Assalamu'alaikum teman. Sebagai perempuan Jawa, sejak kecil saya udah kenal dengan budaya leluhur. Salah satunya adalah tradisi minum jamu begitu menstruasi pertama hadir. Jamu yang diminum juga khusus untuk perempuan yang usai datang bulan. Namun sebenarnya, sejak kecil saya sudah sering minum jamu yang dijual oleh penjual jamu gendong. Karena masih anak-anak, tentu saja saya lebih memilih jamu beras kencur. Yang aman untuk lidah anak-anak sih kayaknya.
Seiring dengan bertambahnya usia, lidah saya makin bersahabat dengan berbagai pilihan jamu. Saya lebih senang membeli jamu yang selesai digodok (direbus). Ketika dituangkan ke gelas pembeli, aroma jamu masih menguarkan uap panas yang bikin peminumnya berkeringat begitu diminum.
Meski sangat menyukai jamu tradisional, saya sangat pemilih. Saya enggak mau membeli jamu sembarangan. Saya sudah punya langganan tetap sejak menikah, karena yang sebelumnya sudah meninggal. Alhamdulillah ya, begitu pindah rumah usai menikah sudah langsung kenal penjual jamu baru yang jujur dalam produksinya. Kalo yang sekarang, penjual jamunya sudah tak lagi menggunakan dunak. Apa ya nyebutnya, dunak itu seperti bakul nasi tapi ukurannya lebih besar.
Sekarang sih penjual jamu sudah banyak yang pakai sepeda dan meletakkan barang jualan di bagian belakang sadel sepeda.
Nah, kembali pada penjual jamu yang jujur saat proses produksinya. Iya jujur berproduksi. Maksudnya, bahan-bahan yang digunakan, sekaligus proses pembuatan jamu semua menggunakan bahan alami. Mulai dari bahan utama jamu yang berkualitas, dipilih dari pemasok yang juga jujur berjualan. Artinya, penjual jamu semestinya punya penjual langganan yang juga jujur memberikan bahan jamu yang berkualitas.
Kemudian bahan pendukungnya, juga harus yang alami. Seperti Gula Jawa harus menggunakan yang asli, tidak campuran. Jadi juga harus punya pelanggan tetap. Karena kalo ganti kualitas gula jawa, biasanya akan berpengaruh pada rasa jamu. Air yang digunakan untuk merebus harus bersih juga.
Nah, dengan bahan alami yang berkualitas, jamu yang dijual pun enggak akan bermasalah di lambung. Pembeli malah makin sehat, enggak mudah sakit meski hujan badai menghadang. *halahhh*
Saya sempat tanya-tanya pada Mbak Sum, tentang kualitas jamunya waktu udah beberapa kali membeli jamunya.
"Enak rasa jamunya, Mbak, mirip yang dijual langganan di rumah lama," puji saya tulus.
"Waah, senangnya kalo Mbak Wati suka. Ini bahannya bagus, kalo enggak bagus saya enggak mau beli. Mahal sedikit nggak apa, yang penting pelanggan puas," tutur mbak Sum.
"Memang kalo bahannya diganti yang kualitas di bawah nya, bakal beda ya?"
"Jelas beda, Mbak. Rasa jamunya bakal lain, karena dikurangi sedikit saja bahan bakunya, pelanggan pasti protes. Yang rasanya nggak sama, kurang manis atau kurang seger, gitu," mbak Sum menuturkan protes dari pelanggan ketika beliau kesulitan mencari bahan jamu yang berkualitas.
Benar juga sih ucapan mbak Sum, kalo takaran bahan jamu diubah sedikit demi mendapat untung yang lebih banyak, pasti menuai protes. Karena memang setiap jenis jamu sudah ada takaran masing-masing.
