Assalamualaikum Sahabat. Melindungi Anak Dari Kekerasan Seksual, Bisa kah? Harusnya bisa sih. Kekerasan seksual itu bisa terjadi pada siapa saja. Terlebih lagi anak-anak, kondisinya yang masih kecil dan tak berdaya untuk menolak atau melindungi dirinya sendiri, menjadi korban termudah.
Perlindungan anak sebenarnya sudah diatur oleh negara. Undang-Undang Republik Indonesia no. 35 tahun 2014, tentang perubahan atas UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Dalam undang-undang tersebut sudah ditegaskan perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan terhadap anak. Terutama kejahatan seksual yang tujuannya untuk memberikan efek jera.
Perlindungan Anak Dari Kekerasan Keluarga
Pernah nggak sih kalian menyaksikan orang tua yang melakukan kekerasan pada anak-anaknya?
Lantas apa yang kalian lakukan saat itu? Menjadi penonton, ikut mencegah agar kekerasan tidak berlanjut lagi, atau tidak peduli?
Dalam lingkungan kehidupan urban saat ini, setiap orang bisa saja menjadi manusia individualis. Efeknya adalah tingkat kepedulian antar sesama kian menurun.
Terlebih ketika dunia digital mengambil alih kehidupan manusia saat ini. Perhatian pada masalah di luar sana, yang jauh dari diri kita, menjadi lebih penting. Maka muncul lah netizen-netizen yang peduli pada kejadian dari tempat yang jauh dibanding dari lingkungan tempat tinggalnya.
Ciptakan suasana ceria saat bersama anak-anak |
Kalo kekerasannya berupa ucapan yang kasar, kadang sebagai ibu saya nggak bisa berbuat banyak. Kecuali bila si ibu ini adalah orang yang terbuka dengan tetangga.
Beda ketika mata saya melihat orang tua yang melakukan tindakan kekerasan fisik. Saya berani menegur, meski nantinya akan menerima umpatan kasar atau mata melotot nggak sedap dipandang.
Saya memang nggak bisa menyaksikan kekerasan pada anak. Awalnya karena pernah menyaksikan pengalaman tak mengenakkan ketika masih usia belasan tahun.
Peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh seorang ibu dengan keempat anaknya, terjadi saat usia saya 14 tahun. Usia segitu masih kepo-keponya dengan berita yang menggegerkan. Jadi lah saya berlari bersama teman-teman sepermainan ke lokasi pembunuhan.
Gang kecil sudah penuh dengan manusia yang antusias ingin menonton rumah yang menjadi saksi bunuh diri. Saya yang masih bertubuh kecil saat itu, menyelinap dari satu tubuh ke tubuh lainnya yang rapat menutup jalan masuk gang.
Sampai tiba-tiba, pandangan saya tertuju pada kasur dengan pola bekas darah berwarna merah kecoklatan. Tubuh saya seketika dingin dengan jantung berdegup kencang. Saya hanya bisa berdiri kaku. Memori buruk dan imajinasi yang berkembang dari satu peristiwa mengerikan, membekas lekat dalam ingatan.
Beberapa orang, sebagian besar menyayangkan si ibu yang gampang mengambil keputusan nekad. Namun sebagian yang lain pun tak menyalahkan sang ibu. Status ekonomi yang lemah, tak mampu bekerja dengan 4 anak tentu kesulitan hidupnya makin membelit. Sementara si bapak yang harusnya bertanggung jawab menjadi pencari nafkah utama, pergi meninggalkan mereka entah kemana.
Sejak saat itu, pikiran polos saya seakan menyimpulkan satu fakta. Bahwa ketika seorang ibu sedang bermasalah dengan suaminya, anak-anak tidak boleh menjadi korbannya. Bukan hanya kekerasan fisik namun juga kekerasan verbal.
Kalo sekadar ngomel gimana?
Hmmm, saya sendiri selama ini berusaha tidak ngomel ketika anak-anak berlaku lebih kreatif dibanding anak lainnya. Masa kecil anak-anak saya kondisikan dengan ucapan yang baik-baik untuk mereka.
Jangan hapus senyum mereka dengan kekerasan fisik dan verbal |
Namanya manusia, kadang emosi bisa tersulut oleh hal sepele. Mainan berserakan, makanan tercecer, belum lagi duit belanja mengalir deras bak banjir di musim hujan. Pernah nggak sih ngalami hal seperti ini?
Pernah dong, dan saya biasanya meninggalkan sejenak dengan pindah lokasi. Atau mengambil air wudlu yang sering ampuh menyurutkan emosi. Atau tarik napas dan relaksasi sejenak di ruangan lain. Bisa juga keluar rumah dan menatap tanaman daun yang segar atau bunga yang mekar cantik di teras rumah.
Jadi ketika kembali menghadapi anak-anak, yang ada hanya senyum sambil mengajak mereka membersihkan kotoran di lantai. Atau membereskan mainan tanpa marah-marah.
Perlindungan Anak dari Kekerasan Seksual
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menolong korban kekerasan (seksual) yang terjadi di sekitar kalian. Di antaranya adalah :
- Mengenal lingkungan sekitar
Mengenal atau memahami lingkungan tempat kalian tinggal itu penting. Berkenalan dan berinteraksi dengan orang-orang yang tinggal di dekat rumah, atau di lingkungan kerja, sangat berguna untuk diri kita sendiri maupun orang lain.
Alasannya sederhana banget. Ketika suatu saat sedang terjadi keadaan darurat, orang-orang ini lah yang akan menjadi penolong kalian. Begitu pula sebaliknya. Kalian bisa menjadi pihak yang memberikan bantuan pada tetangga atau teman kerja saat terjadi sebuah peristiwa.
Masih ingat kan dengan kasus Angelina, gadis kecil yang tinggal di Denpasar. Sedih banget ya membaca beritanya di media cetak. Bahkan sampai dibuatkan film dan menjadi tayangan laris untuk keluarga Indonesia.
Silahkan dibaca di sini : Film untuk Angelina
Meski menurut saya film Angelina ini tidak layak untuk tontonan anak. Karena ada beberapa adegan yang memperlihatkan kekerasan fisik. Juga perlakuan tak wajar seperti pemberian makanan untuk binatang yang diberikan untuk Angelina. Jadi sedih kaaannn?!
- Mengenali tanda-tanda anak mengalami kekerasan
Tidak semua anak kecil atau abege, bisa mudah bercerita saat mengalami kekerasan baik fisik, verbal, maupun seksual.
Ada dua penyebab mereka tidak mampu bercerita. Yang pertama karena mereka ini tidak memahami kekerasan seksual yang dialaminya. Yang kedua adalah adanya ancaman dari orang dewasa yang melakukan kekerasan.
Perubahan fisik dan psikis ketika anak mengalami kekerasan biasanya terlihat. Dari perubahan perilaku, atau anak lebih banyak menyendiri.
Saya pernah loh sampai parno gara-gara ada kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh robot gedek. Itu kan terjadi pada saat anak-anak saya masih balita.
Saya jadi lebih banyak memberikan pengertian pada anak-anak agar berani menolak saat ada orang asing mengajak ngobrol atau memberikan sesuatu. Seperti makanan kecil, minuman, atau permen.
Saya ajarkan pula agar mereka berani menolak dengan berteriak kencang. Terutama saat ada orang tak dikenal, akan mengajak mereka pergi ke suatu tempat tanpa ijin kami secara langsung.
Atau berani menolak ketika ada yang ingin memeriksa bagian tubuhnya yang tertutup. Saya memberi anak-anak pengertian, bahwa hanya saya dan bapaknya yang boleh memeriksa tubuhnya. Dokter pun hanya boleh memeriksa tubuhnya bila ada pendampingan dari saya atau bapaknya.
- Jangan ragu dengan membantu korban kekerasan
Jadikan hari-hari anak penuh warna dengan kegembiraan |
Kekerasan yang terjadi pada anak, kekerasan pada perempuan maupun pada pekerja rumah tangga, biasanya termasuk dalam kekerasan domestik.
Kekerasan ini sering tersembunyi dari mata lingkungannya bila dilakukan hanya di dalam rumah. Bahkan ada juga tetangga yang diam meski mengetahui kekerasan yang terjadi pada orang di lingkungan tempat tinggalnya.
Padahal perilaku kekerasan yang terjadi di lingkungan kalian, tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak berwajib. Namun juga menjadi tanggung jawab orang-rang yang tinggal di sekitarnya.
