Assalamualaikum. Menginap di Homestay Dekat Gunung Merapi dan Merbabu di Selo Boyolali, bisa bikin ketagihan. Homestay ini sering dijadikan base camp para pendaki gunung. Aselinya sih jaman dahulu kala, pendaki gunung numpang tidur di rumah milih tetua dusun. Yaitu dusun terakhir yang terletak dekat dengan jalur pendakian.
Namun sekarang ini base camp bisa berupa wisma atau homestay. Tempatnya nyaman dan aman buat penitipan barang-barang milik para pendaki. Seperti apa sih homestay yang sekarang dijadikan base camp oleh pendaki gunung Merapi dan Merbabu?
Nah, kebetulan sekali sebulan jelang akhir tahun, adik ipar kami ngirim foto di WAG keluarga. Foto-foto sebuah rumah dengan kamar-kamar yang terlihat masih baru menarik perhatian kami.
Homestay Indah Lestari dengan empat kamar tidur yang rate nya 100 ribu rupiah dan satu kamar rate nya 150 ribu rupiah. Kamar mandi satu ada di dalam rumah.
Namun sekarang ini base camp bisa berupa wisma atau homestay. Tempatnya nyaman dan aman buat penitipan barang-barang milik para pendaki. Seperti apa sih homestay yang sekarang dijadikan base camp oleh pendaki gunung Merapi dan Merbabu?
Nah, kebetulan sekali sebulan jelang akhir tahun, adik ipar kami ngirim foto di WAG keluarga. Foto-foto sebuah rumah dengan kamar-kamar yang terlihat masih baru menarik perhatian kami.
Homestay Indah Lestari dengan empat kamar tidur yang rate nya 100 ribu rupiah dan satu kamar rate nya 150 ribu rupiah. Kamar mandi satu ada di dalam rumah.
Gimana kalo akhir tahun nginap di sini?
Itu di mana? Kayak rumah simbah?
Ini homestay milik penduduk di kawasan Selo, mba
Percakapan di WAG pun rame ngomentarin tentang foto-foto dan rencana liburan. Gayung bersambut, kami segera mematangkan rencana liburan di homestay di daerah Selo.
Ternyata saat adik ipar mau kasih DP untuk nginap satu malam, kamar udah ada yang booking. Katanya da ri salah satu stasiun TV swasta yang mau shooting di kawasan wisata Selo Boyolali.
Oiya, Warga Desa Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, baru beberapa bulan ini menikmati potensi pemasukan dari wisatawan. Dengan bantuan dana dari Yayasan Damandiri, ada sepuluh warga yang terpilih menjadikan rumahnya dipugar sebagai homestay.
Tujuan pemanfaatan rumah tingga warga menjadi homestay adalah mengangkat potensi lokal. Memberdayakan warga menjadi pengusaha penginapan agar meningkatkan pendapatan secara mandiri.
Dan saya bersama keluarga sudah menikmati fasilitas homestay saat libur akhir tahun 2017. Liburan yang sederhana, menyenangkan, dan unik karena berbeda dari biasanya.
Unik karena kami menginap di homestay yang berada di kawasan lereng Gunung Merbabu. Homestay Bukit Indah pun menjadi pilihan karena lokasinya kebetulan berhadapan dengan Indah Lestari.
Homestay Bukit Indah memiliki fasilitas tiga kamar tidur, satu ruangan besar yang terbagi dua.
Satu ruangan berfungsi untuk ngumpul dan nonton tivi. Sisi ruangan yang lebih tinggi lantainya terletak di sisi Barat.
Keluarga kami menjadikan ruang ini terbagi dua, yaitu satu sisi untuk shalat dan sisanya untuk tidur. Suami, si bungsu dan adik ipar memilih tidur di sini. Ternyata Ibu menyusul tidur di sini. Di kamar lebih dingin udaranya.
Iya sih, saya sendiri merasakan udara di kamar lebih dingin. Suami dan si bungsu yang tidur di luar malah merasa lebih hangat. Tentunya dengan selimut dan telinga tertutup rapat. Oiya, jangan lupa juga pakai kaos kaki dan kaos tangan.
Jangan takut kelaparan atau bingung mau kulineran di mana, sementara homestay memang terletak di kawasan yang sepi bila malam hari. Dekat dengan homestay, terdapat tempat nongkrong. Yaitu Damandiri, yang juga membimbing warga mengelola homestay. Damandiri menjadi cafe yang lokasinya sama dengan homestay.
