Candi Muara Takus dan Ulu Kasok, Raja Ampat di Sumatra
Assalamualaikum Sahabat. Cerita yang saya tulis ini udah lama banget disimpan di draft. Sayang banget kalo jadi penghuni folder tanpa ditayangkan. Akhirnya setelah diedit sana sini, baru tayang sekarang. Setelah dua tahun lebih perjalanan Road Trip Bogor - Pekanbaru pada September 2017.
Cerita pertama udah saya tuliskan, bisa dibaca sebelumnya mengapa saya mendadak ada di Pekanbaru.
Silahkan baca : Touring Lintas Sumatra Yang Mendebarkan
Jadi hari Senin pagi, udah shalat Shubuh kami beranjak menuju mobil yang selama nyaris dua hari menemani perjalanan Bogor ke Pekanbaru.
Kali ini adik ipar saya, Yuli yang tinggal di Pekanbaru mengajak saya, suami, dan mbak ipar, Mba Nur untuk menjelajahi wisata di Pekanbaru dan Bukittinggi. Untuk cerita road trip kedua ini, saya tuliskan tentang jelajah Pekanbaru dulu ya.
Dari rumah menuju daerah Kampar enggak butuh waktu lama, karena kami berangkat ketika jam menunjuk angkat 6.30. Perjalanan lancar tanpa hambatan, hanya barengan dengan orang tua yang pulang setelah mengantar anak sekolah. Pekerja bahkan belum banyak di jalan raya, mungkin jam 7 lebih ya baru ramai jalanannya.
Saya nggak begitu paham jalanan di sini, namanya juga baru sekali ini berkunjung ke Pekanbaru. Tempat tinggal keluarga adik suami selama puluhan tahun. Mereka tinggal di Pekanbaru begitu menikah, setelah lulus dari IPB.
Ulu Kasok, Raja Ampat di Sumatra
Perjalanan dari rumah menuju Ulu Kasok sekitar kurang lebih satu jam. Sepanjang jalan masih sepi, jadi kami merasa nyaman mengikuti jalan berkelok-kelok.
Sebenarnya Ulu Kasok ini bukan lah tempat wisata. Namun melihat keindahannya, beberapa warga lokal menjadikan tempat ini sebagai tujuan wisata. Ceritanya kawasan Ulu Kasok dahulu merupakan sebuah desa yang dihuni penduduk.
Sebuah proyek PLTA di tahun 1991 telah menenggelamkan desa tersebut untuk waduk. Sehingga sebelumnya penduduk desa tersebut terpaksa direlokasi. Dari wilayah yang telah ditenggelamkan menjadi danau untuk pembangkit listrik bagi kebutuhan daerah tersebut.
Namun tidak semua bukit-bukit yang ada di sana tenggelam sepenuhnya. Puncak bukit-bukit itulah yang lantas terlihat seperti gugusan pulau, dan menjadikan Ulu Kasok mirip Raja Ampat mini.
Dari pintu masuk pengunjung masih harus jalan kaki sekitar 300 meter dan jalannya naik. Kami memilih jalur ke sebelah kiri, ada spot foto kapal dan beberapa spot foto lainnya. Di sini pengunjung bisa foto-foto dengan setting danau yang mirip Raja Ampat di Papua.
Suami dan mbak Nur menyempatkan diri foto di sana. Saya memilih jadi jurufoto mereka.
Dari satu dua warga lokal yang berfoto di sana kemudian diunggah di sosial media, menjadi destinasi wisata dadakan. Dan tidak bisa dipungkiri jika wisata di Puncak Ulu Kasok sembari berfoto dengan latar belakang Raja Ampat mini menjadi favorit para wisatawan.
Dari pintu masuk pengunjung masih harus jalan kaki sekitar 300 meter dan jalannya naik. Kami memilih jalur ke sebelah kiri, ada spot foto kapal dan beberapa spot foto lainnya. Di sini pengunjung bisa foto-foto dengan setting danau yang mirip Raja Ampat di Papua.
