Assalamualaikum sahabat. Pernah punya bayangan siapa Sahabat Dunia Akhirat kalian? Seseorang yang menjadi sahabat bukan hanya di dunia, namun juga insyaAllah hingga akhirat kelak? Langsung kebayang nggak siapa dia?
Ceritanya Tina pemilih blog Cerita Dandelion dan Mba Nurul, pemilik blog Parenting.id pengen berbagi tema ArisanBloggerGandjelRel tentang Sahabat.
Cukup rumit nih meski kesannya tema ini sederhana. Siapa sih yang nggak punya sahabat? Pasti semua orang punya, kecuali mereka yang antisosial. Alias enggan berhubungan dengan orang lain.
Namun ternyata nggak semudah bayangan saya, bikin artikel tentang tema sahabat. Karena bagi saya, sahabat itu setiap masa pasti ada. Jaman saya sekolah, sejak SMP, SMA, hingga jadi mahasiswi, selalu ada seseorang yang menjadi sahabat saya. Lantas, kami pun terpisah jarak hingga tak mengetahui keberadaan mereka. Maklum jaman dulu mana ada gawai? Yang ada hanya alamat rumah, dan mereka telah pindah karena mengikuti suami masing-masing.
Meski begitu saya nggak sedih. Karena dalam pergaulan yang terus berjalan, saya menemukan sahabat baru. Bahkan dari komunitas menulis pun, saya memiliki banyak sahabat baru. Dari awal persahabatan ini, saya pengen mereka bisa menjadi sahabat dunia dan akhirat kelak, aamiin.
Ini lah Sahabat Dunia Akhirat Saya :
- Teman Blogger
Nggak pernah saya bayangkan, ketika usia jelita ini bisa memiliki pertemanan baru yang bikin segar pikiran. Mereka adalah teman-teman yang memiliki profesi dari kesamaan hobi, yaitu menjadi blogger. Baik fulltime blogger, maupun sekedar side job yang menyenangkan. Blogger rajin update maupun yang punya blog sampai jadi sarang laba-laba. Katanya loh ya, saya cuma menyampaikan pengakuan mereka aja. 😜
Kehadiran mereka, hingga saya tergabung dalam grup WA (entah ada berapa jumlahnya) blogger dalam berbagai nama grup, menjadi hiburan tersendiri.
Bahkan ada satu grup blogger, kebetulan isinya emak n embak semua, kadang menjadi curhat pribadi. Di grup ini kami saling support, bukan tentang blogging semata. Namun juga masalah pribadi sampai anak-anak. Senangnya lagi tak ada penghakiman ketika ada yang curhat sesuatu peristiwa.
Sahabat Blogger Arisan Link BP |
Bentuk dukungan nasihat dan doa menjadi perekat hubungan ini. Meski kami terpisah jarak kota, bahkan lautan, namun seperti dekat di hati. FYI, kami bahkan belum pernah bertemu dengan semua anggota grup WA ini. Namun harapan kami adalah suatu hari bisa bertemu langsung antara sesama anggota. Semoga terwujud keinginan kami, aamiin.
- Teman Sekolah
Setelah terpisah puluhan tahun, saya bertemu lagi dengan beberapa teman sekolah. Teman jaman kuliah saya anggap juga teman sekolah. Perjumpaan kembali dengan teman satu angkatan saat sekolah, dan seumuran (meski ada yang lebih tua) bagaikan menelan pil kebahagiaan.
Ketika ngumpul, kami jadi lupa diri. Kami merasa seperti masih usia sekolah. Padahal di rumah udah ada anak dan suami atau istri, hahaha.
Yang bikin senang adalah ketika ngumpul udah seperti keluarga. Karena kami sama-sama mengenal kepribadian masing-masing. Meski usia sudah bertambah, ternyata sifat yang melekat tak pernah berubah jauh. Masih aja suka bercanda dan jahil. Tentunya dengan batas-batas kesopanan.
- Pasangan Jiwa
Ahhh, kalo sahabat yang ini sih udah katam deh dengan perilakunya. Dari bangun tidur dan mau tidur lagi, udah kayak mimi lan mintuno. Kemana aja berdua, karena situasi dan kondisi. Terutama sejak saya udah resign dan menjadi perempuan penjaga surga dunia a.k.a home sweet home.
Sepertinya hubungan suami istri ketika memasuki usia 23 tahun pernikahan, bagaikan saudara, teman, adik kakak, yang saling mengasihi. Hubungan yang telah melampaui susah dan senang. Yang bertanggung jawab lebih karena kesamaan cita-cita dan kasih sayang.
Terlebih pekerjaan suami yang sesekali keluar kota, kadang membutuhkan kehadiran saya sebagai teman berbicara di jalan.
Suami menjadi sahabat saya yang paling terpercaya. Karena saya pernah tersakiti oleh seorang sahabat. Jadi rahasia yang paling rahasia dari saya, hanya suami yang menjadi tempat curhat. Saya paling nggak bisa bohong sama suami. Seperti dulu ketika saya masih anak-anak, paling nggak bisa bohong sama orang tua.
Suami sudah seperti orang yang saya hormati, karena mampu memberikan rasa nyaman, aman, dan sangat menghargai saya. Seperti ketika saya merasa ragu, apakah mampu mendaki Bukit Uhud? Sementara banyak jemaah haji bahkan yang berusia tua, mampu menaikinya setapak demi setapak. Namun suami memahami bahwa kaki istrinya tak akan mampu mendaki bukit yang tak lebih tinggi dari Gunung Merapi. Karena suami memahami saya butuh duduk dan istirahat saja di lapangan parkir. Sambil foto-foto atau menyerap suasana alam gurun yang gersang dan terik.
Bersama suami, saya bisa bercerita apa saja. Tentang impian, perasaan sedih tentang sesuatu, bahkan hal remeh yang kadang bikin kami tertawa berdua.
Dan dia adalah sahabat dunia akhirat saya, insyaAllah, aamiin.
Kalo ngomongin sahabat sebenarnya nggak bisa berhenti. Ada begitu banyak cerita yang bakal panjang seperti ular naga, takutnya ntar bosan yang baca. Jadi saya sudahi aja cerita tentang sahabat. Kalian aja deh yang cerita, punya sahabat seperti saya? Atau sahabat tapi musuh? Kalo jauh dikangenin, kalo deket pengennya ngajak bertengkar? Jangan dong ya, karena sahabat itu susah banget didapat. Sampai jumpa dalam cerita sahabat berikutnya ya. Wassalamualaikum.
Tidak ada komentar: