Meningkatkan Ibadah Puasa di Masa Covid
Assalamualaikum Sahabat. Tak terasa sudah memasuki puasa hari ke-11. Sahabat masih semangat kan?! Iya dong, meski puasa tahun ini tak pernah terbayangkan dalam kondisi tak biasa. Siapa yang tahun kemarin mengucapkan doa-doa ramadan dengan hati gundah? Seakan tak bakal menjumpai ramadan yang sama?
Saya bahkan sempat berpikir, apakaha ramadhan tahun kemarin menjadi yang terakhir? Namun itu perasaan yang sama setiap tahunnya. Jadi saya hanya mengusir kegundahan menjauh seraya menguntaikan doa merindukan ramadan tahun berikutnya.
اَللّٰÙ‡ُÙ…َّ سَÙ„ِّÙ…ْنـِÙŠ Ø¥ِÙ„َÙ‰ رَÙ…َضَانَ ÙˆَسَÙ„ِّÙ…ْ Ù„ِـي رَÙ…َضَانَ ÙˆَتَسَÙ„َّÙ…ْÙ‡ُ Ù…ِÙ†ِÙŠ Ù…ُتَÙ‚َبَّلاً
(Allaahumma sallimnii ilaa romadhoona wa sallim lii romadhoona wa tasallamhu miniii mutaqobbalaa)Artinya: “Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Latha-if al-Ma’arif, 148)
Suasana Ramadan Yang Berbeda
Ahhh, mengingat tahun kemarin yang enggan berpisah dengan ramadan ternyata satu pertanda. Bahwa tahun ini ramadan memang berbeda. Menjelang ramadan selalu ada takmir masjid yang akan menyerahkan dua lembar jadwal petugas untuk persiapan takjil di Masjid Al Ikhlas. Biasanya pula saya mendapat jadwal di awal ramadan. Tahun ini ternyata tidak ada lembaran jadwal petugas persiapan takjil yang dibagikan. Saya harus siap menghadapi suasana ramadan yang berbeda.
Ramadan tahun ini tengah ada pandemi virus yang tak kasat mata dan bisa mematikan. Kamu pasti tak ingin bertemu dengan virus ini. Seperti juga saya dan banyak warga dunia yang enggan menjumpainya.
Ramadan kali ini tak ada tarwih di masjid. Seperti tak ada takjil jelang berbuka. Juga tak ada tadarus yang gaungnya bergantian dari anak-anak, remaja, hingga bapak-bapak. Entah nanti jelang dua pertiga ramadan, akan kah tetap ada i'tikaf di masjid?
Sekian tahun berjalan selama ini, ramadan selalu hadir dalam suasana keceriaan. Meski tak ada duit banyak di dompet atau saldo tabungan, ramadan selalu dinantikan dengan semangat keceriaan. Ada ghirah dalam dada setiap muslim saat menyambut ramadan. Berkunjung ke rumah orang tua atau kerabat yang lebih tua untuk silaturahmi dan meminta maaf. Berziarah kubur, membersihkan makam leluhur, dan mendoakannya agar lapang kuburnya dan dijauhkan dari sik sa kubur.
Memang suasana ramadan kali ini sungguh berbeda. Sebagai umat muslim saatnya kamu menjalani dengan cara yang berbeda. Tarawih di rumah aja, tadarus pun juga. Berbuka puasa di rumah bersama keluarga dan tidak lagi di kafe atau restoran hotel. Tak ada lagi berbagi takjil menjelang berbuka. Namun kamu bisa berbagi kebaikan pada tetangga, teman, atau kerabat yang terdampak pandemi covid-19.
Saat ini memang dunia sedang mengalami pandemi virus. Namun bukan berarti kamu tak mampu melakukan apapun. Kamu bisa menghidupkan suasana ramadan di rumah dengan cara sama seperti saat di masjid. Dengan suasana ramadan di masa pandemi, stay at home jadi mestinya bisa lebih meningkatkan ibadah.
