Halo assalamu'alaikum sahabat. Semoga hari ini diberikan kesehatan dan aktivitas yang bermanfaat. Seperti menjaga silaturahim dengan kerabat atau teman-teman sekolah. Nah, masih ingat kah dengan teman-teman ini? Apakah sahabat masih ingat nama mereka? Atau, mungkin justru nama panggilan khas yang sahabat ingat? Sementara saya masih ingat dengan pesan guru ngaji waktu kecil dulu, jangan pernah panggil temanmu dengan panggilan yang buruk.
Sekarang pasti udah ingat kan, siapa aja dari teman-teman sekolah yang memiliki nama panggilan di luar nama asli?
Seperti teman-teman saya sejak SD hingga udah jadi mahasiswa, banyak banget yang punya panggilan unik, aneh, kasar, yang seharusnya tidak kita sematkan padanya.
Mengapa guru ngaji saya mengingatkan murid-muridnya dengan tidak memanggil nama teman dengan panggilan yang buruk? Apakah akan mengganggu si teman ini? Atau bila sampai orang tuanya mendengar panggilan buruk ini, mereka akan marah?
Yang pasti sih, ada disebut dalam Al Quran bahwa kita tidak boleh memanggil saudara atau teman dengan panggilan yang buruk.
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11).
Kalo dalam QS Al-Hujurat ayat 11, sudah demikian jelasnya dipaparkan tentang larangan memanggil dengan gelar yang buruk, mengapa masih banyak orang yang melakukannya?
Yuk, Mengajak Kebaikan Pada Sesama
Yuk, Mengajak Kebaikan Pada Sesama
Dulu saat saya sudah menjadi pelajar berseragam abu-abu, sering dicela bila mengingatkan tentang hal ini. Atau menurut mereka, enggak apa memanggil dengan panggilan tersebut (menurut saya itu panggilan buruk) karena yang dipanggil suka.
Kadang teman-teman kita ini juga menganggap panggilan itu untuk mengakrabkan pertemanan.
Saya punya teman sekolah yang mendapatkan nama panggilan Bledek, Gosong, Jabrik, Penthoel, Gendon, dan yang lainnya.
Kalau menurut teman-teman saya, panggilan itu bukan ejekan. Mereka menganggap nama yang dipilihkan itu memang mewakili teman ini dan agar lebih akrab.
Iya kalo lebih akrab, tapi kita kan enggak tahu gimana isi hati si teman ini. Apakah benar dia suka seperti yang selama ini dianggap teman yang memberi julukan? Atau ia sebenarnya menyembunyikan sakit hati, kesedihan atau tidak pede karena nama julukan ini?
Mana kita tahu, sahabat?
Bila ternyata teman kita merasakan sakit hati, sedih dan jadi tidak pede, bukankah itu namanya sudah terjadi pendzoliman? *Halah bahasanya*
Yang pasti sih kita telah melakukan perbuatan yang tidak disukai Tuhan, yaitu menjelek-jelekkan atau memberi gelar yang buruk.
Coba bayangkan, orang tua mereka telah memberi nama yang bagus dan memiliki makna yang baik. Trus diganti dengan nama panggilan Penthoel. Memang sih nama julukan itu sesuai, karena tubuhnya kecil dan kepalanya besar. Yah, kata teman saya sih, ukuran anggota tubuh itu tidak sesuai jadi kayak bakso pentol. Makanya dikasih nama julukan Penthoel.
Saya bilang waktu itu, kalo mereka mengolok-olok dengan nama seperti itu, sama aja mengolok Tuhan. Bukankah yang menciptakan bentuk kepala, dan anggota tubuh yang lain adalah Tuhan?
"Nggak baik loh, ngejek kondisi tubuh seseorang. Yang menciptakan itu Tuhan, dan orang tua hanya perantara."
Dan ucapan saya malah mendapat hadiah tawa yang heboh.
Ah, saya sih enggak marah. Yang penting apa yang saya ketahui dari guru ngaji sejak kecil, saya sampaikan. Bukankah itu juga amar ma'ruf pada teman-teman sendiri? Kalo mereka tidak mau mendengarkan protes saya, itu sih urusan mereka. Kewajiban saya sudah berhenti saat mereka menertawakan saran saya.
