Assalamu'alaikum. Mendekati bulan Haji yang hanya dalam hitungan hari, sebagian jemaah Haji sudah mulai disibukkan dengan persiapan keberangkatan. Bahkan ada beberapa kloter yang sudah masuk asrama dan tiba di tanah suci. Menyaksikan berita tentang proses keberangkatan ini, hati saya kembali merindu. Seperti tahun lalu, saya kembali menuliskan pengalaman saat berhaji untuk membasuh rindu. Artikel berjudul Kisah Haji: Strategi Rutin Shalat di Masjidil Haram Bagi Jemaah Haji Perempuan. Saya menyajikan artikel untuk berbagi pada calon jemaah haji yang masih menanti keberangkatannya.
Saya dan teman-teman satu kloter memiliki strategi yang berbeda bila hendak shalat di Masjidil Haram. Beberapa jemaah dari Kabupaten Demak yang tersisa dan ikut rombongan Kota Semarang, memilih berangkat ke masjid pukul 1 dinihari untuk shalat Shubuh. Mereka ingin shalat malam di Masjidil Haram, kemudian dilanjut tilawah dan Shubuhan. Baru setelah itu pulang ke maktab Kloter 17 SOC yang terletak di Bakhotmah J5.
Dan aktifitas shalat di masjid pun berlanjut menjelang pukul 11.00 WAS berangkat naik bus menanti di depan hotel J4 atau berjalan ke J3. Wilayah J4 biasanya sudah banyak jemaah yang menunggu bus, terutama mereka yang tinggal di J5 karena terletak agak serong ke kanan di seberang J4. Nah, saya kadang memilih tetap di depan resto siap saji yang terletak di samping hotel kami. Saya nggak perlu menyeberang jalan, karena bus yang akan lewat depan hotel di J4, mesti lewat depan hotel kami di J5. Bingung ya, hahaha, ya udah lihat foto berikut aja.
Foto dari Google, yang saya kasih tanda biru adalah Hotel tempat Kloter 17 SOC nginap selama di Makkah |
Terutama bagi jemaah yang masuk dalam Gelombang pertama keberangkatan. Yang artinya adalah akan menetap mengikuti shalat Arba'in terlebih dulu di Masjid Nabawi. Baru kemudian menunaikan Umroh Wajib di Masjidil Haram. Dan biasanya mereka mesti menanti waktu yang cukup lama untuk pelaksanaan ARMINA. Banyak yang kemudian menggunakan jeda waktu ini dengan melaksanakan Umroh Sunnah. Meski Umroh Sunnah, tetap saja jemaah perlu mengambil Miqod di beberapa tempat yang sudah di tetapkan sesuai Fiqih. Ah, saya jadi pengen menuliskan tentang Miqod juga.
Bila tidak pintar mengatur jadwal shalat, bisa saja jemaah malah sakit karena kelelahan saking seringnya Umroh Sunnah. Namanya juga sunnah, enggak perlu juga dilakukan nyaris seminggu tiga atau empat kali. Karena Umroh Sunnah sama dengan Umroh Wajib, pelaksanaannya sama hanya sifat ibadahnya yang berbeda.
Lumayan capai juga loh melaksanakan ibadah Umroh itu, karena mesti melakukan perjalanan darat dengan bus menuju Miqot untuk melafalkan Niat. Kemudian kembali ke Masjidil Haram, menjalankan Thawaf dan Sa'i. Thawaf sebanyak tujuh kali putaran, tentu butuh kondisi tubuh yang sehat dan bugar. Kemudian dilanjutkan dengan Sai'i sebanyak hitungan yang sama. Yaitu Berjalan dari Shafa ke Marwa sebanyak tujuh kali dengan diselingi lari-lari kecil bagi laki-laki saat tiba di lampu hijau.
