Assalamualaikum. Nh. Dini Dalam Kenangan, Tetap Berkarya Hingga Menjelang Akhir Usia.
Innalillahi wainnaillaihi rojiun. Saya mengucapkan kalimat istirja' dalam hati manakala Mba Dedew, mengabarkan berita duka. Eyang meninggal.
Sapaan kami pada Penulis dan sastrawan perempuan Indonesia, Nh Dini adalah Eyang. Sosok penulis kelahiran kota Semarang, 29 Februari 1936 ini memang pas banget kalo dipanggil Eyang.
Selasa malam itu, kabar duka mengalir di WAG. Menghentakkan kesadaran kami bahwa setelah esok, kami tak akan bertemu lagi dengan Eyang.
Nh Dini Dalam Kenangan
Saya mengenal Nh. Dini pertama kali dari karyanya. Karena tugas sekolah yang mengharuskan kami bikin resensi bukunya. Guru hanya membebaskan kami memilih salah satu buku Nh. Dini.
Sejak saat itu, saya jatuh cinta dengan karyanya. Hanya sayang sekali saya kepentok dengan stok buku karya Nh. Dini. Karena perpustakaan sekolah tidak memiliki buku yang sudah diterbitkan saat itu.
Suatu hari seorang sahabat mengajakku bertemu dan ngobrol seru dengan Eyang Nh. Dini. Sebuah ajakan yang saya iyakan karena sebelumnya saya nggak bisa ikut gabung.
Beberapa kali kami berjumpa lagi, dan lagi. Saya lebih banyak mendengarkan Eyang bercerita. Suaranya yang lembut sungguh enak didengar. Ceritanya selalu runtut. Kadang juga membicarakan kondisi kabar negeri ini.
Nh Dini Orang Yang Menghargai Waktu
Setiap kali bertemu, Eyang selalu rawuh / hadir tepat waktu. Jadi saya berusaha datang sebelum beliau.
Hidup Nh Dini berjalan teratur dan terjadwal. Pagi diawali dengan kegiatan berkebun. Ahhh, jadi ingat dengan kenangan saya waktu tinggal di rumah lama. Saya pun suka berkebun dan merawat tanaman daun serta berbunga.
Eyang mempunyai jadwal menulis dari pagi, hingga siang pukul 12.00 wib. Eyang kemudian istirahat sejenak. Kemudian beliau melanjutkan lagi menulis hingga pukul 21.00 wib.
Ketekunannya menulis bahkan di usia sepuh ini, menghasilkan karya Gunung Ungaran yang launching-nya sekitar bulan Maret 2018 di Fakultas Ilmu Budaya UGM Jogjakarta.
Ketekunannya menulis bahkan di usia sepuh ini, menghasilkan karya Gunung Ungaran yang launching-nya sekitar bulan Maret 2018 di Fakultas Ilmu Budaya UGM Jogjakarta.
Merayakan Ultah Empat Tahun Sekali
Dilahirkan pada tanggal 29 Februari, tentunya tak akan merasakan ulang tahun setiap tahun pada tanggal yang sama.
Terlahir dengan nama asli Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin. Tahun 2016 saya hadir dalam syukuran ulang tahun Eyang ke-80 tahun di Vina House.
Hadir saat itu beberapa sastrawan Indonesia yang juga menjadi pengisi acara. Berikut ini acara ultah Eyang yang ke-80, saya tuliskan dalam artikel berikut :
Begitu berkesannya acara ultah yang diadakan tiap empat tahun sekali, bagi saya tak ternilai. Seperti Buku Tirai Menurun yang dijadikan isi goodie bagi yang dibagikan eyang untuk tamu undangan yang hadir saat ulang tahun dua tahun yang lalu.
Karya Terakhir, Gunung Ungaran
Launching Gunung Ungaran, buku terakhir |
Lerep di Lerengnya, Banyumanik di Kakinya. Sebuah persembahan karya yang terakhir dari Eyang Dini.
Pada usia seperti Eyang, orang bisa terperangkap dalam bilangan umur. Namun bagi eyang, masih menjadi kenangan. Banyak ingatannya dalam hidup bisa diceritakan.
Mensyukuri setiap kehidupan karena bagi Eyang hidup itu begitu berharga.
Ada yang berspekulasi bahwa karya Nh. Dini merupakan kisah nyata kehidupannya. Namun buku-buku eyang adalah autobiografi yang memiliki karakterisasi sebagai fiksi. Dan fiksi tetap lah fiksi.
