Tunda Mudik, Tanda Tak Egois
Assalamualaikum Sahabat. Setiap tahun tradisi mudik selalu mengiringi perjalanan ibadah bulan Ramadan. Biasanya dua minggu menjelang lebaran, pergerakan masyarakat udah mulai meninggalkan ibu kota dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Mendekati H-7 dan makin dekat hari lebaran, makin padat pula arus mudik. Baik menggunakan transportasi darat, laut, dan udara.
Indonesia memiliki letak geografis yang terdiri dari rangkaian daratan dan lautan, dengan jumlah pulau yang sangat banyak. Dari Wikipedia, terdapat hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 18.306 buah.
Data Departemen Dalam Negeri berdasarkan laporan dari para gubernur dan bupati/wali kota, pada tahun 2004 menyatakan bahwa 7.870 pulau yang bernama, sedangkan 9.634 pulau tak bernama. Dan dari sekian banyaknya pulau-pulau di Indonesia, yang berpenghuni hanya sekitar 6.000 pulau.
Dari pulau berpenghuni ini pun kebanyakan penduduk yang tinggal tersebar di berbagai pulau besar. Dan sebagian besar lagi menempati kota besar terutama di Pulau Jawa, sebagian Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Gambar diambil 1 tahun Yang lalu di Stasiun Senen |
Tak heran bila saat mudik tahunan, masyarakat yang urban ke kota besar, akan kembali ke kampung halamannya. Dan kota besar pun lengang karena sebagian penghuninya memilih lebaran ke kampung halaman.
Asal Mula Mudik
Dari KBBI, kata Mudik berasal dari pulang kampung. Yaitu saat perantau pulang ke kampung halamannya pada saat tertentu. Biasanya saat ada tradisi tahunan seperti nyadran, hari besar keagamaan yaitu hari raya lebaran misalnya.
Kata mudik secara etimologi berasal dari kata 'udik' yang artinya hulu. Jaman dahulu di Jakarta terjadi urbanisasi besar-besaran dari wilayah yang bernama akhir udik atau ilir (utara atau hilir). Nah kebanyakan akhiran itu diganti dengan kata Melayu selatan atau utara. Contohnya seperti Meruya Udik, Meruya Ilir, Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, dan sebagainya. (Wikipedia)
Semakin bertambahnya jumlah penduduk, transportasi menjadi alat mencapai kampung halaman dengan beragam masalah. Pernah ingat kejadian tahun 2016 yang terkenal dengan istilah Brexit? Yang merupakan pengalihan kata Brexit di Britania Raya dengan masalah kemacetan sepanjang 10 km di tol Brebes Timur Exit.
Ada banyak warga yang kelaparan, kelelahan, bahkan sampai meninggal dunia. Saat itu pemerintah dituding tidak siap menghadapi lonjakan pemudik yang ingin pulang kampung.
Mudik Saat Pandemi Covid-19, Yay or Nay?
Saat ini pandemi covid tengah mengintai di luar rumah. Bagi warga yang tidak aware dengan kesehatan dan kebersihan dirinya sendiri, bisa saja tertular virus.
Meski udah ada aturan mudik yang tidak diperbolehkan tapi tetap aja masih banyak warga yang ndableg. Ishhh, biarin aja pakai kata itu. Ndableg alias ngeyelan a.k.a semaunya sendiri.
Beberapa kali saya mencari berita di TV tentang arus mudik. Ternyata demi bisa berkumpul di kampung halaman, mereka mencari akal. Rata-rata menyewa mobil tidak resmi untuk angkutan travel gitu, bayarnya pun mahal.
Mereka rombongan satu mobil berangkat saat malam hari. Atau diperkirakan saat tiba di jalur yang terdapat pos pemeriksaan Covid, sekitar waktu berbuka. Petugasnya kan pada minggir untuk berbuka. Nah mereka bisa melintas bebas. Lolos deh!
Namun petugas yang diwawancara menjelaskan, lolos di satu pos pemeriksaan belum tentu lolos di kota berikutnya.
Iya sih. Tapi buat apa main kucing-kucingan gitu? Kalo ketahuan mereka akan disuruh putar balik loh. Sia-sia kan tenaga, waktu, dan rencana buruk yang dilakukan itu.
Jadi, sabaaaaar.. tahan diri dan jangan mudik dulu. Kangen sama orang tua? Bisa video call dengan mereka. Kalo kalian sayang pada orang tua atau keluarga di kampung halaman, tunda mudik sampai pandemi berlalu. Kalian tidak tahu gimana kondisi tubuh sepanjang perjalanan, bisa saja tertular virus dari sesama penumpang travel. Dan nantinya menjadi OTG (Orang Tanpa Gejala) yang menularkan pada keluarga dan tetangga di kampung halaman.
Pliiisssss.... sabar yaaa. Tetap di rumah aja, dan bisa silaturahmi dengan nelpon atau video call atau menggunakan sosial media lainnya. Semoga tetap mengikuti anjuran untuk tidak mudik. Wassalamualaikum.
Setuju, tunda dulu mudik di tengah pandemi kayak sekarang. Yang maksain berarti kurang peduli, ya. Saya bersyukur punya ortu dan mertua dekat jadi enggak pernah mudik setelah nikah
BalasHapusiya ya mbak, aneh banget dengan yang mudik kucing kucingan gitu
BalasHapusSeperti mau makan enak tapi ngumpet :D
Karena emak di kampung juga paham
Tahun ini gak mudik karena bla..bla .... trus uangnya kirim deh :D
Untuk saat ini ,saya tidak mudik
BalasHapusDemi kebaikan bersama
Asal mula kata mudik, saya jadi tambah pengetahuan nih
Saya juga tidak mudik nih walau terasa sedih ya ga bisa kumpul dgn keluarga tapi harus bisa bersabar demi kebaikan bersama...
BalasHapusSetuju, Mbak. Justru karena sayang dan peduli, sekarang jangan mudik dulu. Maksain mudik bisa jadi awal musibah bagi orang2 tersayang.
BalasHapusSetuju. Tunda dulu mudik ke kampung halamannya. Untuk saat ini mudik online saja
BalasHapusSaya patuh aturan kok Mbak, enggak mudik dulu sampai situasi membaik. Enggak mau saya jadi penyebab tersebarnya virus ini di kampung halaman tercinta. Mudik virtual saja sementara
BalasHapusAku pilih mudiknya tar-tar aja. Nunggu pandemi mereda. Jangan sampai rinduku malah bikin orang-orang sekeliling terpapar virusnya.
BalasHapusTante saya pun juga mengurngkan niat untuk mudik dan tinggal di rumah Jakarta aja karena kakek san nenek sudah sepuh di sini. Semoga kita semua sehat sehat ya mbak
BalasHapusmiris deh Mbak, lihat masih banyak aja orang yang tetap ngotot ingin mudik, hikks.
BalasHapusmana pakai acara kucing-kucingan gitu kan ya, repotin diri sendiri aja kan, huhuhuh.