Saya mulai hari pertama ramadan, sudah menjadwal kegiatan ibadah, yaitu "
- Tilawah
Setiap usai melaksanakan shalat, saya baca Quran sebanyak minimal dua lembar. Namun seringnya saya merasa sayang, jadi melebihkan baca 4 lembar halaman Quran yang terdapat terjemahannya juga. Quran plus terjemahan ini pemberian Ibu mertua.
Jadi akhir tahun 2019 kemarin Ibu pesan 7 buah Quran dan dibagikan pada ke-6 putra putrinya. Saya sebelumnya udah punya Quran per juzz gini. Tapi nggak ada terjemahannya. Jadi kalo baca mesti buka dua Quran. Nah Quran pemberian Ibu ini praktis karena jadi satu buku aja.
Jadi akhir tahun 2019 kemarin Ibu pesan 7 buah Quran dan dibagikan pada ke-6 putra putrinya. Saya sebelumnya udah punya Quran per juzz gini. Tapi nggak ada terjemahannya. Jadi kalo baca mesti buka dua Quran. Nah Quran pemberian Ibu ini praktis karena jadi satu buku aja.
- Shalat Dhuha
Sebenarnya nggak hanya saat ramadan, hari biasa pun tetap melaksanakan shalat Dhuha. Ada pro dan kontra ya tentang pembiasaan shalat dhuha ini tiap hari. Kalo saya sih memilih untuk diam, namun tetap menjalankan sebisa saya. Insyaa Allah meski tetap melaksanakannya istiqomah sebanyak 12 rakaat.
- Tetap Mendengarkan Tausiyah
Sebagai manusia yang banyak dosa dan tempatnya salah, saya merasa butuh dengerin tausiyah. Kadang ada ilmu yang dulu mungkin belum sempat atau belum pernah saya ketahui. Bahkan usia perkawinan yang nyaris 26 tahun tetap membuat saya butuh tausiyah tentang romantika pernikahan dalam Islam.
Saat ini saya masih suka dengerin channel YouTube Dr. Aisah Dahlan. Kalo kamu udah pernah mendengarkannya tentu setuju dengan saya.
Silahkan baca : Kajian Islam di Channel YouTube Favorit Saat Puasa
- Menyiapkan Takjil Untuk Keluarga
- Tahajud dan Sahur
Ghirah ingin i'tikaf di masjid seperti sebelumnya tentu tidak mungkin. Anjuran pemerintah untuk beribadah di rumah aja harus lah diikuti. Jangan bandel sesuka hati kalo ingin pandemi lekas usai. Shalat di rumah, menikmati takjil pun bareng keluarga aja. Nggak perlu ada berbuka bersama. Nah kalo tidak bisa i'tikaf, sahabat bisa melaksanakan tahajud seperti biasanya di rumah. Ajak anak-anak juga jangan hanya bersama pasangan.
Yang paling semangat bagi saya sejak memiliki anak adalah menyiapkan sahur. Ada keinginan menu sahur harus lah membuat anak-anak semangat untuk melaksanakan salah satu sunnah berpuasa. Jadi sejak kecil alhamdulillah anak-anak tidak pernah bermasalah untuk dibangunkan sahur. Karena mereka udah terbiasa sahur sejak usia tiga tahun meski belum ikutan berpuasa kala itu. Gak apa sih belajar sahur dulu, hihiii.
- Sedekah Dari Rumah
Meningkatkan ibadah puasa meski harus tetap di rumah semoga menjadi penyemangat bagi sahabat juga. Tetap bersyukur bisa menikmati rejeki makan dan minum saat berbuka. Karena ada banyak sekali masyarakat yang terdampak pandemi, penghasilannya pun berkurang bahkan menghilang. Dari rumah saya berusaha untuk melihat ke sekeliling, mencari tahu tetangga yang terdampak dan tidak lagi punya penghasilan. Dengan sedikit rejeki bisa berbagi untuk mengurangi beban mereka.