Suami dan mbak Nur menyempatkan diri foto di sana. Saya memilih jadi jurufoto mereka.
Setelah puas foto-foto di sini, kami melanjutkan langkah menuju bukit yang lebih tinggi. Untuk mencapai puncak Ulu Kasok, kamu harus siap mendaki bukit setinggi 200 meter lagi. Jalannya cukup menanjak dan saat itu malamnya abis ujan, jadi agak berlumpur. Mesti hati-hati karena jalan jadi licin dan berlumpur. Masih asli banget sih waktu saya kesana tahun 2017.
Sementara kalo kamu tidak ingin mendaki, bisa menggunakan jasa ojek yang ada di Ulu Kasok. Tapi saat sampai di sana, lagi-lagi masih sepi dari tukang ojek. Jadi saya dan adik ipar aja yang naik ke puncak untuk foto-foto. Sementara suami menemani mbakyu nya yang kakinya nggak kuat untuk naik ke atas bukit.
Biaya masuk ke kawasan Ulu Kasok sendiri terbilang murah, yaitu hanya Rp 10.000 saja dan Rp 15.000 bagi yang ingin wisata ke pulau-pulau kecil di Ulu Kasok.
Di sepanjang jalan dari tempat parkir hingga ke puncak bukit, terdapat warung yang menjajakan makanan. Namun saat di sana warung-warung itu masih tutup. Mungkin karena kami kesana saat weekdays atau masih kepagian ya. Jadi sepi banget, dan nggak rebutan kalo mau foto-foto sepuasnya, hahahaa.
Candi Muara Takus Yang Cantik dan Instagramable
Perjalanan menuju candi juga cuma sebentar, nggak ada sejam dari Ulu Kasok. Mobil kami terhenti di tempat parkir yang cukup luas di kawasan candi. Masih sepi dan tak nampak wisatawan lainnya di sana. Kami pun memasuki gerbang candi dan tak ada pungutan untuk tiket masuk.
Dari yang saya ketahui, tiket masuknya sebesar Rp. 10 ribu. Namun pagi itu kami melenggang masuk dan menjelajahi setiap sudut tanpa bayar. Duhhh maafkan ya, mau kasih ke siapa nggak tahu sih. Namun ketika mau pulang, kami pun memberikan uang sejumlah 20 ribu kepada petugas kebersihan. Hanya dia yang nampak di lokasi saat kami mau pulang.
Candi Muara Takus merupakan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di daerah Kampar, Riau. Untuk retribusi kalo gak salah bayar nya per orang hanya 10ribu dehh, murah kan!
Oiya candi ini sangat instagramable, kamu wajib foto-foto di sana. Warna rumput yang hijau berpadu dengan bangunan candi dan langit biru, pesonanya tak mampu saya ungkapkan dengan sempurna.
Selain menikmati keindahan candi, kamu pun bisa baca sejarah tentang candi Muara Takus yang diinformasikan melalui papan informasi di setiap candi yang ada. Sayangnya kami datang ketika masih pagi sekali, jadi petugas yang bisa menjadi guide belum nampak. Hanya ada petugas kebersihan. Bahkan kami pun nggak bisa numpang ke toilet karena masih dikunci.
Di candi ini kami tak lama, setelah menyempatkan sarapan dari bekal yang dibawa, kami pun segera meninggalkan lokasi untuk menuju ke tempat berikutnya. Yaitu menuju Bukittinggi melewati Kelok 9. Rencananya kami akan menjelajahi tempat wisata di sekitar Bukittinggi, Payakumbuh, dan Istana Pagaruyung. Semoga saja saya nggak malas untuk melanjutkannya, hihii.
Jadi, apakah kamu pengen ke Raja Ampat di tanah Sumatra ini? Jangan lupa mampir juga ke Candi Muara Takus ya, pemandangannya cantik banget. Semoga ada waktu terbaik ya setelah pandemi covid berlalu. Wassalamualaikum.