Saya sendiri merasakan manfaat lebih setelah rutin mengonsumsi jamu produksi Mbak Sum. Tubuh jadi enggak gampang lelah, karena rutin minum jamu kunir asem. Setiap mendekati masa menstruasi pun, saya nggak lagi merasakan nyeri di bagian bawah perut. Ya, saya sangat berterima kasih pada Mbak Sum yang telah jujur memproduksi jamunya. Namun saya ingin sekali bisa membantu beliau dengan sesuatu hal kecil yang bisa bermanfaat. Namun saya sendiri bingung ketika suatu hari mbak Sum mengutarakan keinginannya sambil ngobrol di teras rumah.
Mbak Sum ingin sekali bisa menjual jamu yang lebih banyak. Namanya juga manusia hidup ingin bisa memperoleh rejeki yang lebih dan lebih. Apalagi saat itu, ketiga anaknya butuh biaya untuk sekolah.
Cumaaa, kalo mau menghasilkan rejeki yang lebih, tentunya bikin jamunya juga mesti lebih banyak. Sementara beliau tidak mampu menyisihkan uang untuk ditabung dan digunakan sebagai tambahan modal.
Bayangkan aja, dari modal membuat jamu sejumlah Rp. 120.000, mbak Sum hanya bisa meraup untung sekitar Rp. 60.000. Uang sejumlah itu hanya cukup digunakan untuk masak, memberi saku buat ketiga anaknya dan menabung Rp. 5000 untuk kebutuhan mendadak. Seperti kalo ada tetangga desa yang punya gawe mengkhitankan anak, menikah, atau takziah. Namanya juga orang desa, yang tetap menjaga hubungan silaturahmi dengan tetangga desa meski tinggal di kota.
Di Semarang mbak Sum tinggal di rumah sewa. Dulu sempat beli tanah di dekat rumah saya, namun kena tipu, kasihan ya. Kalo enggak kena tipu, mereka mestinya sudah punya rumah sendiri. Dan tiap tahun enggak perlu menyisihkan duit buat bayar sewa rumah.
Nah, andai saja ada penyokong dana untuk memperbesar usaha jualan jamu, pasti mbak Sum bisa produksi lebih banyak setiap hari. Namun kondisi familinya pun juga tak beruntung. Mereka di desa cuma jadi buruh tani yang berpenghasilan lebih sedikit dibanding mbak Sum. Jadi beliau tidak mengharapkan bantuan familinya.
Namun ada peluang bagi mbak Sum dan teman-temannya sesama penjual jamu. Karena ada lembaga keuangan yang memiliki kepedulian dengan memberikan modal bagi pemilik usaha rumahan yang banyak sekali tumbuh di negeri ini. Penjual jamu gendong, termasuk usaha rumahan yang patut mendapat sokongan dana.
Dengan memberikan tambahan modal, mereka bisa memproduksi jamu lebih banyak. Mbak Sum dan suaminya ingin sekali bisa jualan jamu di area Car Free Day di Simpang Lima Semarang. Setiap minggu pagi, tempat itu menjadi arena warga kota berolah raga, atau sekedar jalan-jalan seru bareng keluarga atau teman. Mereka pasti butuh minuman dan makanan untuk mengisi perut yang kosong. Mbak Sum ingin menjadi bagian dari pedagang yang berjualan di area CFD.
Apalagi mbak Sum sering diajak komunitas pegiat minuman herbal untuk pameran di beberapa tempat. Seperti pembukaan SEMARGRES atau Semarang Great Sale, Olah Raga Bareng Pak Wali di Mugas, diajak berjualan di Hotel Ciputra dan yang lainnya. Jamu jualan mbak Sum terbukti banyak peminatnya.
Hanya butuh tambahan modal, mereka bisa memiliki motor yang ada bak terbuka di bagian belakang. Tentunya dengan tambahan ruang tersebut bisa digunakan untuk meletakkan jamu produksinya.
Nah, ternyata BTPN memiliki Program Daya yaitu program pemberdayaan berkelanjutan dan terukur, yang berfokus pada kesehatan, kesejahteraan serta pelatihan praktis ketrampilan wirausaha. Program ini diadakan secara berkala dan rutin di seluruh wilayah operasional BTPN.