Ada juga Jadah Mbah Kerto yang tak hanya menyajikan jadah dan baceh tahu dan tempe. Namun tersedia pula ayam bakar atau goreng, sambel tumpang yang siap kalian cicipi kelezatannya.
Karena kami tiba di sana sudah malam, pengennya rebahan aja. Bermalas-malasan sambil ngobrol. Tapi kalo tanpa ngemil rasanya hampa banget ya. Boring lah ngobrol tanpa ditemani jajanan. Apalagi kalo gorengan macam mendoan dan bakwan.
Rupanya pemilik rumah memahami cemilan favorit sejuta umat ini. Maka, tersaji lah dua piring bakwan dan mendoan di atas meja yang ada di tengah ruangan. Masih menguar aroma panas dari penggorengan di dapur keluarga Pak Ponimin.
Hmm.... udara dingin, mendoan panas, obrolan pun makin hangat dan sesekali terselip gelak tawa sekeluarga.
Makan malam udah disiapkan oleh mbak Nur, ada pepes ikan, telor asin, abon pedas, kering tempe, dan keripik kacang. Nasi hangat dan campuran lauk, tambahkan aja mendoan yang masih panas, dan keripik. Adik ipar kami bahkan sempat bikin mi rebus. Dia bawa perlengkapan masak, seperti kompor yang gampang dibawa traveling. Kompor mungil dengan tabung gas mungil juga.
Alamaaakkkk, nikmat beneeerrrr malam itu. Udara dingin yang berhembus, menyusup dari luar rumah, memang cocok kalo ditemani makanan hangat. Perut kenyang, hati senang, semua orang pun bernyanyi riang. Duhhh, pemaksaan rima nih.
Karena malam makin dingin menusuk tulang, kami pun buru-buru tidur di balik selimut. Homestay udah nyiapin selimut dua hingga tiga lembar di tiap kamar. Namun karena keluarga kami datang serombongan, ada sebelas orang, jadi ada selimut tambahan yang masuk dalam bekal kami. Orang kota pengen nginap di desa yang dingin tapi takut kedinginan, wkwkwkkk.
Meski udara gunung begitu dingin hingga kami malas banget ke kamar mandi menjelang tidur, namun tengah malam terbangun dan terpaksa deh ke toilet. Suara angin yang berhembus turun dari gunung, menderu-deru. Apalagi kamar mandi terletak di samping rumah, di luar bangunan rumah. Jadi tiap kali ke kamar mandi, kami mesti keluar rumah dan menembus dinginnya udara dan malam yang gelap pekat.
Nggak perlu takut, dijamin aman kok. Warga Desa Samiran terkenal keramahan warganya, serta lingkungan yang aman.
_________________
Pagi datang lebih cepat. Usai tahajud dan menanti Shubuh kami isi dengan berbincang seru. Merencanakan hari ini bakal jalan-jalan ke mana aja.
Yang pasti sih setelah Shalat Shubuh, kami keluar rumah dan berjalan-jalan menuju ke atas. Ledih dekat dengan lereng Gunung Merbabu. Ya, homestay Bukit Indah terletak di lereng Merbabu. Dari halaman masing-masing rumah warga yang dijadikan homestay, kami cukup menatap ke bagian Selatan.
Gunung Merapi nampak gagah dan garang. Eh iya, garang, kata adik ipar.
"Terlihat garang dan menakutkan ya Mbak,"
"Enggak menakutkan, tapi misterius,"
Ya, misterius dengan kegarangannya. Tubuh Merapi terlihat garang karena berwarna abu-abu tua nyaris kelam. Namun belum mendekati warna hitam.
Indera penglihatan saya menangkap pemandangan natural daerah pegunungan yang tak setiap hari mampu saya alami. Udara dingin mengelus pori-pori kulit yang terbuka. Tubuh mesti selalu bergerak bila tak ingin menggigil kedinginan.
Perut lapar menandakan waktu sarapan. Namun ternyata masih pukul 5.30, pagi bangeeeet. Tapi perut udah meminta haknya. Sebelum terlalu awal menikmati sarapan, kami memilih foto dulu di halaman depan homestay.
Selfie atau wefie dengan latar belakang gunung Merapi yang garang.