Butuh tenaga fisik yang prima dan tetap sehat usai melaksanakan ibadah. Menjaga tubuh tetap bugar dan sehat itu tidak mudah bila melihat kondisi di lapangan. Banyak terpapar sinar matahari, debu, dan bertemu sesama jemaah dari seluruh dunia. Mudah banget bagi jemaah mengalami polusi udara, tertular virus dan sakit.
Dan bermuara tidak bisa mengikuti pelaksanaan Rukun Haji saat ARMINA. ARMINA adalah kegiatan Rukun Haji yang penting. Tidak akan SAH Hajinya bila tidak menunaikan Rukun Haji ini. ARMINA merupakan kepanjangan dari Wukuf di ARAFAH, Bermalam di Muzdalifah, dan Melontar Jumroh di Jamarat MINA.
Baca juga pengalaman saya saat :
- Wukuf di Arafah : Ada apa di Padang Arafah saat Haji?
- Muzdalifah : Bermalam di Muzdalifah, Tidur Dalam Rangkulan Simbah
- Mina : Perjuangan Melontar Jumroh Aqobah di Mina
Nah, yuk saya akan berbagi pengalaman saat menunaikan Ibadah Haji tahun 1435 H atau 2014 M yang lalu.
Lumayan capai juga loh melaksanakan ibadah Umroh itu, karena mesti melakukan perjalanan darat dengan bus menuju Miqot untuk melafalkan Niat. Kemudian kembali ke Masjidil Haram, menjalankan Thawaf dan Sa'i. Thawaf sebanyak tujuh kali putaran, tentu butuh kondisi tubuh yang sehat dan bugar. Kemudian dilanjutkan dengan Sai'i sebanyak hitungan yang sama. Yaitu Berjalan dari Shafa ke Marwa sebanyak tujuh kali dengan diselingi lari-lari kecil bagi laki-laki saat tiba di lampu hijau.
Ini hanya Thawaf Sunnah, bukan merupakan rangkaian Umroh |
Tempat Sai yang sering saya pilih di Lantai 1 |
Dan bermuara tidak bisa mengikuti pelaksanaan Rukun Haji saat ARMINA. ARMINA adalah kegiatan Rukun Haji yang penting. Tidak akan SAH Hajinya bila tidak menunaikan Rukun Haji ini. ARMINA merupakan kepanjangan dari Wukuf di ARAFAH, Bermalam di Muzdalifah, dan Melontar Jumroh di Jamarat MINA.
Baca juga pengalaman saya saat :
- Wukuf di Arafah : Ada apa di Padang Arafah saat Haji?
- Muzdalifah : Bermalam di Muzdalifah, Tidur Dalam Rangkulan Simbah
- Mina : Perjuangan Melontar Jumroh Aqobah di Mina
Nah, yuk saya akan berbagi pengalaman saat menunaikan Ibadah Haji tahun 1435 H atau 2014 M yang lalu.
- Pilihan saya Shalat Shubuh tidak setiap hari dilakukan di Masjidil Haram. Di samping saya lebih menghemat tenaga, juga karena sayang dengan engkel kaki yang baru saja sembuh dari terkilir.
- Saya berangkat tiap pukul 09.00 WAS, jadi bisa shalat Dhuha dulu di Masjidil Haram. Kemudian menanti shalat Dhuhur dengan memperbanyak Tilawah. Biasanya saya akan tetap ada di lokasi yang dekat dengan Ka'bah. Meski agak ke pinggir, atau berada dekat dengan Tempat tong Zam-Zam. Namun masih bisa menatap bangunan Ka'bah dari tempat saya duduk.
- Shalat Dhuhur di lantai dasar, yang dekat dengan Ka'bah. Ini memang tempat favorit meski kadang diusir oleh Askar bila melihat jemaah perempuan shalat di sana. Saya meniru jurus jemaah dari negara lain, yaitu bergeming dan tetap beribadah shalat atau dzikir. Atau saya akan bangkit dan pura-pura aja melihat lokasi sambil pasang mata menyaksikan kepergian si Askar. Hahaha, tetap dong masih pengen shalat dengan menatap bangunan Ka'bah. Udah dapat tempat paling enak masa iya mau pindah lagi?!
