Assalamualaikum Sahabat. Menurut saya, ada Batas Persahabatan Perempuan dan Pria Setelah Menikah. Iya lah, karena menurut pandangan Islam pun, mesti ada batasan pergaulan bagi perempuan dan pria. Baik sebelum maupun setelah menikah.
Kalo setelah menikah, tentunya ada tambahan warning. Karena sahabat pria atau perempuan telah memiliki pasangan hidup. Orang yang telah syah menjadi sahabat lahir dan batin.
Duuuhhh, kali ini artikel saya bahas sesuatu yang cukup berat nih. Karena kami kelompok Butet Manurung memang sedang membahas persahabatan setelah menikah. Artikel milik Ophi Ziadah ini merupakan post trigger #KEBloggingCollab dengan judul Persahabatan Setelah Menikah, Yay or Nay?
Ishhh, dalem banget yak judulnya.
Ophi Ziadah yang menggulirkan tema persahabatan setelah menikah. Dan menantang kami sesama anggota kelompok Butet Manurung untuk menuliskan pendapat kami sendiri. Kalian penasaran bagaimana isi artikelnya. Baca ya artikelnya di web KEB. Ophi sendiri adalah pengelola blog http://www.ophiziadah.com/ dengan tagline Mom of Trio's World.
Waktu post trigger ini terbit, saya udah ketawa. Dalam hati sih saya bingung mau nulis apa. Gimana ya, saya emang langsung putus komunikasi dengan sahabat saya. Jaman dulu belum ada telpon genggam. Media sosial pun belum lahir. Widihhh, tahun berapa tuh, Mak.
Tapi saya juga nggak punya sahabat pria sih. Jadi aman aja sebenarnya kalo pun persahabatan saya tetap berlangsung.
Menurut pandangan saya, persahabatan setelah menikah itu cukup rumit. Terutama persahabatan antara pria dan perempuan. Seharusnya ada batasan persahabatan antara pria dan perempuan.
1. Chatt di media sosial
Bagi pria dan perempuan yang sering chat di What's App, Massanger, BBM, mesti memperhatikan batasan yang pantas. Chat bercanda, curhat, yang awalnya biasa, bisa berubah menjadi hal yang pribadi. Kedekatan ini bisa menjadi awal keretakan hubungan suami istri bila sejak awal tidak terjalin komunikasi yang terbuka.
2. Jangan Ciptakan Kondisi Mengundang Fitnah
Kalian yang sahabatan dengan lawan jenis, mungkin berdalih udah akrab sejak usia SD. Teman dan tetangga yang paling baik dan udah kayak saudara. Ingatlah bahwa kalian bukan lah saudara sekandung. Hanya tetangga, teman sekolah, dan tak mungkin bisa mengubah hubungan darah. Tetangga bukan lah saudara sedarah. Teman sekolah tidak bisa berubah menjadi saudara sedarah.
Jadi alangkah bijaknya bila jangan pernah janjian makan siang hanya berduaan. Ajak seorang teman lagi agar tak menjadi fitnah. Karena ketika kalian merasa telah akrab dengan sahabat lawan jenis, bisa saja suasana menjadi makin intim. Gelendotan, makan sepiring berdua, menjadikan dalih itu udah biasa kalian lakukan sejak lama sebelum nikah.
Bayangkan bila pasangan istri atau suami mengetahui keadaan ini, pasti mereka merasa dikhianati. Cegah lah keadaan yang tak mengenakkan dengan mengajak pasangan dari sahabat kita ikut hangout atau jalan bareng.
3. Foto Berdua
Nah, ini merupakan satu peristiwa yang sering diabaikan. Foto berdua dengan sahabat yang udah memiliki pasangan. Kemudian mengunggahnya di media sosial. Duuhhh, coba deh bayangkan bagaimana perasaan pasangan dari sahabat kalian. Apalagi kalo caption nya, sahabat sejiwa sampai maut memisahkan. *Glekkk.
4. Berbicara dan Bersikap Sopan
Ketika sahabat kalian udah menikah, coba lah menjaga jarak pergaulan dengannya. Berbicara dengan gaya bahasa yang wajar. Juga bersikap lah yang sopan. Karena sekarang sudah ada pasangan yang mesti kita hormati perasaannya.
5. Hargai Sang Pasangan
Jagalah perasaan pasangan dari sahabat kalian. Jangan lagi janji bertemu berduaan tanpa menyertakan pasangannya. Atau saling kirim SMS, chat di media sosial, dengan gaya manja berlebihan seperti sebelumnya. Karena hubungan kalian sudah memiliki pagar pembatas yang tak seharusnya disebrangi.