Beneran itu viewnya mirip Raja Ampat ya. Keren banget euy. Main ke sana pasti betah
BalasHapusItu candinya juga asri banget
Dikelilingi lingkungan hijau jadi terasa sejuk
Iyaa, Raja Ampat KW, hahaa
HapusJadi tempatnya ini tak begitu jauh dari Pekanbaru, Mbak? Masih di Riau? Duh, dulu saya pernah tinggal di Pekanbaru tapi gak ke sana :(
BalasHapusWah cantik pemandangannya ya Mbak, kangen deh pengen roadtrip juga biar bisa mampir di banyak tempat, walau lebih encok tapi nggak terasa karena happy
BalasHapusWah, keindahan pemandangan di Ulu Kasok mirip Raja Ampat ya. Pengin deh suatu saat bisa kesana :)
BalasHapusWaah mba Wati dah sampai ke sini.
BalasHapusTahun lalu temen2 di kantor ada yg dinas ke PLTA ini mba
Jd sekaligus deh wisata ke situ juga...
Aku ya dikirimkan photo2nya aja...
Spoiler katanya ��
Huaaaa keren viewnya, Mbak. Aku tuh pengeeen banget maen ke Raja Ampat, tapi kalau mikir ongkos dsb kayaknya budgetnya lebih ringan ke Ulu Kasok ini aja, ya hihi
BalasHapusAsli cakep pemandangannya. Ngangenin ya mbak. Setiap daerah punya pesonanya sendiri
BalasHapusMbaa, itu berasa banget mirip raja ampat di Papua padahal di Sumatera ya. Indahnya pemandangannya mbaa
BalasHapusBeneran ya, pemandangan di Ulu kasok mirip kayak raja ampat.
BalasHapusCandi muara takus, pas baca judulnya langsung ingat pelajaran sejarah dan pak guru sejarah jaman SMP.
iBaratnya Ulu Kasok itu Raja Ampat KW nya ya :D
BalasHapusItu beneran ada penduduknya ya?
Yang jadi waduk sekarang itu, penduduknya udah dipindahkan dulu mbak
HapusDibenak sy candi identik dengan pulau jawa krn banyaknya peninggalan candi d pulau jawa ternyata ada di sumatra
BalasHapusCantiknya ya mb pemndangannya.
BalasHapusDah nyampe aja ke sana. Candi di jawa aja aku belum semua ngeliat :")
Aku belum pernah kemari. Padahal udah lama bgt penasaran. Huhuhu...
BalasHapusIbuku kemarin nemenin adiknya lamaran, dapet orang Bukittinggi.
BalasHapusSelama perjalanan, Ibu kaugm..."Gak berubah dek...dari 20 tahun yang lalu."
Maklum, kak...
Kami dulu sempat tinggal di tanah Sumatera, tapi di Medan.
Hehhe..masih jauh yaak?
Senang sekali kalau diberi kesempatan menginjakkan kaki ke tanah kelahiranku kembali.
Oalah ini karena proyek PLTA menengelamkan kawasannya ya mba tapi jadi bagys sih hahahah duh semoga segera berakhir ya pandemi ini biar bisa jalan2 lagi
BalasHapusCakeppp.. hampir mirip sama Raja Ampat. Dan cukup murah untuk tiket masuknya
BalasHapusBaru tau nih ada 'raja ampat' di sumatra... Cantik banget ya pemamdangannya... Mudah-mudahan ada rezeki bisa main ke sana...
BalasHapusIndah banget Mbk, aku belum pernah ke sana, bisa banyak cerita ya kalau jalan-jalan apalagi ditemani suami, seru banget deh.
BalasHapusJadi ga usah jauh2 ke papua, ya mba kalau di pulau Sumatera aja keindahan alam macam raja ampat.