Mengajarkan Pada Anak Sendiri Tentang Penyebutan Julukan Yang Buruk
Ketika sudah menikah dan menjadi ibu, saya pun menyampaikan pesan guru ngaji ini pada anak-anak meski usia mereka saat itu masih balita. Bukankah pelajaran terbaik itu diberikan ketika usia mereka balita? Karena memori mereka masih memiliki ruang yang luas untuk menyimpan pesan-pesan kebaikan. Mudah banget menanamkan nilai-nilai baik saat anak masih dini.
Saya memang ingin Milzam dan Naufal menjadi penyambung lidah guru ngaji saya. Saya juga ingin anak-anak ngerti, kalo memanggil temannya dengan julukan yang buruk itu tidak baik.
Nah, agar mereka tahu, tentu saja saya dan suami harus memberi contoh. Kami juga tidak boleh memberi julukan yang buruk pada anak tetangga, atau pun kerabat. Entah itu hanya candaan atau pun sekedar mengakrabkan diri. Karena ya itu tadi, seperti yang saya sebutkan kalo kita enggak pernah tahu julukan itu bikin mereka senang atau malah sedih.
Memberi Julukan Buruk Sama Dengan Membully
Coba bayangkan, ketika ada sekelompok anak memanggil seorang temannya dengan panggilan Gajah. Gara-gara tubuhnya yang bongsor dan gemuk. Bagi teman-temannya, julukan itu menjadi bahan tertawaan yang tak berkesudahan. Sementara bagi si pemilik julukan, nama itu adalah musibah.
Bisa saja ia menjadi malu bergaul karena tidak pede. Bahkan siapa yang tahu, kalo akhirnya julukan itu menjadi penyebab anak tersebut enggan ke sekolah.
Nah, julukan memang akhirnya jadi bully teman sendiri. Kalo agama bilang sih dosa. Tapi anak sekarang kan nggak bisa dibilangin kalo itu dosa. Jadi saya pesan sama anak-anak, kalo candaan dengan memanggil nama yang buruk itu sama saja membully.
Membuat teman sendiri jadi susah bergaul. Sama aja kita membuat si teman ini jadi susah hidupnya. Ajarkan pada anak-anak, bahwa memanggil nama yang baik pada teman sama dengan menghargai teman sendiri.
Jadi, yuk ajak teman-teman kita untuk menghentikan perbuatan buruk ini. Bikin yuk gerakan "Jangan Panggil Temanmu Dengan Panggilan Yang Buruk". Karena kita pun juga tak ingin dipanggil dengan julukan yang buruk.
Wassalamu'alaikum, sahabat.
"Nggak baik loh, ngejek kondisi tubuh seseorang. Yang menciptakan itu Tuhan, dan orang tua hanya perantara."
Dan ucapan saya malah mendapat hadiah tawa yang heboh.
Ah, saya sih enggak marah. Yang penting apa yang saya ketahui dari guru ngaji sejak kecil, saya sampaikan. Bukankah itu juga amar ma'ruf pada teman-teman sendiri? Kalo mereka tidak mau mendengarkan protes saya, itu sih urusan mereka. Kewajiban saya sudah berhenti saat mereka menertawakan saran saya.
Mengajarkan Pada Anak Sendiri Tentang Penyebutan Julukan Yang Buruk
Ketika sudah menikah dan menjadi ibu, saya pun menyampaikan pesan guru ngaji ini pada anak-anak meski usia mereka saat itu masih balita. Bukankah pelajaran terbaik itu diberikan ketika usia mereka balita? Karena memori mereka masih memiliki ruang yang luas untuk menyimpan pesan-pesan kebaikan. Mudah banget menanamkan nilai-nilai baik saat anak masih dini.
Saya memang ingin Milzam dan Naufal menjadi penyambung lidah guru ngaji saya. Saya juga ingin anak-anak ngerti, kalo memanggil temannya dengan julukan yang buruk itu tidak baik.