Pengarang wanita tak ada yang memiliki kemampuan menulis seperti Nh, Dini. Mereka kebanyakan hanya punya biodata. Sedangkan Eyang memiliki catatan-catatan yang bisa juga disebut sebagai biografi.
Nh. Dini dianugrahi kelebihan dalam bercerita secara detil. Semua itu dikarenakan eyang memiliki kebiasan mencatat semua kejadian yang dialaminya sejak bangun pagi hingga menjelang tidur.
Bagi eyang semua kejadian yang ditemukannya saat jalan-jalan pagi, dianggap penting. Buku catatan yang berwarna merah, dijadikan pengingat saat proses kreatif menulis dimulai.
Begitu membuka dan membaca buku catatan, satu huruf, satu kata, dan satu kalimat, memori eyang langsung mengingat semua peristiwa lalu.
Ingatan eyang seperti film yang berhubungan dengan peristiwa. Terutama karena perhatian eyang yang begitu besar pada makhluk hidup. Perhatiannya pada binatang dan tanaman, membuat rumah tinggal eyang selalu asri.
Seperti yang pernah diucapkan saat launching Gunung Ungaran. Eyang menuturkan akan berhanti menulis buku.
Launching Buku Nh Dini di UGM-Fakultas Ilmu Budaya |
"Setelah Gunung Ungaran, sepertinya saya akan berhenti menulis buku. Saya ingin istirahat dulu," tutur eyang dengan intonasi lembut.
Dan tadi pagi, saya mengingat ucapannya itu dengan hati yang pedih. Sekarang saya dan sahabat-sahabat, Dedew, Winda, Artie, Dian Nafi, tak akan lagi ada kesempatan berbincang dengan Eyang.
Selamat jalan Eyang Nh. Dini. Karya-karyamu akan selalu mengisi hari-hari kami dalam kenangan yang indah.
Wassalamualaikum.
Turut berduka cita. Tulisan Mbk ini mengalir banget, merasakan tulus mengantar kepergian Eyang Nh Dini.
BalasHapusSaya cuma menuliskan apa yang pernah Eyang ceritakan, mba Naqi
HapusBeliau sosok yg inspiratif sekali
BalasHapusBelum sempat bertemu aku....dan baru bisa menemui beliau kemarin dalam tidur panjangnya. Turut bersedih pasti...semoga beliau selalu bercerita indah di surgaNYA, aamiin.
BalasHapusBener mba, bahagianya ya bisa mendengar cerita Eyang
Hapusselamat jalan eyang
BalasHapusKusediiih 😥😥
HapusSeneng n bahagia ya kalau ketemu Penulis favorit. Bunda ngefens sejak muda dan menyukai karya2nya. Ketika mendengar dan nonton tentang kecelaan yg dialami sempat shock dan bengong. Innanilahiwainailaihi rojiuun. La Barka madihvada di rak buku bunda wlp kertasnya sudah kekuningan.
BalasHapusAku menggemari novel2 karyanya selain Mira W dan S. Mara GD. Dari SMP suka banget dengan kisahnya. Banyak banget belajar dari dia lho. Dari ke-logis-san cerita, hingga konflik yang muncul dan ending yang entahlah... Jadi sedih baca artikelmu Mbak.
BalasHapusBeruntunya Mbak bisa mengenal beliau. Buku-buku karangan Eyang selalu menarik untuk diulas.
BalasHapusSemoga Allah memberinya tempat terbaik.
Benar mba, kisah kehidupan Eyang sangat menginspirasi.
BalasHapusAamiin ya rabbal'alamiin
Selamat jalan Eyang....
BalasHapusAku tahu buku beliau pas zaman SMP. Sastra lama menurut teman2ku itu berat, tapi aku suka bacanya. Terima kasih sudah berbagi semangat dengan menulis
Selamat jalan Eyang NH. Meskipun bukan fans beliau tp sedih juga kehilangan sosok penulis legendaris Indonesia
BalasHapusSedih ya mba kehilangan sosok penulis perempuan yang legend banget, aku juga tahu NH Dini karena suruh buat resensi buku saat sekolah dulu. TErnyata masih prduktif dan Gunung Unggaran karya terakhirnya
BalasHapusmerinding dengan pesan terakhirnya ingin rehat dulu menulis setelah GUnug Unggaran :)
HapusWaktu mendengar kalimat itu keluar dari mulut Eyang, saya juga kaget. Apakah ini firasat? Tapi saya singkirkan jauh2 dari pikiran, nggak mau berpikir bahwa itu buku terakhir beliau
Hapuswah, mba sudah pernah ketemu yaa.. beruntung sekali.