- Usai Shalat Dhuhur biasanya saya dan suami tidak duduk lama untuk berdoa. Udah kebiasaan kalo shalat di dekat bangunan Ka'bah mesti langsung bangkit dan pindah tempat usai salam. Karena jemaah lain akan segera melanjutkan Thawaf. Kita bisa terinjak-injak bila tetap duduk dan berdoa. Biasanya saya dan suami memilih pindah lokasi ke tempat Sa'i di lantai 1. Tempatnya luar biasa dingin sih sebenarnya dan mesti duduk dengan menghamparkan sajadah. Pernah saya lupa membawa sajadah dan mesti rela menahan dingin serta berbagi sajadah dengan suami.
- Di tempat Sa'i ini lah saya biasanya membuka bekal yang udah dibawa dari hotel. Bekalnya juga yang biasa aja. Hanya nasi dan lauk yang dimasukkan dalam tempat makan. Lauknya juga yang kering, agar mudah menimatinya di dalam ruangan. Pengennya sih bawa sayur seger seperti sop atau sayur asem, kami sesekali masak di dapur hotel. Namun repot deh kalo bekalnya berbentuk kuah gitu.
Banyak juga yang makan siang seperti saya, meski dengan menu berbeda. Kadang kami juga bawa bekal dengan membeli roti dan buah. Buahnya kadang dapat dari Halalan. Yang pernah Haji atau Umroh, pasti tahu dengan Halalan. Yaitu sedekah yang dibagikan pada jemaah dari penduduk setempat, bisa berupa makanan, terutama buah dan jus.
Banyak jemaah haji dari India yang sering saya temukan makan siang dekat saya dan suami maksi. Seringnya bekal mereka berupa jagung, atau buah seperti kami. Kalo jemaah dari negeri Afrika biasanya berupa roti entah apa namanya, nasi kipsah dengan ayam goreng dan buah. Hmm, lagi-lagi buah ya. Memang sih buah sangat murah di negeri paran nabi.
- Setelah makan siang, saya dan suami akan istirahat sambil tetap melantunkan dzikir. Duduk berhimpitan di tempat Sa'i penting banget dilakukan. Biasanya banyak kelompok bimbingan haji yang berangkat berbarengan dengan sesama anggotanya. Saya lebih senang memilih berangkat berdua dengan suami, boleh juga sih dengan beberapa pasangan lain. Tapi biasanya usai Thawaf sunnah, sebelum shalat kami udah berpencar karena kondisi selesainya yang tak sama.
Namun bagi saya sendiri, lebih nyaman ibadah di Masjidil Haram dengan suami. Suasana masjid yang lebih berwarna karena bercampur antara jemaah perempuan dan laki-laki, bikin saya butuh perlindungan suami.
- Biasanya jelang shalat Ashar kami akan bergerak kembali ke dekat Ka'bah. Namun bila kondisi di sana sudah penuh, kami akan memilih shalat di antara ruang Sa'i dan Ka'bah yang dekat dengan tempat pengambilan air Zam-Zam.
Kalo saya akan memilih duduk di antara jemaah perempuan. Kadang ada aja tempat untuk meletakkan selembar sajadah di antara sajadah yang sudah tertata rapi. Masih banyak jemaah haji entah dari negeri sendiri, atau dari negara lain yang berbaik hati memberikan tempatnya untuk saya. Saya juga sering melakukan hal serupa bila masih ada tempat untuk berbagi. Bukankah kita datang ke rumah NYa untuk menlaksanakan ibadah yang sama? Jadi wajar dong bila ingin berbagi demi kebaikan.
