Maret 31, 2020
BY Hidayah Sulistyowati
21 Comments
9 Jajanan Tradisional Yang Ada di Semarang
Assalamualaikum Sahabat. Ketika covid-19 belum merebak seperti sekarang, saya paling suka belanja ke pasar. Di samping bakal menemukan bahan masakan dengan harga lebih murah. Kadang juga menemukan jajanan pasar yang mengingatkan saya pada masa silam.
Saya lahir dan besar di kawasan pecinan dengan penduduk yang terdiri dari beragam etnis dan pemukiman padat. Kelebihan tinggal di kawasan ini adalah saya berasa menikmati surga kuliner dengan harga terjangkau.
Meski sudah meninggalkan tempat kelahiran begitu menikah, saya masih sesekali kulineran di kawasan tersebut. Karena ada beberapa jajanan yang tidak ada di tempat saya tinggal namun masih dijajakan di kampung halaman. Beruntungnya saya masih tetap tinggal di kota yang sama, yaitu Semarang.
Yuk saya kenalkan kamu dengan tujuh macam jajan pasar favorit :
1. Kue Lumpur
Saya tidak tahu dari mana asal kue lumpur ini. Yang saya tahu adalah kue lumpur termasuk jajanan yang saya jumpai di tempat penjual di pasar. Kue-kue yang disusun rapi di atas baki ini waktu saya masih kecil dijual seharga lima rupiah. Hahahaa. Jangan kaget ya, karena saya memang lahir sebelum tahun 1970. Ketika harga-harga masih murah semuanya.
Kue yang terbuat dari kentang, tepung, santan, gula pasir, vanili, dan hiasan kismis di bagian atas ini paling enak dinikmati saat masih hangat.
2. Nagasari
Kue yang terbuat dari tepung beras, vanili, gula pasir, dan isian pisang ini masih banyak dijumpai juga di tempat penjual jajanan. Nagasari ini juga saya perkenalkan pada anak-anak saya ketika mereka mulai usia 10 bulan. Sengaja saya kenalkan mereka dengan jajanan tradisional agar lebih menyukai cemilan sehat.
3. Kue Lapis
Kue kesukaan suami hingga detik ini karena rasanya memang lezat. Terbuat dari tepung ketan, santan, gula, dan tepung tapioka ini proses pembuatannya membutuhkan ketelatenan. Selapis demi selapis adonan dituang dan dikukus setiap 10 menit. Saya pernah sekali membuat kue lapis ini, cukup sekali aja deh. Pegel dan bikin capek, hahahaa.
4. Serabi Inggris
Ada yang menyebutnya serabi solo juga karena berasal dari Kota Solo. Namun saya sudah mengenal serabi ini sejak masih kecil sebelum kenal Kota Solo. Ada penjual di pasar yang setiap pagi menyajikannya dengan uap panas masih mengepul.
Sekarang ini saya punya langganan penjual serabi di kawasan Mt. Haryono dan Pasar Karang Kembang di kawasan pecinan. Dua tempat ini penjualnya merupakan kakak adik keturunan Tionghoa. Harganya murah dan rasanya pun juga enak.
5. Getuk dan Lopis
Nah, in dia jajanan kesukaan saya dan suami, kayaknya kamu juga deh. Siapa coba yang nggak tergoda dengan getuk, klepon, lopis, dan teman-temannya. Dan semua itu tersaji di atas tampah (nampan yang terbuat dari anyaman bambu).
Penjaja getuk dan teman-temannya ini masih bisa saya jumpai di kawasan kompleks perumahan. Kalo saya hitung di satu pasar aja ada tiga penjual getuk ini. Setahu saya selain di satu pasar ini, masih ada yang menjajakan di pinggir jalan di lapak depan supermarket Giant, dekat minimarket jembatan dua, dan pasar lain yang ada di pasar di kompleks perumahan.
Yang ada di foto di atas itu, dijajakan di dekat jembatan dua, di depan minimarket. Murah loh sebungkus harganya lima ribu rupiah. Kalo beli tiga ribu aja masih dilayani, cuma kalo saya sih kasihan aja. Saya memilih beli seharga 5 ribu rupiah, dapatnya juga banyak.
