memperhatikan setiap individu siswa, menggali potensinya, termasuk juga kemampuan teknologi. Tahu kan kalo saat ini teknologi menjadi penting untuk mendukung pembelajaran di era kebiasaan baru.
Beberapa waktu lalu saat menjelang penerimaan anak didik, orang tua mulai dihantui dengan sistem yang digunakan yaitu zonasi. Saya sendiri hanya membaca sekilas dari status di linimasa sosial media.
Satu masalah kelar, datang masalah baru. Seakan-akan orang tua nggak hanya butuh kesabaran tapi juga kekuatan tekad untuk mendampingi anak-anak di tahun ajaran baru.
Peran orang tua yang biasanya sebatas mengantar ke sekolah, kini otomatis bertambah. Mulai dari menyiapkan peralatan dan jaringan penunjang pembelajaran secara daring, sampai mendampingi anak mengerjakan tugas-tugas dari gurunya.
pict. by tes.com |
Nggak cukup sampai di situ. Bahkan orang tua harus menanggung biaya sekolah yang masih tetap ada. Banyak curhatan tentang biaya sekolah atau SPP ini. Mengapa tidak ada diskon, sementara murid tidak masuk sekolah?
Dan masih ada pengeluaran tambahan untuk paket data selama sekolah daring. Belum lagi biaya untuk membeli sarana prasarana. Bagi orang tua yang mampu memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya, gak ada masalah. Namun kondisi ini diperparah dengan masalah ekonomi orang tua yang terdampak pandemi. Mulai dari mengalami penurunan pendapatan, bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Saya ingin merangkum uneg-uneg orang tua dan anak-anak selama sekolah atau belajar dari rumah.
Masalah yang sering dijadikan curhat orang tua dan murid :
- Kebutuhan Sekolah Daring Lebih Mahal
Curhat bahwa kebutuhan pembelajaran jarak jauh lebih mahal karena kebutuhan kuota internet. Tidak semua orang tua murid memiliki kemewahan mempersiapkan wifi di rumah. Bahkan kebanyakan untuk membeli pulsa kuota internet saja, harus menunggu duit gajian.
- Tidak Semua Guru Siap Dengan PJJ
Karena selama ini pendidikan di negeri ini memang tidak dikenalkan dengan pemberian tugas secara daring. Ada sih guru yang memiliki ide memberi tugas pada muridnya untuk mengumpulkan tugas via email. Namun biasanya ini dilakukan oleh guru kreatif yang memang berniat untuk inovasi. Dan mengenalkan muridnya untuk lancar mengakses dunia maya tak sekadar untuk main sosial media.
- Harus Beli Hape
Ini kasusnya hampir sama dengan tidak memiliki kuota internet. Tidak semua orang memiliki gawai atau hape atau gadget. Bahkan bila punya anak yang masih sekolah lebih dari satu orang, dan jam belajar berbarengan, pasti butuh hape lebih dari dua.
Namun ada juga keringanan dari pihak sekolah/guru yang memberikan kesempatan waktu yang lebih panjang. Maksudnya untuk memfasilitasi orang tua yang mendampingi lebih dari satu anak. Jadi bisa giliran untuk masing-masing anak.
- Pengeluaran Bertambah
Kondisi belajar daring tentunya menyebabkan kebutuhan data internet dua kali lebih banyak. Dan ada juga pastinya penambahan biaya listrik. Belum lagi dengan pengeluaran cemilan atau makanan yang meningkat.
Kalian yang memiliki anak atau keponakan pasti hapal dong, saat liburan sekolah selalu ada peningkatan pengeluaran makanan dan jajanan. Nah, ini bukan waktu liburan tapi sekolah di rumah. Abis belajar, kadang anak-anak suka nanyain ada jajanan nggak? Katanya mereka gampang lapar tiap abis belajar daring.
- Beban Orang Tua Bertambah
Orang tua banyak yang mengaku mengalami kesulitan mendampingi anaknya belajar daring. Terutama mereka yang dua-duanya bekerja, memiliki anak lebih dari 1 yang semua masih di usia sekolah, dan tingkat pendidikan orang tuanya kurang memadai.
Kondisi ini yang membuat banyak orang tua curhat di sosial media. Kebanyakan memang perempuan yang curhat, sejak belajar daring, makin banyak ngomel, hahahaa.
- Kurangnya Waktu Menemani Anak Belajar
Nah, nggak hanya orang tua yang tetap bekerja di luar rumah aja yang punya keterbatasan waktu mendampingi anak belajar. Tapi ibu-ibu atau ayah yang bekerja di rumah juga mengeluhkan hal serupa.