- Hingga shalat Maghrib saya akan tetap di tempat yang sama. Meski memang harus berpindah sedikit. Kadang juga saya memilih shalat di lantai 1 bagian Masjid yang dekat dengan jalan turun menuju basement dengan pemandangan bangunan Ka'bah. Meski butuh perjuangan, sering juga saya dan suami mendapat tempat shalat di sana. Biasanya saya dan suami saling memberi kode bila sudah mendapat tempat dengan cukup saling memandang saja. Aisshhh, di masjid pun bisa loh bertatapan pandang. Dengan pasangan sendiri kan boleeeeeh.
- Nah, usai shalat Maghrib saya jarang melanjutkan dengan jemaah shalat Isya di Masjidil Haram. Suami memutuskan kami jemaah shalat di masjid yang dekat dengan hotel. Alasannya adalah, kami pernah mengalami pengalaman yang tak mengenakkan usai pulang shalat Isya. Yaitu saat berdesakan di dalam bus yang semula kosong. Mungkin saya pernah menuliskannya, atau bisa saja belum, hihii, agak lupa deh. Nanti akan saya ceritakan pada artikel Kisah haji lainnya.
Tapi apabila kami melaksanakan Shalat Isya di Masjidil Haram, biasanya akan menunda kepulangan agar tak mengalami masalah serupa. Berdesakan di jalan atau saat menaiki bus yang akan mengantar ke hotel.
Yang pasti sebagai jemaah kita wajib memahami kondisi di lapangan agar bisa beribadah dengan nyaman, tubuh tetap sehat, dan selamat. Kisah Haji: Strategi Rutin Shalat di Masjidil Haram Bagi Jemaah Haji Perempuan sudah saya tuturkan. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya. Mungkin pula beda kisah yang teman-teman alami. Yuk, saling sharing di kolom komentar, teman. Wassalamu'alaikum.
- Shalat Dhuhur di lantai dasar, yang dekat dengan Ka'bah. Ini memang tempat favorit meski kadang diusir oleh Askar bila melihat jemaah perempuan shalat di sana. Saya meniru jurus jemaah dari negara lain, yaitu bergeming dan tetap beribadah shalat atau dzikir. Atau saya akan bangkit dan pura-pura aja melihat lokasi sambil pasang mata menyaksikan kepergian si Askar. Hahaha, tetap dong masih pengen shalat dengan menatap bangunan Ka'bah. Udah dapat tempat paling enak masa iya mau pindah lagi?!
- Usai Shalat Dhuhur biasanya saya dan suami tidak duduk lama untuk berdoa. Udah kebiasaan kalo shalat di dekat bangunan Ka'bah mesti langsung bangkit dan pindah tempat usai salam. Karena jemaah lain akan segera melanjutkan Thawaf. Kita bisa terinjak-injak bila tetap duduk dan berdoa. Biasanya saya dan suami memilih pindah lokasi ke tempat Sa'i di lantai 1. Tempatnya luar biasa dingin sih sebenarnya dan mesti duduk dengan menghamparkan sajadah. Pernah saya lupa membawa sajadah dan mesti rela menahan dingin serta berbagi sajadah dengan suami.
Menanti shalat di lantai 1 Sa'i yang dingin |
Selamat Maksi ya, teman-teman |
Banyak jemaah haji dari India yang sering saya temukan makan siang dekat saya dan suami maksi. Seringnya bekal mereka berupa jagung, atau buah seperti kami. Kalo jemaah dari negeri Afrika biasanya berupa roti entah apa namanya, nasi kipsah dengan ayam goreng dan buah. Hmm, lagi-lagi buah ya. Memang sih buah sangat murah di negeri paran nabi.
- Setelah makan siang, saya dan suami akan istirahat sambil tetap melantunkan dzikir. Duduk berhimpitan di tempat Sa'i penting banget dilakukan. Biasanya banyak kelompok bimbingan haji yang berangkat berbarengan dengan sesama anggotanya. Saya lebih senang memilih berangkat berdua dengan suami, boleh juga sih dengan beberapa pasangan lain. Tapi biasanya usai Thawaf sunnah, sebelum shalat kami udah berpencar karena kondisi selesainya yang tak sama.