Duit 65 ribu yang dibelikan sembako bisa untuk menyambung hidup lima hari tentu membuat mereka bahagia. Alhamdulillah di lingkungan saya ada beberapa orang yang melakukan sedekah ini. Satu KK bisa mendapatkan sembako dari lima sampai 7 orang. Sebuah tali silaturahmi sosial yang pantas untuk terus dilakukan. Asliii, rakyat Indonesia itu mudah tersentuh dan memberikan sedekah tak peduli apapun agama, suku, dan warna politiknya.
Bagaimana Persiapan Lebaran Keluarga Saya?
Ahhh sedih ya nggak bisa mudik dan bertemu keluarga besar atau tetangga masa kecil. Jangan khawatir karena kalian enggak sendiri. Berlebaran di rumah dengan membuat suasana yang menyenangkan juga bisa. Yang penting lakukan persiapan lebaran dengan sederhana. Ingat, ada begitu banyak keluarga yang tidak mampu menikmati indahnya lebaran seperti tahun sebelumnya.
Saya udah berencana untuk melakukan persiapan yang sehemat mungkin. Lebaran di tengah pandemi virus covid memang tidak menyenangkan. Namun dengan cara yang hemat saya udah membayangkan seperti apa lebaran tahun ini. Yuk baca rencana saya untuk lebaran tahun ini :
- Masak Opor dan Sambel Goreng Secukupnya
Kalo biasanya masak hidangan khas lebaran ini untuk dua hari. Kali ini saya merencanakan masak opor dan sambel goreng untuk dua kali makan. Yaitu untuk menu buka puasa di hari terakhir ramadan sarapan esok hari. Itu pun bukan sarapan karena biasanya saya memulai pagi hari dengan sarapan buah. Cuma perlu juga jaga-jaga untuk pilihan sarapan anak-anak. Keluarga saya memang udah lama sarapan pagi seminimal mungkin karbo berupa nasi. Sarapan nasi biasanya udah masuk jam makan siang. Eh ini namanya buka sarapan ya, hihii.
- Baking
Karena nggak boleh keluar rumah sampai lebaran dan entah kapan berakhirnya pandemi, saya udah berencana baking. Anak bungsu saya menyukai baking. Dia yang sering bantu atau malah baking sendiri. Kalo dia yang melakukannya sendiri, biasanya menggunakan adonan yang udah siap dalam kemasan.
Nah, tiga hari sebelum lebaran, saya akan belanja kebutuhan bikin kue ini. Semoga diberikan kelancaran kegiatan untuk mengisi libur lebaran di rumah aja.
- Virtual Silaturahmi dengan Zoom
Ada rencana keluarga besar suami untuk melakukan silaturahmi virtual dengan aplikasi zoom. Entah apakah jadi atau tidak, masih menunggu keputusan admin WAG keluarga. Biasanya hari pertama lebaran saya ikut suami kumpul dengan keluarga besar Ibu di Boyolali. Tempatnya bergiliran tiap tahun, tapi seringnya memang di Boyolali. Ada rasa sedih ketika kebiasaan tahunan ini tidak bisa dilakukan.
- Nonton Film
Hihiii, lebaran kok nonton film? Ya biar aja demi menghilangkan stres karena nggak bisa keluar rumah. Mencari hiburan di rumah dan bisa dinikmati bareng keluarga adalah penting. Kami harus memiliki rasa toleransi dengan pemilihan film yang akan ditonton barengan.
Nah, itu dia rencana yang saya siapkan untuk mengisi lebaran di rumah aja. Yang penting hepi agar imunitas tubuh tetap terjaga. Eh mba Wati nggak beli baju baru untuk keluarga? Enggak perlu ya, mau dipakai kemana?