6. Dekati Pasangannya
Setelah menikah, alangkah baiknya bila kalian pun mendekati pasangan dari sahabat kalian. Ajak lah dalam kegiatan yang selama ini sering kalian lakukan. Kalo selama ini kalian curhat dan sering komunikasi yang akrab, kurangi lah intensitasnya.
Lebih bijak lagi bila mulai memindahkan percakapan dengan pasangan dari sahabat kalian. Misalnya kalian udah biasa meminta bantuan sahabat pria. Alangkah bijaknya bila bantuan itu diminta pada istri sahabat kalian. Apabila istrinya tak bisa mengatasi. Pasti sang istri akan meminta bantuan suaminya, dalam hal ini sahabat kalian.
7. Jaga Jarak
Jaga jarak di sini bukan berarti memutuskan silaturahmi. Namun jaga jarak yang dimaksud adalah mengurangi intensitas pertemuan maupun komunikasi. Mengurangi juga jalan berdua ke suatu tempat, bersendau gurau melebihi batas, dan bentuk kedekatan secara fisik.
Artinya, setelah sahabat lawan jenis kalian menikah, kurangi lah bertemu dengan sembunyi-sembunyi. Karena ketika kalian melakukan hal ini, itu sudah menjurus ke perselingkuhan. Awalnya berdalih agar istri atau suami sahabat kalian jangan sampai cemburu. Namun itu bisa saja menjadi awal kurang harmonisnya hubungan suami istri dari sahabat kalian.
Persahabatan setelah menikah memang menjadi satu kerumitan tersendiri. Atau bisa saja menjadi satu hal yang positif. Terutama bila pasangan dari sahabat kalian ikut melebur dalam persahabatan yang baru.
Namun tetap ada batas persahabatan perempuan dan pria setelah menikah. Kalian nggak mungkin lagi bisa sedekat seperti sebelum menikah.
Tapi itu sih pandangan saya ya. Mungkin kalian memiliki pandangan lain seputar persahabatan setelah menikah. Silahkan, sharing aja pendapat kalian di sini. Bebas ya karena itu memang suatu pengalaman pribadi yang tak bisa dibatasi oleh orang lain. Tentunya ada pengalaman yang berbeda yang menjadikan satu pendapat tak sama. Tetap jaga komunikasi yang sopan ya, agar tetap nyaman juga pembaca lain. Terima kasih, sahabat. Wassalamualaikum.
Ophi Ziadah yang menggulirkan tema persahabatan setelah menikah. Dan menantang kami sesama anggota kelompok Butet Manurung untuk menuliskan pendapat kami sendiri. Kalian penasaran bagaimana isi artikelnya. Baca ya artikelnya di web KEB. Ophi sendiri adalah pengelola blog http://www.ophiziadah.com/ dengan tagline Mom of Trio's World.
Waktu post trigger ini terbit, saya udah ketawa. Dalam hati sih saya bingung mau nulis apa. Gimana ya, saya emang langsung putus komunikasi dengan sahabat saya. Jaman dulu belum ada telpon genggam. Media sosial pun belum lahir. Widihhh, tahun berapa tuh, Mak.
Tapi saya juga nggak punya sahabat pria sih. Jadi aman aja sebenarnya kalo pun persahabatan saya tetap berlangsung.
Menurut pandangan saya, persahabatan setelah menikah itu cukup rumit. Terutama persahabatan antara pria dan perempuan. Seharusnya ada batasan persahabatan antara pria dan perempuan.
Picture from pixabay |
1. Chatt di media sosial
Bagi pria dan perempuan yang sering chat di What's App, Massanger, BBM, mesti memperhatikan batasan yang pantas. Chat bercanda, curhat, yang awalnya biasa, bisa berubah menjadi hal yang pribadi. Kedekatan ini bisa menjadi awal keretakan hubungan suami istri bila sejak awal tidak terjalin komunikasi yang terbuka.
2. Jangan Ciptakan Kondisi Mengundang Fitnah
Kalian yang sahabatan dengan lawan jenis, mungkin berdalih udah akrab sejak usia SD. Teman dan tetangga yang paling baik dan udah kayak saudara. Ingatlah bahwa kalian bukan lah saudara sekandung. Hanya tetangga, teman sekolah, dan tak mungkin bisa mengubah hubungan darah. Tetangga bukan lah saudara sedarah. Teman sekolah tidak bisa berubah menjadi saudara sedarah.
Jadi alangkah bijaknya bila jangan pernah janjian makan siang hanya berduaan. Ajak seorang teman lagi agar tak menjadi fitnah. Karena ketika kalian merasa telah akrab dengan sahabat lawan jenis, bisa saja suasana menjadi makin intim. Gelendotan, makan sepiring berdua, menjadikan dalih itu udah biasa kalian lakukan sejak lama sebelum nikah.