Menu sarapan pagi itu adalah Soto Ayam. Enggak tahu apakah karena udara dingin yang bikin kami kelaparan, atau emang lezatnya masakan Bu Ponimin, kami makan dengan lahap. Bahkan puas kekenyangan.
Ada teman makan, yang lagi lagi adalah mendoan, bakwan, tempe goreng, dan krupuk. Yuk dihabiskan aja, atau dibawa bekal untuk jalan-jalan hari ini. Oiya, nanti saya tuliskan aja ya rute jalan-jalan hari ini yang gratis semua. Nggak ada tiket masuk, cuma keluar duit bensin ajah.
__________________
Saya share budget menginap di homestay Bukit Indah ya. Rata-rata untuk semua homestay yang dikelola bareng warga dan Yayasan Damandiri sama sih.
- Rate per kamar 100 ribu, ada juga yang per kamar 150 ribu
- Makan pagi untuk 11 orang, tambahan gorengan, 250 ribu. Gorengannya ada enam 5 atau 6 porsi sepertinya. Nggak terasa sih habis berapa porsi, seporsi ada 15 buah.
- Uang kebersihan sukarela, kemarin kami kasih 50 ribu
Karena kami puas dengan pelayanan dan penerimaan Bapak dan Ibu Ponimin, kami menyerahkan duit sejumlah 700 ribu. Seharusnya tiga kamar bayar 300 ribu, dengan makan pagi 250 ribu, dan uang kebersihan 50 ribu, jumlah hanya 600 ribu.
Tips menginap di homestay di lereng gunung :
- Bawa perlengkapan tidur tambahan, seperti selimut secukupnya
- Bawa kaos kaki dan kaos tangan, udaranya dingin banget
- Bawa topi gunung
- Kalo ajak anak kecil, bawa cemilan sepereti kue, cookies, susu UHT
- Bawa obat bagi yang memiliki penyakit tertentu
Menginap di Homestay Damandiri dekat Gunung Merapi dan Merbabu kemarin, mencatatkan satu kenangan baru. Pengen kesini lagi, karena auranya tuh beda banget dengan nginap di hotel lain.
Homestay Damandiri tuh menawarkan kehangatan, keramahan, dan sifat luhur pemiliknya. Udah berasa di rumah sendiri, krasan deh kemarin. Sayang cuma semalam nginap di sini. Ntar ya balik lagi dengan rombongan yang sama maupun berbeda. Yang pasti sih bakal tetap memilih homestay Damandiri. Gimana liburan akhir tahun kalian? Wassalamualaikum.
Ternyata saat adik ipar mau kasih DP untuk nginap satu malam, kamar udah ada yang booking. Katanya da ri salah satu stasiun TV swasta yang mau shooting di kawasan wisata Selo Boyolali.
Pak Ponimin di depan Homestay Bukit Indah |
Oiya, Warga Desa Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, baru beberapa bulan ini menikmati potensi pemasukan dari wisatawan. Dengan bantuan dana dari Yayasan Damandiri, ada sepuluh warga yang terpilih menjadikan rumahnya dipugar sebagai homestay.
Tujuan pemanfaatan rumah tingga warga menjadi homestay adalah mengangkat potensi lokal. Memberdayakan warga menjadi pengusaha penginapan agar meningkatkan pendapatan secara mandiri.
Dan saya bersama keluarga sudah menikmati fasilitas homestay saat libur akhir tahun 2017. Liburan yang sederhana, menyenangkan, dan unik karena berbeda dari biasanya.
Unik karena kami menginap di homestay yang berada di kawasan lereng Gunung Merbabu. Homestay Bukit Indah pun menjadi pilihan karena lokasinya kebetulan berhadapan dengan Indah Lestari.
Homestay Bukit Indah memiliki fasilitas tiga kamar tidur, satu ruangan besar yang terbagi dua.
Satu ruangan berfungsi untuk ngumpul dan nonton tivi. Sisi ruangan yang lebih tinggi lantainya terletak di sisi Barat.
Untuk ngobrol dan nonton tv |
Di belakang paksuami duduk bisa juga sebagai tempat tidur tambahan |
Jangan takut kelaparan atau bingung mau kulineran di mana, sementara homestay memang terletak di kawasan yang sepi bila malam hari. Dekat dengan homestay, terdapat tempat nongkrong. Yaitu Damandiri, yang juga membimbing warga mengelola homestay. Damandiri menjadi cafe yang lokasinya sama dengan homestay.
