Assalamu'alaikum. Saya akhir-akhir ini jarang publish blog karena kesibukan di dunia nyata. Bukan alasan sebenarnya, tapi emang nggak ada waktu buat nongkrong di depan laptop buat bikin artikel. Ya gimana, kalo tiap hari mesti merawat bapak yang kena stroke. Trus dua hari sekali anter ibu fisioterapi di rumah sakit. Rasanya hampir tiap hari saya menyambangi rumah sakit. Nah, mumpung longgar saya sharing pengalaman tentang Pentingnya BPJS Kesehatan Bagi Pekerja Mandiri.
Sudah dua tahun saya ikut sertakan bapak, ibu, dan adik bungsu yang belum menikah jadi anggota BPJS. Karena saya sendiri udah merasakan gimana BPJS telah membantu keluarga kecil saya. Kalo pun di luar orang pada berbincang bahwa BPJS itu haram, saya mah nggak peduli. Apalagi MUI telah menjelaskan dengan menampik berita yang beredar. Saya pernah nulis di artikel yang berjudul :
Nah, kalo udah baca artikel yang saya tulis tersebut, teman-teman bisa yakin deh dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Apalagi dengan ikut menjadi peserta BPJS Kesehatan, kita pun bisa membantu sesama warga negara yang kurang mampu. Mereka adalah yang mendapat akses kesehatan gratis dari pemerintah.
Dulunya saya menjadi peserta karena bekerja di sebuah perusahaan swasta. Begitu keluar kerja, saya pun mesti mengubah kepesertaan dengan mengurus sendiri di kantor cabang BPJS Kesehatan untuk perorangan. Caranya gimana? Ada juga saya tulis caranya dalam artikel berikut :
Mengurus Mutasi Kepesertaan BPJS Dari Pegawai Menjadi Perorangan
Kalo ada yang bilang bahwa BPJS Kesehatan itu haram. Adakah yang punya solusi lain untuk memperoleh jaring pengaman kesehatan seseorang? Karena Allah telah memerintahkan hambaNYA untuk berikhtiar bila sakit. Ikhtiarnya adalah dengan berdoa, berobat, dan tawakal. Berobat bisa dilakukan bila memiliki uang. Bila enggak punya uang, sementara biaya berobat sangat lah mahal tergantung jenis penyakit yang diderita, gimana solusinya?
Minta bantuan tetangga? Atau saudara? Sementara penyakit yang kita derita tak sesederhana itu. Cukup dengan datang ke klinik 24 jam, bisa langsung sembuh?
Pengennya kan kita sehat. Namun menilik segala bentuk makanan yang masuk ke tubuh kita, dan jarang olah tubuh, apa mungkin bisa sehat selamanya?
Gambar dari pixabay.com |
Ada kalanya usia pun makin renta. Pengennya mesti udah tua, tubuh tetap sehat. Namun banyak loh orang tua yang makin tua makin bermunculan penyakitnya. Karena tak dapat kita pungkiri, usia renta biasanya mudah kena sakit. Bukan sakit berat, kadang juga karena faktor usia.
Seperti yang tengah dialami Bapak saya saat ini. Tepatnya tanggal 4 Nopember, saya yang sedang antri di loket registrasi untuk daftar terapi buat ibu, mendapat telpon dari si sulung. Dia mengabarkan kalo simbah kakung pingsan.
Terus terang kala itu hati saya berdebar. Apa yang terjadi? Tadi saat berangkat bareng ibu, Bapak sehat aja. Emang sih Bapak lagi rajin bikin tempat pijakan untuk menjemur di rumah samping. Dan emang sejak dulu Bapak tuh suka banget aktif, nggak bisa duduk diam nonton tivi atau baca koran aja. Kalo nganggur kata Bapak, tubuhnya bisa cape dan malah pegal semua.
Nah, beruntungnya ada suami yang masih di rumah. Dengan bantuan tetangga yang belum berangkat kerja, Bapak diangkat bergotong royong ke dalam mobil. Kebetulan mobil paksuami model blindvan, jadi mudah digelar tikar dan kasur untuk Bapak tidur.