Apabila kalian takut dengan ancaman pelaku kekerasan, bisa melaporkan pada ketua RT, RW, atau pun pihak berwajib. Atau bisa juga dengan melaporkan pada pihak yang bisa memberikan bantuan hukum.
Intinya kekerasan yang dilakukan orang dewasa pada anak seharusnya menjadi kepedulian kalian untuk lebih bertanggung jawab. Melindungi anak memang tak harus menjadi tugas pihak berwajib. Namun menjadi tugas semua orang yang mengetahui terjadinya kekerasan.
Jangan sampai terulang kejadian seperti yang dialami oleh Angelina. Karena ada pihak yang mengetahui kekerasan yang dialami Angelina, namun tidak melakukan sesuatu untuk memberikan perlindungan. Ketika kekerasan terlanjur menjadi musibah, baru penyesalan hadir. Menyedihkan banget kalo udah seperti ini.
Bagaimana dengan kalian, udah pernah melakukan sesuatu ketika menemukan kekerasan pada anak? Ayo lakukan sesuatu dengan lebih peduli pada perlindungan anak. Jadikan setiap hari merupakan kebahagiaan bagi anak-anak Indonesia. Wassalamualaikum.
Tulisan ini disertakan dalam #BlogChallengeGandjelRel Parade 4th Gandjel Rel Pekan 3
Teguran bukan ngomel yang tidak ada habisnya akan membuat anak bilang mama ku bawel ye.
BalasHapusKekerasan fisik bisa jadi karena kesal sama pasangan.
Aduh Mbak... kok kepo temen sampai datang ke lokasi pembunuhaaan....
BalasHapustapi anak usia belasan memang kepoan, ya.
komentarku kok oot gini. wkwkwk....
kekerasan fisik dan verbal sangat mudah terjadi saat ini. Malah makin banyak jumlahnya. Semoga makin banyak ortu yang sadar tentang hal ini ya.
Yg susah tu verbal abuse mbak kadang suka ke keceplosan "ah masa gitu aja ga bisa sih" kek gitu aja kan udh bikin down anak ya mbak. Hiks klo udh kelepasan gtu nyeseeel bgt :(
BalasHapusngeri banget sih mbak kalau kekerasan dialami oleh anak2.
BalasHapustraumanya bisa sampai ke dewasa dan berefek ke anak dan keturunannya.
Verbal abuse paling susah ya kedetek nya. Apalagi kl anak dapetin nya di skolah. Ga jarang anak malah ngikutin atau sjnis apply to someone else gitu. Tantangan jadi ortu bismillah. Makasi mba share nya 🤗
BalasHapusMb saya salah satu anak yang terkena verbal abuse hehe jujur hubungan dengan orang tua juga tidak begitu roman hanya cukup saja mungkin itu cara menjaga hubungan, traumanya memang tidak hilang sampai sekarang.
BalasHapusNgeri banget kalo lihat banyak berita di tv yang menayangkan kekerasan pada anak, sampai ada yang meninggal hickz. Sedih banget
BalasHapusNgeri banget sih mbaka kalau udah jahat mulut ya maksudnya kata verbal yang gak enak didengar.
BalasHapuspeluk anak-anak. Hiks, sedih kalau mengingat saya pernah marah dan cubit anak khawatir meninggalkan luka..semoga saya bisa terus belajar dari pengalaman, diberikan sabar, sehat dan bahagia sehingga bisa merangkul anak-anak . semoga ibu di seluruh dunia bisa merangkul anak-anak nya juga
BalasHapusTerima kasih utk tulisan yg mencerahkan mba. Akupun pernah memarahi dan menampar anak krn kesalahan yg dia buat. Aku jd khawatir dia terluka dan menyimpan dendam. Sesaat aku lsg tersadar dan memeluk dia, Ya Allah aku khilaf, dan meminta maaf kepada anakku.
BalasHapusSelayaknya kita perlakukan anak kita dengan baik ya
Serba salah mbak kalau melihat orangtua lagi melakukan tindakan kekerasan pada anak, nanti dibilang ikut ccamput tapi kalau didiamkan juga kasihan. Tulisan ini juga sebagai pengingat buat aku supaya lebih sabar :)
BalasHapusAku skrg kalo lagi emosi pasti bakal minggir dulu deh dari anak2 drpd marah2 capek dan bikin mereka stress jg.