Mereka harus bangun lebih pagi, agar semua kegiatan berjalan lancar. Sarapan harus udah siap sebelum anak-anak belajar daring. Mereka masih harus membereskan pekerjaan rumah, masak untuk maka siang dan malam.
Pengalaman Anak saya Kuliah Daring
Terus terang saya memang nggak mengalami seperti umumnya orang tua yang menemani anak belajar di rumah. Anak saya yang sulung udah bekerja, sementara yang bungsu udah menjadi mahasiwa semester 4.
Namun bukan berarti nggak ada masalah tentang pembelajaran daring. Ada kok, sama aja sih masalah yang muncul. Saya tulis sesuai curhatan si bungsu.
- Interaksi dengan dosen kurang
Sebagai mahasiwa DKV (Desain Komunikasi Visual) materi tidak menarik karena dibagikan dalam bentuk tulisan. Seharusnya pembelajaran di jurusan DKV memang membutuhkan tatap muka atau dengan membagikan video tutorial.
- Bimbingan dari dosen tidak ada
Kalo ada tatap muka, biasanya dengan praktek. Jadi bisa belajar atau bertanya bila ada mahasiswa yang kesulitan memahami materi. Seperti poin pertama di atas, tidak adanya tatap muka menyebabkan mahasiswa jalan sendiri selama semester genap.
- Beberapa dosen senior gaptek
Yang lucu adalah, kampus yang dikenal sebagai embrionya teknologi digital, masih memiliki dosen yang gagap teknologi. Beberapa dosen seni yang senior, sulit memahami pembelajaran kulian online. Biasanya mereka lebih suka model tatap muka atau ngomong tentang materi perkuliahan, juga dengan berdiskusi.
Jadi selama kuliah online, dosen ini hanya memberikan tugas dalam bentuk pdf yang diunggah di website kampus. Anak saya merasa tidak bisa memahami materi yang diberikan.
- Bosan Karena tidak ketemu teman
Nampaknya enggak anak kuliahan, anak SD, SMP, dan SMA memiliki masalah yang sama. Kangen pengen ketemu teman di sekolah atau kampus. Iya sih, sebagai makhluk sosial, bertemu dan menjalin komunikasi secara tatap muka memang salah satu bentuk hiburan.
- Tidak dapat uang saku
Hayooo mana suara emak yang pernah diprotes anak-anaknya karena selama belajar daring tidak memberikan uang saku?
Saya juga nggak ngasih anak saya uang saku. Hahahaa.
Ya, suka duka belajar daring memang menjadi catatan sejarah yang kelak akan dituturkan pada anak cucu. Bagaimana pun manusia diciptakan sebagai makhluk hidup yang pintar beradaptasi. Jadiii, dinikmati saja kondisi ini dengan apa yang kita miliki.
Sekali lagi, kalo mampu dan memiliki rejeki lebih, kita bisa membantu tetangga, kerabat, atau teman yang terdampak pandemi. Nggak punya duit berlebih juga bisa membantu dengan membagikan gadget yang tidak terpakai di rumah. Siapa tahu di luar sana ada kerabat atau tetangga yang membutuhkan untuk prasaran belajar daring buat anaknya.
Semoga bermanfaat apa yang saya tuliskan dari rangkuman uneg-uneg, curhatan tetangga, adik ipar, teman, anak kandung, yang mesti belajar daring. Kalian bisa juga ikut curhat di kolom komentar. Curhatannya yang asik aja yaa. Wassalamualaikum Sahabat.
Memang melelahkan sekali ini belajar daring dari sisi saya ibu dengan 2 orang anak usia sekolah SD dan TK, hiks. Cepatlah berlalu biar bisa belajar dan sekolah yang normal kayak dulu lagi. Gak tau kapan, tapi semoga segera.
BalasHapusToss di bagian uang saku, Mbak WAti hahaha.
BalasHapusAnak saya yang sulung kuliah daring tapi saya lihat dia oke-oke saja .. semoga saja memang demikian. Ini lagi nunggu rapor semester 2 dia.
Baru merasakan pembelajaran jarak jauh gini selama 2 minggu ini. Dan rasanya ya gak bisa mengerjakan apaapa, dari pagi sampai siang full handle si sulung. Kayaknya jadwal nyuci bakal digeser pas weekend atau gak diserahin ke laundry nih hihihi
BalasHapusBelajar Daring bikin darting! :D
BalasHapusGak sedikit mommies yang berubah jadi momster gegara PJJ ini
semangaaattt untuk semuanyaaa
Semalam aja aku nemenin si bungus yang kelas 7 ngerjain PKN 20 soal mana jawabannya uraian panjang2. Belum mapel lainnya..apalagi anakku masih sakit. Rempong banget dah PJJ ini. Kepengen corona berakhir biar kita bisa hidup normal dan anak2 belajar dan bermain lagi di sekolah aamiin.