Bayangkan bila pasangan istri atau suami mengetahui keadaan ini, pasti mereka merasa dikhianati. Cegah lah keadaan yang tak mengenakkan dengan mengajak pasangan dari sahabat kita ikut hangout atau jalan bareng.
3. Foto Berdua
Nah, ini merupakan satu peristiwa yang sering diabaikan. Foto berdua dengan sahabat yang udah memiliki pasangan. Kemudian mengunggahnya di media sosial. Duuhhh, coba deh bayangkan bagaimana perasaan pasangan dari sahabat kalian. Apalagi kalo caption nya, sahabat sejiwa sampai maut memisahkan. *Glekkk.
4. Berbicara dan Bersikap Sopan
Ketika sahabat kalian udah menikah, coba lah menjaga jarak pergaulan dengannya. Berbicara dengan gaya bahasa yang wajar. Juga bersikap lah yang sopan. Karena sekarang sudah ada pasangan yang mesti kita hormati perasaannya.
5. Hargai Sang Pasangan
Jagalah perasaan pasangan dari sahabat kalian. Jangan lagi janji bertemu berduaan tanpa menyertakan pasangannya. Atau saling kirim SMS, chat di media sosial, dengan gaya manja berlebihan seperti sebelumnya. Karena hubungan kalian sudah memiliki pagar pembatas yang tak seharusnya disebrangi.
6. Dekati Pasangannya
Setelah menikah, alangkah baiknya bila kalian pun mendekati pasangan dari sahabat kalian. Ajak lah dalam kegiatan yang selama ini sering kalian lakukan. Kalo selama ini kalian curhat dan sering komunikasi yang akrab, kurangi lah intensitasnya.
Lebih bijak lagi bila mulai memindahkan percakapan dengan pasangan dari sahabat kalian. Misalnya kalian udah biasa meminta bantuan sahabat pria. Alangkah bijaknya bila bantuan itu diminta pada istri sahabat kalian. Apabila istrinya tak bisa mengatasi. Pasti sang istri akan meminta bantuan suaminya, dalam hal ini sahabat kalian.
7. Jaga Jarak
Jaga jarak di sini bukan berarti memutuskan silaturahmi. Namun jaga jarak yang dimaksud adalah mengurangi intensitas pertemuan maupun komunikasi. Mengurangi juga jalan berdua ke suatu tempat, bersendau gurau melebihi batas, dan bentuk kedekatan secara fisik.
Artinya, setelah sahabat lawan jenis kalian menikah, kurangi lah bertemu dengan sembunyi-sembunyi. Karena ketika kalian melakukan hal ini, itu sudah menjurus ke perselingkuhan. Awalnya berdalih agar istri atau suami sahabat kalian jangan sampai cemburu. Namun itu bisa saja menjadi awal kurang harmonisnya hubungan suami istri dari sahabat kalian.
Picture form pixabay |
Persahabatan setelah menikah memang menjadi satu kerumitan tersendiri. Atau bisa saja menjadi satu hal yang positif. Terutama bila pasangan dari sahabat kalian ikut melebur dalam persahabatan yang baru.
Namun tetap ada batas persahabatan perempuan dan pria setelah menikah. Kalian nggak mungkin lagi bisa sedekat seperti sebelum menikah.
Tapi itu sih pandangan saya ya. Mungkin kalian memiliki pandangan lain seputar persahabatan setelah menikah. Silahkan, sharing aja pendapat kalian di sini. Bebas ya karena itu memang suatu pengalaman pribadi yang tak bisa dibatasi oleh orang lain. Tentunya ada pengalaman yang berbeda yang menjadikan satu pendapat tak sama. Tetap jaga komunikasi yang sopan ya, agar tetap nyaman juga pembaca lain. Terima kasih, sahabat. Wassalamualaikum.
Yups...aku juga punya sahabat cowok,,dia nya udah nikah dan istrinya lgi hamil 6 bulan,,cuma mereka LDM,,istri di surabaya dan dia di bali,,pas suatu event aku dinas kantor ke bali dan karena kami udah lama gak ketemu akhirnya dia ngajak aku jalan,,dan aku sebenarnya antara mau tapi takut istrinya tau,,tpi dia meyakini kalau kita kan cuma teman dan cuma keliling bali aja liat" pantai,,
BalasHapusJujur sebenarnya aku punya perasaan cinta sama sahabat aku,,saat dia menikah hati aku hancur tapi harus ikhlas dan untuk mengakhirnya semua ini makanya aku pun pergi sama dia,,dan aku menyadari kalau dia bukan buat aku dan dia bahagia dengan pilihannya..
Dan sekarang aku sudah meninggalkan cinta dan semua harapan dengannya di bali...aku pun mengikhlaskan semua itu