BalasHapusTrauma itu bener adanya, dan nanti ngefek ke cara pengasuhan mereka juga
iya memang permasalahan dengan suami harus clear karena ada yang memang menjadikan anaknya pelampiasan, duh sedih semoga aku terlindungi meski terkadang aku emang suka jadi tyrex huhuhu baca ini jadi pengen pulang peluk anak2
BalasHapusYa ampun jadi mbak tahu kasus bunuh diri dan pambunuha seorang ibu pada 4 anaknya dulu itu...
BalasHapusNgeri pasti kalau diingat ya
Semoga kita dijauhkan untuk berbuat kekerasan pada anak-anak, siapapun dia. Karena anak-anak itu butuhnya perlindungan. Agar menjadi anak yang sehat jiwa raga nantinya.
Situasi yang paling saya khawatirkan memang kalau lagi kesel. Apalagi sebagai ibu kan juga mungkin rentan stress. Khawatir aja keceplosan kata-kata kasar walaupun sudah berusaha untu ngerem. Semoga aja saya terhindar dari yang namanya melakukan kekerasan
BalasHapusbenar kata pepatah "lidah tak bertulang" yaa, Mba. Saya kadang-kadang berpikir, saat berbicara dengan anak, apakah kata-kata saya sudah benar? kadang takut kata-kataku membuatnya down :(
BalasHapusSetiap tumbuh kembang anak memang memerlukan pendekatan yang berbeda.
BalasHapusMeski kita melahirkan anak yang sama, namun tak seorangpun yang bisa menjamin kelak mereka memiliki kepribadian yang sama, karena itu tadi setiap anak adalah unik!
Sekarang putriku sudah remaja, aku harus masih belajar banyak untuk menjadi orang tua yang baik buat doi.
... iya masih harus banyak belajar!
Salah satunya dengan membaca artikel mencerahkan seperti ini.
Terima kasih ya mba...
Doa saya setiap hari ini Mbak, kiranya Tuhan melindungi anak-anak kita dari mara bahaya. Termasuk juga memberi saya sebagai ibu, kekuatan untuk menguasai diri dan esmosi. Semoga Indonesia makin baik tiap harinya ya, makin ramah anak dan ibu juga....
BalasHapusWaah terimakasih sharingnya mba, Hal mengomel Saya hrs byk belajar Terutama ketika kondisi lingkungan Tidak kondusif hiks
BalasHapussaya teringat dengan sebuah tulisan teman blogger, katanya ketika beliau ke sekolah mengajar, salah satu anak sering memukl anak yang lain, pas ditanya tmn2 sekelasnya mengakui kelakuan anak tersebut, stlh tmn saya tanya, ternyata anak tersebut sring mndptkan perlakuan kasar dari ayahnya. Mudah2an semakin banyak org tua yang menciptakan suasana ceria bagi ank2nya
BalasHapusDuh, saya sendiri beberapa kali masih emosi kalo menghadapi tingkah laku anak. Tapi sebisa mungkin untuk tidak berkata kata kasar, apalagi sampai menyakiti fisiknya, naudzubillah, jangan sampai deh ya. Biasanya saya perlu waktu, diam untuk beberapa waktu untuk menurunkan luapan emosi.
BalasHapusBeberapa hari ini lihat video Raffatar di infotainment kok aku sedih banget ya? Udah digodain bukan anak Gigi, diketawain, direkam & diunggah pula videonya buat ditonton sejagad. Sejak kapan bocah nangis kejer itu dianggap lucu? Jaman sekarang kekerasan bisa dilakukan ortu sendiri atasnama "for having fun" dan demi konten. Padahal bocah nangis kejer artinya tetap sama dari jaman purbakala smp sekarang, yaitu si bocah marah, takut atau sedih. Bakal jadi trauma smp dewasa. Karena temanku spt itu, padahal sudah jadi aparat. Kalau digodain kok beda fisiknya sama saudara lainnya langsung ngamuk2 nggak jelas di WAG.
BalasHapusAku ga berani mba kalo lihat kepo penasaran sama kasus mati2an bunuh diri begitu. Bakalan inget terus itu sampe kapanpun.