Ada juga Jadah Mbah Kerto yang tak hanya menyajikan jadah dan baceh tahu dan tempe. Namun tersedia pula ayam bakar atau goreng, sambel tumpang yang siap kalian cicipi kelezatannya.
Karena kami tiba di sana sudah malam, pengennya rebahan aja. Bermalas-malasan sambil ngobrol. Tapi kalo tanpa ngemil rasanya hampa banget ya. Boring lah ngobrol tanpa ditemani jajanan. Apalagi kalo gorengan macam mendoan dan bakwan.
Rupanya pemilik rumah memahami cemilan favorit sejuta umat ini. Maka, tersaji lah dua piring bakwan dan mendoan di atas meja yang ada di tengah ruangan. Masih menguar aroma panas dari penggorengan di dapur keluarga Pak Ponimin.
Hmm.... udara dingin, mendoan panas, obrolan pun makin hangat dan sesekali terselip gelak tawa sekeluarga.
Makan malam udah disiapkan oleh mbak Nur, ada pepes ikan, telor asin, abon pedas, kering tempe, dan keripik kacang. Nasi hangat dan campuran lauk, tambahkan aja mendoan yang masih panas, dan keripik. Adik ipar kami bahkan sempat bikin mi rebus. Dia bawa perlengkapan masak, seperti kompor yang gampang dibawa traveling. Kompor mungil dengan tabung gas mungil juga.
Alamaaakkkk, nikmat beneeerrrr malam itu. Udara dingin yang berhembus, menyusup dari luar rumah, memang cocok kalo ditemani makanan hangat. Perut kenyang, hati senang, semua orang pun bernyanyi riang. Duhhh, pemaksaan rima nih.
Karena malam makin dingin menusuk tulang, kami pun buru-buru tidur di balik selimut. Homestay udah nyiapin selimut dua hingga tiga lembar di tiap kamar. Namun karena keluarga kami datang serombongan, ada sebelas orang, jadi ada selimut tambahan yang masuk dalam bekal kami. Orang kota pengen nginap di desa yang dingin tapi takut kedinginan, wkwkwkkk.
Meski udara gunung begitu dingin hingga kami malas banget ke kamar mandi menjelang tidur, namun tengah malam terbangun dan terpaksa deh ke toilet. Suara angin yang berhembus turun dari gunung, menderu-deru. Apalagi kamar mandi terletak di samping rumah, di luar bangunan rumah. Jadi tiap kali ke kamar mandi, kami mesti keluar rumah dan menembus dinginnya udara dan malam yang gelap pekat.
Nggak perlu takut, dijamin aman kok. Warga Desa Samiran terkenal keramahan warganya, serta lingkungan yang aman.
_________________
Pagi datang lebih cepat. Usai tahajud dan menanti Shubuh kami isi dengan berbincang seru. Merencanakan hari ini bakal jalan-jalan ke mana aja.
Yang pasti sih setelah Shalat Shubuh, kami keluar rumah dan berjalan-jalan menuju ke atas. Ledih dekat dengan lereng Gunung Merbabu. Ya, homestay Bukit Indah terletak di lereng Merbabu. Dari halaman masing-masing rumah warga yang dijadikan homestay, kami cukup menatap ke bagian Selatan.
Saya ambil foto dari homestay yang lokasinya di lereng gunung Merbabu |
Gunung Merapi nampak gagah dan garang. Eh iya, garang, kata adik ipar.
"Terlihat garang dan menakutkan ya Mbak,"
"Enggak menakutkan, tapi misterius,"
Ya, misterius dengan kegarangannya. Tubuh Merapi terlihat garang karena berwarna abu-abu tua nyaris kelam. Namun belum mendekati warna hitam.
Indera penglihatan saya menangkap pemandangan natural daerah pegunungan yang tak setiap hari mampu saya alami. Udara dingin mengelus pori-pori kulit yang terbuka. Tubuh mesti selalu bergerak bila tak ingin menggigil kedinginan.
Perut lapar menandakan waktu sarapan. Namun ternyata masih pukul 5.30, pagi bangeeeet. Tapi perut udah meminta haknya. Sebelum terlalu awal menikmati sarapan, kami memilih foto dulu di halaman depan homestay.
Selfie atau wefie dengan latar belakang gunung Merapi yang garang.