Namun bagi saya sendiri, lebih nyaman ibadah di Masjidil Haram dengan suami. Suasana masjid yang lebih berwarna karena bercampur antara jemaah perempuan dan laki-laki, bikin saya butuh perlindungan suami.
- Biasanya jelang shalat Ashar kami akan bergerak kembali ke dekat Ka'bah. Namun bila kondisi di sana sudah penuh, kami akan memilih shalat di antara ruang Sa'i dan Ka'bah yang dekat dengan tempat pengambilan air Zam-Zam.
Kondisi Masjidil Haram Tahun 2014. Sekarang dua lantai yang terlihat di dekat Ka'bah itu sudah tak ada lagi karena bangunan Thawaf utama sudah selesai |
- Hingga shalat Maghrib saya akan tetap di tempat yang sama. Meski memang harus berpindah sedikit. Kadang juga saya memilih shalat di lantai 1 bagian Masjid yang dekat dengan jalan turun menuju basement dengan pemandangan bangunan Ka'bah. Meski butuh perjuangan, sering juga saya dan suami mendapat tempat shalat di sana. Biasanya saya dan suami saling memberi kode bila sudah mendapat tempat dengan cukup saling memandang saja. Aisshhh, di masjid pun bisa loh bertatapan pandang. Dengan pasangan sendiri kan boleeeeeh.
- Nah, usai shalat Maghrib saya jarang melanjutkan dengan jemaah shalat Isya di Masjidil Haram. Suami memutuskan kami jemaah shalat di masjid yang dekat dengan hotel. Alasannya adalah, kami pernah mengalami pengalaman yang tak mengenakkan usai pulang shalat Isya. Yaitu saat berdesakan di dalam bus yang semula kosong. Mungkin saya pernah menuliskannya, atau bisa saja belum, hihii, agak lupa deh. Nanti akan saya ceritakan pada artikel Kisah haji lainnya.
Tapi apabila kami melaksanakan Shalat Isya di Masjidil Haram, biasanya akan menunda kepulangan agar tak mengalami masalah serupa. Berdesakan di jalan atau saat menaiki bus yang akan mengantar ke hotel.
Yang pasti sebagai jemaah kita wajib memahami kondisi di lapangan agar bisa beribadah dengan nyaman, tubuh tetap sehat, dan selamat. Kisah Haji: Strategi Rutin Shalat di Masjidil Haram Bagi Jemaah Haji Perempuan sudah saya tuturkan. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya. Mungkin pula beda kisah yang teman-teman alami. Yuk, saling sharing di kolom komentar, teman. Wassalamu'alaikum.
Assalamualaikum Mbak Hidayah terima kasih sharing tentang perjalanan ibadah hajinya. Meskipun jadwal keberangkatan kami masih lama,tp saya dan suami harus belajar dari skr,siapa tahu bisa berangkat lebih awal...aamiin. Jazakillah khayran.
BalasHapusWaalaikumsalam, mbak Ira moga disegerakan dan diberikan kelancaran hingga waktu keberangkatan tiba. Semoga lancar juga ibadah hajinya, moga mabrur ya mbak.
Hapusdoakan saya dan keluarga juga segera ke tanah suci mba, dalam 5 tahun ke depan ya, aamiin
BalasHapusAamiin, semoga terwujud, mbak diberikan kemampuan segera ke tanah suci
Hapusaku doain mbak...biar bisa kesana juga :")
BalasHapusSEmoga terwujud cita-citamu ya, dimampukan Allah berangkat ke tanah suci bersama suami dan keluarga, aamiin :)
Hapusaku didoain maksuddkuu
BalasHapusmerasa iri kepada mereka yang sudah berhaji
BalasHapusBagus dong, dulu saya juga iri pada tetangga dan kerabat yang berangkat haji. Alhamdulillah akhirnya dari iri bisa dimampukan Allah bisa berhaji. Semoga Mas Bondan bisa juga melaksanakan haji bersama keluarga, aamiin
HapusDoakan saya dan keluarga, agar bisa menyusul untuk beribadah di sana ya Mbak...aamiin...aamiin ...aamiin
BalasHapusLihat perjalananan ibadahnya, jadi pengen sesegera mungkin ke sana.