BalasHapusselamat jalan eyang NH. Semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT.
Walaupun belum ketemu langsung ma almarhumah, karyanya pernah baca, dan bahasanya nyastra banget nh dini ya mbak :)
BalasHapusAku juga sudah pernah ketemu eyang 2x di lerwp dan di rumah seni yaitu jaman kuliah dulu..sosok yang humble..selamat jalan eyang..
BalasHapusAjal sungguh tak terduga ya mbak :(
BalasHapusSangat banyak yang ingin saya tulis tentang Eyang, sosok yang saya kagumi : keteguhan dalam tulisan-tulisannya..
BalasHapusAyo mba Sugi tulis aja, pasti banyak kesan yang masih tersimpan di dalam kenangan mba
HapusYg aku ingat, beliau pernah menolak disebut pengarang. Karena beliau tidak pernah mengarang. Beliau adalah penulis, karena yg dilakukan adalah menulis kejadian sehari hari di sekitarnya. Pingin borong semua buku eyaaangggg... Huaaa...
BalasHapusMba Wati dan temen2 GR ini salah satu yg selalu mengikuti perjalanan karir dan kehidupan beliau ya Mba
BalasHapusmalu saya, malah belum pernah baca karya beliau
BalasHapusTergerak hati saya ingin punya Buku juga ni...
BalasHapusSosok penulis yang luar biasa ya mbk...
BalasHapusAl Fatihah, ngga nyangka eyang pergi secepat ini..
BalasHapusIya mba, rasanya Eyang masih di wisma ya
HapusSy pun kenal beliau krn tugas membaca buku saat pelajaran bahasa indonesia waktu smp. Salut udah sepuh masih tetap produktif. Selamat jalan eyang NH Dini
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi cerita ini ya mbak. Jadi turut mengenal sebagian sisi ibu NH Dini yang inspiratif. RIP eyang.
BalasHapusPengen bisa menulis lebih panjang, tapi karena sedang sedih banget kok jadi susah nulisnya
HapusSayang sekali saya tidak berjodoh untuk bertemu beliau. Semoga peroleh tempat mulia di sisi Allah.
BalasHapusInalilahiwainailaihi rojiun. Semoga Eyang husnul khatimah ya Mba Hiday. Beliau banyak menebar kebaikan melalui tulisannya.
BalasHapusInnalillahi wainnailaihirojiun. Semoga karyanya tetap abadi, karya nya bagus bagus, dah dibaca sejak aku sd
BalasHapusHiks belum pernah baca novelnya NH Dini, karena jamannya SMP seringnya baca Goosebumps dan buku2 sejenis itu. Ibuku suka banget karya2 NH Dini, sebagian besar bukunya disimpan dengan baik. Kadang Ibuku ceritain ulang karya2 NH Dini.
BalasHapusSelamat jalan Eyang NH. Dini, karyamu akan tetap dikenang dan terus dibaca generasi2 sesudahmu
Aku mengenal NH Dini sejak zaman masih SD, saat mnegenal perpustakaan :D
BalasHapusKarya2 beliau bagus2 walau aku gak punya banyak koleksinya.
Jd pengen nyari2 karyanya mbak.
Semoga NH Dini berstirahat dengan tenang...
Innalillahi wainna ilaihi rooi'un. Semoga beliau diterima di sisi Allah SWT. Karya-karyanya akan tetap lestari dalam sastra Indonesia.
BalasHapusmakasih banyak sis informasinya sangat membantu buat ane..
BalasHapusSemoga terus update artikel yang membantu seperti terus menerus
sekali lagi makasih yah sis
Anime Romance
Beliau itu sangat menginspirasi, semoga amal ibadahnya terima Allah SWT.
BalasHapusSelamat jalan Eyang...
Selamat jalan Eyang, karya2mu akan selalu menggaung di seluruh penjuru bumi. Semoga tempat terbaikmu adalah di sisiNya.
BalasHapusMasya Allah, luar biasa ya semangat menulis beliau terus ada hingga usia senja.
BalasHapusKeren
BalasHapus