BalasHapusKalau saya materi dari guru ga tiap hari ada, jadi kadang cuma disuruh baca buku paket aja, hihi, mungkin karena masih kelas 1 SD ya. Semoga moment ini menjadikan anak-anak nantinya lebih menghargai waktu belajarnya di sekolah ya Mba, sebab ternyata lebih bahagia kalo belajarnya normal seperti biasa
BalasHapusAwal belajar daring pas TK kemarin, jadi pas SD sekarang anaknya terbiasa belajar daring tapi memang kalau sekarang lebih panjang waktunya daripada TK. Karena anakku masih kelas 1 SD jadi pembelajaran juga selain hitungan, english dan agama lainnya lebih banyak kegiatan kreativitas yang dibuat dengan video yang nantinya buat laporan ke gurunya.
BalasHapusWaktu belajar daring sedang gencar-gencarnya dipromosikan, aku kepikiran anak-anak di daerah Mbak. Jangankan internet, akses terhadap hp saja masih banyak kesulitan. Nah mereka itu gimana ya nasibnya? Dan tentu guru kreatif bisa mencarikan jalan keluar ya
BalasHapusEmang ya belajar daring ini menjadi tantangan tersendiri, bagi guru, siswa dan juga orang tua. Sistem baru emang kadang bikin kaget, tapi lama-lama akan jadi terbiasa juga
BalasHapusAnak2 d rmh juga kadang ngeluh krn ga ada temen, ga seru, ga bisa jajan rame2 ke kantin . Semoga pandemi ini segera berlalu ada obat/vaksinnya
BalasHapusSekolah online ini memang bawa banyak cerita ya. Aku nih, anak kedua dan keempat sekolah online. Yang gede gak enjoy. Karena anaknya seneng kumpul sama temen-temennya. Anak yang kecil, malah kesenengan. Dia anaknya introvert banget. Jadinya ya maunya sama emaknya terus. 😅
BalasHapusBelajar online selama new normal ini tidak hanya murid yang belajar ya, mbak. Bahkan orang tua dan guru pun sama-sama belajar dalam hal penggunaan teknologi internet.
BalasHapusMamak kadang darting kalo ngajarin anak materi yg gak bisa2. Kek matematika. Diputer2 polanya pd susah. Wkwk. Akhirnya lbh fokus ke kelebihan anak aja sih, n kelebihan emak sukanya ngajar apa. Tugas yo wes seadanya. Wkwk
BalasHapusKalau sekolah anakku, daring tapi guru tetap memberi materi dari sekolah.
BalasHapusJadi pakai wifi sekolah yang lebih stabil, kak.
Tapi....gitu juga bolak-balik trouble, huhuu~
Mesti banyak sabaarrr.
Aku kok ga kreatif2 ya mba waktuku sibuk rasanya kerja sambil ngajar sesuai pelajaran udah biasanya
BalasHapusHikz
haha masalah uang saku sama nih..karena anak2ku terbiasa dapet harian kan.. sejak sfh ya gak ada.. mereka kadang protes jadi sesekali tetap aku kasih buat simpen2 aja
BalasHapusBude i have 3 kids and all of them learning with daring. Every day we must send pincture, video etc for they teacher. Its make me dizzy and hard to work to solve and follow they study full. But what we can do it now?
BalasHapusMemang tantangan bangeet ya mba PJJ ini.. aku yg dewasa aja sempat ikut PJJ saat pelatihan .. capek bangeet rasanya
BalasHapusKasian yang di desa yang nggak punya hp dan wifi, gurunya datengin ke rumah muridnya satu-satu, spt di pelosok di Malang Jawa Timur.
BalasHapusSemoga keadaan Indonesia lekas membaik dan bebas pandemi ya Mba
BalasHapusaku juga sedih dengan anak-anak yang sekolah dan masih menempuh pendidikan jadi kurang ya pemahaman mengenai materi.
Ada plus minusnya ya Mba, terutama untuk masalah tool penunjang belajar daring. Nah, aku sendiri kalau di posisi seperti ini bakalan kelabakam karena aku kerja dari pagi sampe sore, mendampingi anak belajar tentu malah tidak bisa.
BalasHapustantangan tuh karena daring anak-anak tidak selonggar waktu tatap muka saat ada pelajaran yang belum dimengerti. Jadi memang kreatif guru dan orangtua harus bersinergi banget ya mba
BalasHapus