BalasHapussamaaa dg bbrp koment di atas, masih berjuang untuk tidak emosian selaku ibu. Nah yang masih berat adl menegur/mengingatkan orangtua lain nih. karena masih besar rasa ewuh pekewuh. TFS mbak :)
BalasHapusAnak-Anak sering jadi korban kalo orangtuanya berkonflik. Orang2 yg ga dewasa hiks
BalasHapusDuh, ini jadi introspeksi buat saya sebagai orang tua. Kadang kalo kesel, kita ngomel gak jelas. Yang mungkin saja bisa mengeluarkan kata-kata yang nyakitin anak. Semoga bisa jadi reminder. :(
BalasHapusSebisa mungkin aku pun berusaha ngga ngomel or say bad things that I will later regret! Semoga anak-anak bisa terhindar dari bahaya kekerasan seksual
BalasHapusYa ampun Mbak, pengalamannya yang pas remaja itu horor juga ya. Moga hal seperti itu nggak terjadi pada keluarga kita ya Mbak.
BalasHapusTanpa disadari kita orang tua juga sering membuat kekerasan kepada anak2 yg tanpa disadari terutama secara verbal..ihiks..
BalasHapusSetuju banget mba.. kita harus aware terhadap kekerasan pd anak baik fisik dan verbal.. banyaj yang masih cuek bebek dsn empati harus terus dilatih..
BalasHapusAku masih suka ngomel nih. Tapi ternyata anak2 tau dan sering bilang “nggak apa apa kok bunda, kalo bunda lagi marah2 itu kan karena sayang pingin aku jadi anak baik”
BalasHapusEeaa gantian emaknya yg mewek :)))
Melindungi anak dari kekerasan fisik dan verbal sudah pasti jadi tanggung jawab ortunya ya mba. Namun perlu kita ajarkan juga agar anak2 kelak bisa melindungi dirinya.
BalasHapuskeprihatinan kita sama mbak. Suka sedih aku tuh kalau liat atau dengar kabar tentang orang2 dewasa yang melampiaskan stresnya ke anak2. Mereka pada nggak sadar "kerusakan" jangka panjangnya sih ya. Aku sendiri berusaha banget supaya nggak stres, kalaupun stres buru2 deh cari bantuan atau cara menyalurkan stres yang sehat. Takutnya kalau pas khilaf terus anakku jd korban pelampiasan gt.. kan?
BalasHapusPenting banget ini emang menjaga anak dari kekerasan seksual apalagi zaman sekarang banyak sekali kasus kekerasan seksual terhadap anak.
BalasHapusYaa Allah Mbak. Pingin nangis bacanya. Saya kadang masih ngelakanin anak.
BalasHapusItu kok berani sih Mbak nonton kematian gak wajar.
Mudah2an saya sebagai ibu bisa dijauhkan dari khilaf2 tersebut, soalnya emang perjuangan banget sih musti.sabar itu. Proses sih ya. Semoga dimudahkan Allah
BalasHapusbener banget mba, kita harus menjauhkan anak2 dari kekerasan fisik, janganlan mengerasi, bertengkar di depan anak pun akan menggangggu psikologisnya
BalasHapusSering orangtua merupakan orang terbanyak yang memberikan kekerasan fisik dan verbal ke anak, hiks. Kalau aku kadang menyakiti mereka dengan verbal, ngomel kalau mereka lagi berulah, duh...
BalasHapusMbak Wati, baru banget tadi siang dapat cerita kalau di lingkungan dekatku ada kejadian pelecehan seksual yang dilakukan oleh guru agama. Ya Allah, miris banget rasanya. :(
BalasHapusUntungnya anak yang jadi korban itu berani bicara ke orang tuanya. Kan banyak anak yang takut ketika diancam.
Kasihan banget seoraang ibu berani membunuh anaknya. Aku pun merasakan kalau ada tetangga yang lagi stres untuk membiayai kehidupan keluarganya sedangkan suami yang diharapkan malah entah kemana, sediiih ikutan berdoa kepada ibu di luar sana kuat menghadapi kehidupan ini
BalasHapusMenarik sekali, perlu saya coba ini..
BalasHapuskebetulan lagi cara tentang hal ini.
anime terbaik