Lagi pula masih ada baju di lemari yang terlihat bagus. Jadi duitnya mending dialokasikan untuk memperbanyak sedekah sebelum puasa berakhir. Saya punya kerabat yang butuh bantuan. Kalo mereka hepi saat lebaran, saya pun juga. Wassalamualaikum.
Wah sama mbak, aku juga bikin brownies pake nutricake. Tapi bedanya aku dikukus karena males ngeluarin oven dari kardusnya. Hehehe...
BalasHapusIbadah Alhamdulillah bisa meningkat saat puasa kali ini ya, Mbak..Memang begitu banyak hikmah yang kita dapat. Semoga kita jadi diri yang lebih baik lagi pasca pandemi. Aamiin.
BalasHapusAku juga nih, boro-boro mikirin baju, prioritas ke berbagi saja itu yang utama.
Kami nggak ada persiapan apa-apa buat lebaran, Mbak. Kalopun ada bikin-bikin kue itu lebih karena anakku pengen ada kegiatan biar nggak gabut :D
BalasHapusRamadhan tahun ini mengajarkan kita banyak hikmah berbeda. Merugilah kita jika dalam kondisi sekarang kita tak jua bisa meningkatkan kualitas ibadah kita agar lebih dekat kepada Allah. Ya minimal shalat sunatnya makin lengkap, baca Alquran-nya lebih banyak, dzikirnya lebih sering. Semoga kita masih dipertemukan dengan Ramadhan tahun berikutnya ya Mba Hidayah. Salam kenal.
BalasHapusmbakkkk .... tahunya bikin ngeces :D :D
BalasHapusKembali ke cara berpikir ya mbak? ke pilihan kita
Jika Ramadan tahun ini dianggap musibah ya silakan, tapi rugi karena ngga dapat berkahnya
Karena Lebaran kali ini suami nggak mudik, aku dan anak-anak rencananya mau beres-beres rumah, ngecat sendiri, hehehe. Selama kita baik-baik saja, keadaan pun dinikmati saja.
BalasHapusSedih kalau dipikirkan terus mba. Ramadhan tahun ini memang berbeda. Apalagi lebaran kami ga bisa mudik . Masya Allah nangis2 terus kalau mikir ini. Kebayang ga bisa sungkem langsung sama ortu padahal ketemu setahun sekali ya saat lebaran. Alhamdulillah sih masih bisa virtual. Bener bahban mba duitnya dialokasikan untuk sedekah mereka yang membutuhkannya. Insya Alloh semua ada hikmahnya. Aamiin
BalasHapusMenurutku dgn adanya covid di bulan ramadan jadi momentum yg tepat untuk semakin mendekatkan diri pada Allah
BalasHapusSaya belum mikirin persiapan lebaran. Lebaran tahun ini beda soalnya dengan kehadiran Covid-19. Saya merasa lebih banyak mengucap syukur dan merenungkan banyak hal. Perlu berbenah diri buat lebih baik lagi.
BalasHapusDi masjid dekat rumah masih mengadakan tarawih mbak, masih banyak anak TPA mengaji kalau sore. Habis subuh banyak yang tadarus di masjid. Tapi saya tetap di rumah aja.
BalasHapusKalau untuk lebaran, saya berniat masak rendang saja. Kalau suami mau bikin tape ketan
Untungnya pandemi ada di zaman serba internet ya mbak, jadi sedekah pun bs dilakukan dari rumah aja. Emang ramadhan kali ini berbeda, semoga tetap menabung amal meski di rumah aja :))
BalasHapusTak terasa sudah melewati separuh Ramadan. Harusnya ibadah saya makin ditingkatkan, tapi distraksinya banyak, termasuk optimasi blog dan medsos. Aduh....
BalasHapusBtw, menu sahurnya selalu segar tampilannya. Masak lagi ya Mbak?
Saya juga hampir tiap hari masak baru untuk sahur agar anak semangat makanya. Jadi bangun jam 2.