Saya udah menanti di depan gedung rumkit yang berada di pusat kota Semarang. Begitu terlihat mobil paksuami, saya segera menyongsong. Ada satpam yang menyambut kedatangan Bapak. Begitu Bapak dibawa masuk ke IGD, saya pun mengikutinya.
Adik saya yang ikut menyertai rombongan itu, menggantikan tugas saya antri di registrasi untuk terapi Ibu. Saya sendiri mengurus Bapak di IGD. Sementara suami dan tetangga masih menunggu keputusan dari dokter.
Setelah observasi oleh dokter jaga dan wawancara kejadian Bapak yang pingsan, keputusannya adalah rawat inap. Namun sesuai kepesertaan Bapak di kelas III, nyaris saja nggak dapat kamar. Semua ruang rawat inap kelas 2 hingga kelas 3 penuh. Akhirnya setelah bertanya lebih lanjut, ada kelas 1 dan hanya tersisa satu ruang. Saya pun memutuskan Bapak mesti rawat inap di kelas 1 aja. Karena rujukan di rumkit lain sangat tidak kami setujui. Alasannya yang satu rumkit negeri dengan fasilitas kurang memadai. Sementara yang satu adalah rumkit di wilayah jalan raya yang padat dan banjir rob.
Singkat cerita, 9 hari Bapak dirawat di rumkit yang memiliki pelayanan bagus dan ramah. Terutama pasien dengan fasilitas kesehatan menggunakan BPJS. Tak ada perbedaan pelayanan, perawat dan dokter menangani dan melayani peserta dengan sangat baik. Kebetulan rumah sakit Roemani ini memang menjadi rujukan tiap kami keluarga kecil saya membutuhkan perawatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
Nah, misalkan dulu saya tidak mengikutkan Bapak dan keluarga menjadi peserta BPJS Kesehatan, kemarin saya mesti keluar duit lumayan banyak. Seperti yang pernah terjadi saat Bapak mesti menjalani operasi Prostat dan Kencing Batu. Dulu aja kami terbantu dengan dipertemukan dokter bedah yang baik. Mestinya kami bayar 25 jutaan, karena bantuan dokter tersebut, kami hanya bayar sejumlah 14 jutaan. Kebetulan dokter tersebut kenalan tetangga depan rumah. Jadi dokternya gratisin biaya operasi. Sementara kamar operasi menjadi tanggungan dokter tersebut.
Abis bayar dulu itu, saya tak henti mendoakan agar kebaikan dokter tersebut mendapat limpahan berkah Allah Swt. Aamiin.
Berangkat dari pengalaman itu lah, saya pun mengikutkan Bapak menjadi peserta BPJS Kesehatan. Karena memang dulunya Bapak adalah pekerja mandiri, yaitu montir. Jadi nggak ada pensiun. Makanya kalo sakit ya biaya sendiri selama ini. Trus sejak nggak kerja, tentu saja menjadi tanggungan kami.
Itu lah mengapa saya selalu mengingatkan kenalan yang belum terdaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan. Apalagi kabarnya beberapa tahun lagi bagi warga negara Indonesia yang tidak terdaftar kepesertaan BPJS Kesehatan bakal susah ngurus KTP dan domisili.
Maksud pemerintah sih baik ya. Agar masyarakat saling bantu dengan yang mampu membayar iuran rutin untuk dirinya. Namun juga ada asas gotong royong menyokong warga yang tak mampu.
Kalo iurannya nggak transparan penggunaan dananya gimana?
Laaah, itu biar urusan pegawainya aja. Yang penting kita rutin bayar dan jangan macet di tengah jalan. Siapa tahu sewaktu-waktu butuh fasilitas kesehatan untuk meredakan batuk pilek anggota keluarga. Kalo pekerja mandiri seperti orang tua saya ataupun suami nggak jadi peserta BPJS Kesehatan, cukup repot loh bila sakit agak parah.
Pengennya sih sehat ya. Tapi kalo pas dapat rezeki sakit, gimana coba? Tetap aja berobat ke fasilitas kesehatan. Meski tetap kita memanjatkan doa mohon kesembuhan dari Yang Maha Pemurah, Allah Swt. Jadi, itu sih pentingnya BPJS Kesehatan Bagi Pekerja Mandiri di mata saya. Kalo menurut kalian, gimana dengan peran BPJS Kesehatan? Sharing yuk dengan menitipkan komentar yang sopan. Wassalamu'alaikum.
semoga ayah dan ibunda Mba Wati segera diberi kesembuhan, amin..