Nah, agar mereka tahu, tentu saja saya dan suami harus memberi contoh. Kami juga tidak boleh memberi julukan yang buruk pada anak tetangga, atau pun kerabat. Entah itu hanya candaan atau pun sekedar mengakrabkan diri. Karena ya itu tadi, seperti yang saya sebutkan kalo kita enggak pernah tahu julukan itu bikin mereka senang atau malah sedih.
Memberi Julukan Buruk Sama Dengan Membully
Coba bayangkan, ketika ada sekelompok anak memanggil seorang temannya dengan panggilan Gajah. Gara-gara tubuhnya yang bongsor dan gemuk. Bagi teman-temannya, julukan itu menjadi bahan tertawaan yang tak berkesudahan. Sementara bagi si pemilik julukan, nama itu adalah musibah.
Bisa saja ia menjadi malu bergaul karena tidak pede. Bahkan siapa yang tahu, kalo akhirnya julukan itu menjadi penyebab anak tersebut enggan ke sekolah.
Nah, julukan memang akhirnya jadi bully teman sendiri. Kalo agama bilang sih dosa. Tapi anak sekarang kan nggak bisa dibilangin kalo itu dosa. Jadi saya pesan sama anak-anak, kalo candaan dengan memanggil nama yang buruk itu sama saja membully.
Membuat teman sendiri jadi susah bergaul. Sama aja kita membuat si teman ini jadi susah hidupnya. Ajarkan pada anak-anak, bahwa memanggil nama yang baik pada teman sama dengan menghargai teman sendiri.
Jadi, yuk ajak teman-teman kita untuk menghentikan perbuatan buruk ini. Bikin yuk gerakan "Jangan Panggil Temanmu Dengan Panggilan Yang Buruk". Karena kita pun juga tak ingin dipanggil dengan julukan yang buruk.
Wassalamu'alaikum, sahabat.
iyaaa sedih kalau ada yang suka bully dengan julukan buruk, bercandaa ang nggak lucu dan menyakitkan bagi yang dijuluki, sampai ada teman abah saya dapat julukan nama alat kelamin pria dan bertahan sampai sekarang mereka dah pensiun..haduhhh...
BalasHapusHaduuuhhh, bisa gitu ya, udah sepuh masih melekat nama julukannya
HapusTmn kuliah saya ada yang dipanggil dengan julukan germ* saya nggak tau apa alasannya, ya tapi bukan karena itu profesinya ato hobi 'jajan' naudzubillah. Semacam sekedar becandaan eh orangnya juga nggak marah. Jadi klo ada tmn lain yg protes "soanya dia dipanggil nama asli malah nggak nengok". Tapi saya ogah manggil pakai nama itu. Nggak enak e dildah
BalasHapusHaahhh, kok nggak marah dipanggil gitu, malah nama asli lupa kali ya, duhhh
HapusBener banget nih, jangan panggil teman pake nama yg buruk. Kalo di kampung pas sd sering banget nih, apalagi malah ada anak2 yg dipanggil dengan nama paraban yg parabannya ngga selalu bagus.
BalasHapusBikin hati teman sedih ya mbak, moga sekarang jangan jadi kebiasaan pada anak-anak kita
Hapusbener banget nih mb Wati...kadang ada yang suka semena-mena manggil nama temannya pake nama panggilan yang buruk..
BalasHapusIya, jadi kasihan kan teman kita yang dapat panggilan buruk gitu
Hapussaya anti memanggil teman saya dengan panggilan buruk Mbak karena saya juga gak suka dipanggil dengan panggilan seperti itu, saya tau betul rasanya dipanggil dengan panggilan buruk (dibully).. :(
BalasHapusNah, harusnya emang diterapkan pada diri sendiri ya, mba
HapusNamanya teman memang unik-unik terkadang ada juga yang marah dikasih julukan atau landian ada pula yang malah bangga, :)
BalasHapusmemang sih jangan sampailah gara-gara memberi nama panggilan yang buruk tali silaturahmi kita terputus dan juga dimurkai Allah.
Semoga saja kita dikuatkan untuk bisa hidup berdampingan tanpa saling menyakiti.