Penjaja getuk dan teman-temannya ini masih bisa saya jumpai di kawasan kompleks perumahan. Kalo saya hitung di satu pasar aja ada tiga penjual getuk ini. Setahu saya selain di satu pasar ini, masih ada yang menjajakan di pinggir jalan di lapak depan supermarket Giant, dekat minimarket jembatan dua, dan pasar lain yang ada di pasar di kompleks perumahan.
Yang ada di foto di atas itu, dijajakan di dekat jembatan dua, di depan minimarket. Murah loh sebungkus harganya lima ribu rupiah. Kalo beli tiga ribu aja masih dilayani, cuma kalo saya sih kasihan aja. Saya memilih beli seharga 5 ribu rupiah, dapatnya juga banyak.
6. Lunpia
Lunpia sudah saya kenal sejak masih kanak-kanak. Karena memang saya tinggal di daerah pecinan, pembuatnya juga tetangga kampung sebelah. Makanya sejak kecil pun saya sudah suka makan lunpia. Bahkan sesekali kami menikmati lunpia sebagai lauk. Hahahaa.
Jajanan ini juga banyak dibuat oleh sepupu saya, dahulu diajarkan oleh simbah. Saya paling suka kalo menunggui simbah bikin onde-onde. Kegiatan menggelindingkan onde-onde sehabis digoreng di wajan ke atas tumpukan wijen, jadi kesenangan tersendiri.
Sayangnya sampai saat ini saya belum pernah bikin jajanan yang satu ini. Namun dari seluruh cucu simbah, baru dua orang sepupu yang bisa bikin onde-onde.
7. Onde-Onde
Jajanan ini juga banyak dibuat oleh sepupu saya, dahulu diajarkan oleh simbah. Saya paling suka kalo menunggui simbah bikin onde-onde. Kegiatan menggelindingkan onde-onde sehabis digoreng di wajan ke atas tumpukan wijen, jadi kesenangan tersendiri.
Sayangnya sampai saat ini saya belum pernah bikin jajanan yang satu ini. Namun dari seluruh cucu simbah, baru dua orang sepupu yang bisa bikin onde-onde.
8. Apem dan Pasung
Jajanan ini sering jadi isian dos nasi ketika memperingati tujuh, 40, 100 hari, atau mendak (peringatan tahunan) orang yang meninggal.
Ada maknanya yang diceritakan para tetua, bahwa apem itu ibarat payung dan pasung ibarat tongkat bagi yang telah almarhum. Maksudnya adalah jajanan ini untuk pengingat bahwa orang meninggal butuh perlindungan dengan menabung amalan sejak masih hidup dan terputus saat wafat. Dan meninggalkan tiga amalan selama hidupnya.
Dari seluruh cucu simbah, hanya seorang saya yang bisa bikin apem menul-menul dan pasung yang rasanya enak. Sayang foto pasung nggak bisa saya tampilkan. Saya terlupa nyimpan di folder yang mana.
Ada maknanya yang diceritakan para tetua, bahwa apem itu ibarat payung dan pasung ibarat tongkat bagi yang telah almarhum. Maksudnya adalah jajanan ini untuk pengingat bahwa orang meninggal butuh perlindungan dengan menabung amalan sejak masih hidup dan terputus saat wafat. Dan meninggalkan tiga amalan selama hidupnya.
Dari seluruh cucu simbah, hanya seorang saya yang bisa bikin apem menul-menul dan pasung yang rasanya enak. Sayang foto pasung nggak bisa saya tampilkan. Saya terlupa nyimpan di folder yang mana.
9. Mendut
Jajanan ini juga favorit saya dan adik-adik, sepupu, karena ada yang pintar bikin. Bahkan ada beberapa sepupu yang pintar bikin mendut. Kalo saya sih sekadar bisa aja karena memang suka penasaran gitu kalo, pengen bikin sendiri kalo udah punya resep dari seseorang yang ahli.Sekarang penjaja jajanan tradisional ini banyak yang menggunakan plastik sebagai pembungkusnya. Saya enggan beli kemasan seperti ini. Saya lebih suka yang pakai kemasan seperti jaman dulu, yaitu menggunakan daun pisang.
Nah, itu lah sembilan jajanan tradisional yang masih bisa ditemukan di kota tempat saya tinggal. Kamu bisa cerita apakah dari 9 jajanan di atas, ada yang bisa dijumpai di kota tempat tinggalmu. Sharing yuk Sahabat, wassalamualaikum.