BalasHapusSetiap orang berhak mendapatkan layanan kesehatan ya Mba.. Bagi pekerja atau pegawai tentu gak sulit karena dari kantor biasanya sudah difasilitasi utk membadapatkan keanggotaan BPJS.. Nah bagi yang gak bekerja gimana dong? Untungnya saat ini BPJS membuka kesempatan juga bagi yang bukan pekerja utk menjadi anggota BPJS ya Mba..
BalasHapusSemoga lekas sembuh mba:) Bpjs sangat bermanfaat, Karena mnrt saya iurannya tdk memberatkan. Saya jg nyaman berobat di puskesmas kl pas flu. Malah kemarin bisa dibuat scaling Gigi tapi hanya setahun sekali.
BalasHapusAku suka baca tulisanmu mba :). Ga ngerti deh ama org2 di luar sana yg seenaknya bilang segala sesuatu haram.. Bpjs haram, bank haram..opo toh maunya :p. Aku juga punya bpjs walopun blm prnh gunain krn asuransi kantor msh cukup utk sekeluarga.tapi aku tau bpjs ini bkl berguna bgt pas aku udh pensiun nanti.. Makanya ttp bikin juga
BalasHapuspenting sekali karena kita gak tahu kalu suatu waktu kita sakit kita sudha sedia payung
BalasHapusSetuju BPJS emang membantu banget.kmr pas melahirkan aku jg klaim bpjs mbak walaupun ga nutup smua bianya tp lumayan membantu lah.
HapusMoga2 bapak sehat2 ya mbak
Mantap :D
HapusTeman sy beberapa waktu lalu operasi tumor otak, Bund. Bila tanpa BPJS biayanya sekitar 90jutaan. Alhamdulillah BPJS meringankan biaya operasi tsb.
BalasHapusMantap :D
HapusSmoga banyak yang mendapat manfaat menggunakan BPJS ya mba. Aamin
BalasHapusSehat sehat selalu mbaa
BJPS sangat penting menurutku. Keluargaku sudah sering terbantu. :O
BalasHapusIntinya, kita sedia payung sebelum hujan. :)
BalasHapusMantap :D
HapusSelama ini saya merasa terbantu dengan adanya BPJS. Nggak rugi deh pokoknya. ^_^
BalasHapusGak ada alasan buat suuzan dengan BPJS. :D Justru jika tanpa BPJS, entah bagaimana kalau sampai sakit dan mengeluarkan puluhan juta buat berobat
BalasHapusSemoga bapak-ibu segera sehat kembali ya mbak. Dan sy setuju sekali pentingnya Bpjs bg pekerja mandiri,sy sarankan adik kakak saya yg pkrja mandiri utk ikut Bpjs beserta kelgnya.. buat jaga-jaga ya mba..
BalasHapusMantap :D
HapusMoga lekas sembuh ya mbak. Sy rajin bayar tp pernah 3 bln bayar trs eh angsuran masuk nm sy semua. Anak dan suami udah nggak kedaftar huhuhu. Di mata indah bola pingpong.. mg ke depan makin bagus penanganannya shg tempat pengaduan nggak pake antre :)
BalasHapusMoga lekas sembuh ya mbak. Sy rajin bayar tp pernah 3 bln bayar trs eh angsuran masuk nm sy semua. Anak dan suami udah nggak kedaftar huhuhu. Di mata indah bola pingpong.. mg ke depan makin bagus penanganannya shg tempat pengaduan nggak pake antre :)
BalasHapusAku termasuk orang yang merasakan keuntungan dari BPJS. Kalau nggak ikut BPJS, nggak kebayang, bakal dari mana dapat uang buat biaya operasi? Yang penting kita nggak curang dalam hal iuran bulanannya. ^_^
BalasHapusbru bbroa hari yg lalu ngerasain manfaatnya pakai bpjs, alhamdulillah bnr2 membantu
BalasHapusBPJS ini emang penting ya mbak, serta eggak terlalu maha buat pekerja mandiri mengingta biaya asuransi swasta mahal :(
BalasHapusTFS