BalasHapusWah iya, kalau dari atas kok bisa kayak di Raja Ampat gitu ya mba Ulu Kasok. Ga usah jauh-jauh ke sana dulu lah ya, di Sumatera juga ada. Pas kapan aku trip ke Lampung itu, ada juga loh mba, bendungan yang gede banget dengan pulau-pulau di tengahnya gitu, udah persiiiss banget dengan Raja Ampat.
BalasHapusMasya Allah.. bagus-bagus ya Mbak pemandangannya. Biaya masuknya murah lagi. Asyik banget buat refreshing dan mengetahui sejarah tentang candi di Sumatra :)
BalasHapusmbaa mbaa ke Pekanbaru kok ga ngabarin hahaha. Saya di pekanbaru loh, malahan saya aja lom pernah ke Ulu Kasok. Kalau ke Muara takus dah pernah :D
BalasHapusWaah maaf ya, dulu mainnya bentar aja, cuma tiga hari. Nanti kapan-kapan deh kalo kesana lagi bakal ngabari
HapusWah ini bener2 kembaran Raja Mpat.
BalasHapusPengen juga maen2 ke Sumatera tp ga ada sodara di sana, takut keder mbak hehehehe
Aku dan adikku juga punya rencana Mau ke istana Pagaruyung semoga tercapai ya aamiinn
BalasHapusJadi nahan berapa lama Mbak akhirnya ketemu toilet? Heheh..
BalasHapusWalaupun kepagian, enaknya sih ya bisa pepotoan tanpa harus ngantre ya
Lanjut jalan dulu trus mampir di pom bensin, wkwkwkk
HapusDuh seru bgt sih tripnya.
BalasHapusKl liat fotonya aja, pasti mikirnya beneran di raja ampat. Huhu
Candi Muara Takus selalu muncul di buku sejarah mau SMP, SMA. Hahaha. Jadi nostalgia. Eh iya beneran loooh mba, Ulu Kasok ini mirip banget sama Raja Ampat. Kereeeeeen. Tadinya saya juga rada berkerut keningny, kok judulnya Muara Takus tapi foto-fotonya ada Raja Ampatnya. Hahahaha. Rupanya Raja Ampat van Sumatera.
BalasHapusBeneran mirip Raja Ampat ya mbak, senang banget bisa main ke Raja Ampat tanpa perlu jauh-jauh ke Papua. Pemandangannya indah banget.
BalasHapusRaja Ampat selalu jadi favorit para pelancong ya. Keindahan alamnya yg masih alami memang bikin kita tertarik menuju ke sana.
BalasHapusAda lagi sih kalau saya, mau ke Puncak Jayawijaya. Hehehe...
Woow iya ya, view nya nggak kalah bagus dgn raja ampat ya..
BalasHapusCandi ini peninggalan kerajaan sriwijaya kah mbak?
Keren mbak Wati nih, perjalanan tahun 2017 bisa dijadikan postingan blog, ceritanya menarik pula bikin jadi pengen ke Pekanbaru.
BalasHapusKalau daku udah pasti bablas, meski sudah jadi draft, nyambungin lagi tuh susah :))
Udah di draft lama banget, jadi tinggal nyelesain dikit sama edit fotonya itu yang malas, hahahaa
HapusTernyata ada raja ampat juga di Sumatra ya Mbak. Liat viewnya memang ada kemiripin so bagi masyarakat sekitar sana yang mau jalan2 ke raja ampat tapi gak cukup badget mungkin bisa pertimbangkan tripnya biar ke ulu kasok ini aja sekaligus bisa mengunjungi candi yang ada di sana.
BalasHapuscandi tikus dan raja ampat dua-duanya tempat yang mengagumkan dan layak dikunjungi
BalasHapusWah, ulu Kasok memesona pemandangannya. Ga menyangka awalnya dari kampung yang ditenggelamkan dan malah jadi destinasi wisata baru. Btw saya penasaran mb, candi muara takus ini dari batu merah atau batu hitam ya mb? Kok warnanya coklat gitu...
BalasHapus