Aamiin, makasih mas Awan
HapusMenjalin pertemanan memang harus saling menghargai sesama, agar tidak ada yang tersakiti hatinya
aku pernah..waktu sma ada yg manggil aku sebutan yg ga kusukai.... korban bully ni bersuara ha2
BalasHapusYa udah dimaafkan aja temannya mbak, sehingga kita juga tidak mengingat lagi kenangan yang buruk itu
HapusSaya udah ngalamin dari SD, hehe. Jadi masing-masing punya panggilan sendiri buat saya. Kalo saya woles aja, asal jangan saya yang manggil mereka dg panggilan buruk :)
BalasHapusYup, yang penting emang kita gak ikutan balas manggil dg nama yang buruk
HapusSaya mah santai aja. Kadang panngilan kayak gitu enggak bermaksud membuly, hanya untuk menambah keakraban. Klo levelnya dah sahabat sebutan kayak gitu dah biasa. udah mafhum. Tapi klo tuk kenalan atau cuma sekedar teman kayaknya gak berani deh nyebut kayak gitu dan biasanya anak2 cowok yg suka nyebut temannya ngasal. Sekadar tuk bahan candaan.
BalasHapusKlo sya sendiri enggak sampai segitunyalah. Hanya mengamati teman2 saja
Iya loh gak usah ikutan, sama aja mengingkari ayat dlm Quran
HapusSy sll ngelarang anak saya utk manggil siapapun seenaknya..mbak..soalnya sy dulu korban bullying dan deritanya blom hilang mpe skrg...hiks
BalasHapusItu tugas kita memang mbak, agar anak-anak memiliki kepekaan pada sesama
HapusSy sll ngelarang anak saya utk manggil siapapun seenaknya..mbak..soalnya sy dulu korban bullying dan deritanya blom hilang mpe skrg...hiks
BalasHapusKalo panggilannya yg buruk gitu, males juga yah mba manggilnya. Dan ngga diperbolehkan dlm agama kita. Ah tapi anak2 kbanyakan kurang pengetahuan krna ortunya ngga kasih tau
BalasHapusNah, tugas ortu yang kudu ngasih pengertian mana yang benar, mba
HapusWaktu SMP teman sekelas saling panggil nama ayah masing-masing mbak Wati. Sebenarnya saya ngga ikutan, tapi waktu nama ayah saya dipanggil juga saya terpaksa panggil nama ayah teman juga karena ikut-ikutan :)
BalasHapusTapi sekarang saya selalu menasehati Vani supaya tidak ikut-ikutan kalau ada yang panggil teman dengan nama ayah :)
Setuju Mba..
BalasHapusAlhamdulillah di keluargaku nggak ada tradisi manggil pakai nama alias yg buruk, jadi terbawa.
nggak enak rasanya kalo mau manggil tmn pakai nama julukan yg buruk
nama itu doa ya mbak, biasakan pangggil dengan nama baik
BalasHapusTerima kasih sudah mengingatkan mbak. Semoga banyak yg sadar pentingnya ini
BalasHapusAlhamdulillah saya cukup mewanti anak2 agar memanggil teman dgn baik. anak saya laki2 semua
BalasHapuspanggilan nama itu ya doa, makasih ya mak dah ngingetin.
BalasHapusIya sih kadang suka banyak sekitar rumah dan teman2 yg memanggil anak2nya dengan panggilan yang kurang enak di dengar hiks..
Yang penting membiasakan anak dwngan panggilan yg baik2 aja deh.
Saya jadi teringat waku masih zaman sekolah dulu. Teman-teman sering memangil yang lainnya dengan nama orang tua teman mereka. Memang bukan panggilan yang buruk, sih. Tapi terdengar kurang sopan,ya kan?
BalasHapusbetul banget mba kerasa sama aku dulu gegara ngelakonin lutung kasarung pas drama sekolah teman2 jd manggil lutung rasanya aku pgn marah ga sukak sampe akhirnya aku blg ih jgn manggil itu tau barulah berhneti manggil aku lutung meski ada saja yg iseng sengaja memancing emosi.
BalasHapus