Semoga Nurul dimampukan Allah segera berangkat haji bersama keluarga, aamiin
HapusYa Allah, klo baca tulisan blog ttg haji, aku jd makin kepingin. Hiks
BalasHapusJd keinget mbak2 askar yg galak2 itu tp sama mbak aku dlu jg masuk kanan keliar kiri wong udh dapet tmp uenak kok males lah pindah. Kalo udh deket waktu2 haji gini rasanya ya mbak... haru biru.. moga2 bisa segera balik sana lagi. Amiinn...
BalasHapusHarus pintar menjaga stamina selama beribadah di sana, haji atau umrah ya, mak. Semoga aku juga bisa ke sana. Doain, Mak.
BalasHapusTerima kasih tips nya mbak, bisa di.bagikan ke saudara yang mau berangkat haji. Semoga aku juga segera mendapat panggilan ke baitullah Aamiin..
BalasHapusTerima kasih tips nya mbak, bisa di.bagikan ke saudara yang mau berangkat haji. Semoga aku juga segera mendapat panggilan ke baitullah Aamiin..
BalasHapusSemoga berkesemoatan kesana dlm kondisi sehat amiin
BalasHapusKisah yg luar biasa Mbak. Saya baca dengan rasa penasaran yg membuncah. Krn sekian juta muslim berkumpul pasti ada kesulitan yg membuat jamaah sulit sholat sebanyak mungkin - ditambah cuaca dan stamina. Tfs ya. Semoga saya bisa nyusul
BalasHapusBerarti enak tidur awal dan berangkat jam 1 malam ya Mbak. Tips yg ok. Pernah tertidur siang di area masjid?
BalasHapusmakasih ceritanya maak...
BalasHapusahh selalu mupeng pengen kesana,
insayaallah kalo ada kesempatan san rezeki pengen ke sana juga..
tetep ya harus menyiapkan fisik yang sehat dan mental yang kuat .
mudah2an saya dan keluarga bisa segera menyusul naik haji dan memakai strategi yang mbak hidayah share :)
BalasHapusSelalu merinding baca kisah orang yang sudah haji..
BalasHapussemoga kami yang belum dimudahkan untuk segera menunaikan rukun islam ke 5 ini Yaa Rabb... Aamiin..
sutadzahku juga mau Haji tahun ini, barangkat kamis deopan tgl 25. kemarin kami khataman Al-Qur'an di rumahnya. terharu...
makasih strateginya mba, mudah2an suatu waktu bisa ke sana juga, amiinnnn...
BalasHapusAlhamdulillah senang sekali membaca pengalaman yang berhaji ya mba
BalasHapusKebayang sekali saat haji penuhnya seperti apa. Saat umroh dlu pun saya masih harus berdesak-desakan
Subhanalloh,, semoga aku bisa segera dapat rezeki untuk ke tanah suci
BalasHapusSubhanallahh...
BalasHapusSmoga suatu saat nanti saya pun juga bisa singgah dan bisa mengunjungi tanah suci Makkah...
Infonya sangat bermanfaat, terimakasih sudah berbagi mba
BalasHapusMasya Allah, Mba. Impian banget bisa ke tanah suci bareng suami. Doakan aku bisa juga ya Mba. someday, insyaAllah :)
BalasHapusTulisan yang bermanfaat banget, semoga kita semua diberi kesempatan umur dan rezeki untuk ke tanah suci. Aamiin ya Allah
BalasHapus