Yang wefie cuma yang tua anak-anak masih tiduran |
Menu sarapan pagi itu adalah Soto Ayam. Enggak tahu apakah karena udara dingin yang bikin kami kelaparan, atau emang lezatnya masakan Bu Ponimin, kami makan dengan lahap. Bahkan puas kekenyangan.
Ada teman makan, yang lagi lagi adalah mendoan, bakwan, tempe goreng, dan krupuk. Yuk dihabiskan aja, atau dibawa bekal untuk jalan-jalan hari ini. Oiya, nanti saya tuliskan aja ya rute jalan-jalan hari ini yang gratis semua. Nggak ada tiket masuk, cuma keluar duit bensin ajah.
__________________
Saya share budget menginap di homestay Bukit Indah ya. Rata-rata untuk semua homestay yang dikelola bareng warga dan Yayasan Damandiri sama sih.
- Rate per kamar 100 ribu, ada juga yang per kamar 150 ribu
- Makan pagi untuk 11 orang, tambahan gorengan, 250 ribu. Gorengannya ada enam 5 atau 6 porsi sepertinya. Nggak terasa sih habis berapa porsi, seporsi ada 15 buah.
- Uang kebersihan sukarela, kemarin kami kasih 50 ribu
Karena kami puas dengan pelayanan dan penerimaan Bapak dan Ibu Ponimin, kami menyerahkan duit sejumlah 700 ribu. Seharusnya tiga kamar bayar 300 ribu, dengan makan pagi 250 ribu, dan uang kebersihan 50 ribu, jumlah hanya 600 ribu.
Tips menginap di homestay di lereng gunung :
- Bawa perlengkapan tidur tambahan, seperti selimut secukupnya
- Bawa kaos kaki dan kaos tangan, udaranya dingin banget
- Bawa topi gunung
- Kalo ajak anak kecil, bawa cemilan sepereti kue, cookies, susu UHT
- Bawa obat bagi yang memiliki penyakit tertentu
Menginap di Homestay Damandiri dekat Gunung Merapi dan Merbabu kemarin, mencatatkan satu kenangan baru. Pengen kesini lagi, karena auranya tuh beda banget dengan nginap di hotel lain.
Homestay Damandiri tuh menawarkan kehangatan, keramahan, dan sifat luhur pemiliknya. Udah berasa di rumah sendiri, krasan deh kemarin. Sayang cuma semalam nginap di sini. Ntar ya balik lagi dengan rombongan yang sama maupun berbeda. Yang pasti sih bakal tetap memilih homestay Damandiri. Gimana liburan akhir tahun kalian? Wassalamualaikum.
Wuihh, seru ya mbak. Apalagi bersama keluarga besar, biar udara dingin tetap saja hangat karena kebersamaan :)
BalasHapusLokasinya keren dan tidak begitu jauh dari Semarang kan mbak. Saya juga pernah merencanakan homestay gini dengan adik dan keluarga, tapi sampai sekarang belum terwujud. Semoga tahun ini bisa diwujudkan ah, kan harga kamarnya nggak begitu mahal yaa.. :)
Pengalaman yang sangat berkesan kumpul bareng keluarga besar di homestay yang masih kental suasana desanya ditambah pemandangan yang bagus ya mbak 😀
BalasHapusSelo emang ngangenin mbak ane kalau pulang kampung juga seneng lewat Selo padahal notabene kalau lewat Selo itu jauhnya bisa 2 kali lipat. Hahha
BalasHapusSelo emang ngangenin mbak ane kalau pulang kampung juga seneng lewat Selo padahal notabene kalau lewat Selo itu jauhnya bisa 2 kali lipat. Hahha
BalasHapusWuiih..seru niih..bisa jadi destinasi pilihan kumpul2 kami berikutnya... Trims info & foto2 indahnya mba Wati..
BalasHapusGyaaaaa... ini enak banget. Saya juga kalau pergi2 sukanya nyari homestay mba, biar murmer dan hemat hehe..
BalasHapusSerunya homestay beramai-ramai dengan orang tercinta
BalasHapusBisa info nomor penginapan di merbabu..terima kasih
BalasHapusTerimakasih, informasi sangat membantu, baru mau ke Selo lebaran tahun ini 2019, dulu ke Selo jalannya masih dicor semen,
BalasHapusAssalammualaikum bu, boleh minta kontak, saya dan keluarga berrencana menginap ke Selo lebaran 2019 ini,,, kontak sya 08981702331 wa jg bs, terimakasih
BalasHapus