Siapa saja yang bisa menerima manfaat Program Daya?
Tentu saja pelaku usaha mikro, usaha kecil dan menengah (UMKM), serta nasabah yang telah memasuki masa purnabakti. Jadi bila kita mulai sekarang ikut mendaftar jadi nasabah BTPN, kelak saat memasuki usia purnabakti, bisa mendaftar Program Daya.
Apa saja dong yang bisa diperoleh dari Program Daya ini?
- Bisa mendapatkan berbagai inspirasi dan kemudahan untuk mengembangkan usaha
- Memperoleh bantuan keuangan berupa pinjaman tambahan modal
- Mendapatkan kesempatan menghadiri pelatihan praktis ketrampilan wirausaha
Nah, gimana kalo kita ingin tabungan yang selama ini dititipkan pada lembaga keuangan, bisa lebih berarti? Tidak hanya disimpan saja dan mendapatkan suku bunga. Tanpa bisa turut berpartisipasi dengan membantu sesama?
Mudah aja sih sebenarnya. Tinggal datang ke kantor cabang BTPN dan mendaftar sebagai nasabah Tabungan Taseto Mapan. Selain dana yang disimpan akan tumbuh secara optimal, kita juga bisa membantu memberdayakan jutaan usaha kecil yang selama ini tak mampu mendapatkan kredit dengan layak.
Yuk, ikuti dulu aja simulasi Menabung untuk Memberdayakan. Pengen tahu kan, berapa kira-kira dana yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu.
1. Langkah pertama adalah mengunjungi website BTPN :
http://menabunguntukmemberdayakan.com
Ikuti aja simulasi yang sudah disiapkan di website, seperti berikut:
2. Kita bisa memilih yang terhubung dengan Facebook, klik aja connect.
3. Tinggal tentukan pilihan berapa dana yang akan disimpan tiap bulan. Nanti akan muncul pilihan, berapa jumlah tabungan, berapa tahun waktu yang dipilih.
4. Kalo saya memilih menabung tiap bulan sebesar Rp. 2.500.000 selama lima tahun, saya bakal mendapatkan dana sejumlah Rp. 170.885.649.
Nah, dengan dana yang kita tabung di BTPN, kita turut membantu memberdayakan jutaan mass market di Indonesia. Seperti yang sudah mendapatkan manfaat yaitu Bapak Basundara. Pengrajin mainan kayu di Bantul, Yogyakarta.
Tentu saja, semakin banyak masyarakat yang mampu dan menitipkan dananya di BTPN, akan semakin banyak pula jutaan usaha kecil yang mendapatkan manfaat. Semoga pula Mbak Sum bisa mendapatkan manfaat dari Menabung untuk Memberdayakan dalam Program Daya periode berikutnya.
Saya ingin melihat senyum cerah Mbak Sum ketika menuangkan jamu pada pembeli di lapaknya di area Car Free Day di Simpang Lima Semarang. Yuk ikuti simulasinya dulu, kalo teman-teman ingin melihat berapa jumlah dana yang bisa terkumpul.
Wassalamu'alaikum, teman.
Sekarang sih penjual jamu sudah banyak yang pakai sepeda dan meletakkan barang jualan di bagian belakang sadel sepeda.
Mbak Sum usai jualan jamu dengan berkeliling naik sepeda onthel |
Kemudian bahan pendukungnya, juga harus yang alami. Seperti Gula Jawa harus menggunakan yang asli, tidak campuran. Jadi juga harus punya pelanggan tetap. Karena kalo ganti kualitas gula jawa, biasanya akan berpengaruh pada rasa jamu. Air yang digunakan untuk merebus harus bersih juga.
Nah, dengan bahan alami yang berkualitas, jamu yang dijual pun enggak akan bermasalah di lambung. Pembeli malah makin sehat, enggak mudah sakit meski hujan badai menghadang. *halahhh*
Saya sempat tanya-tanya pada Mbak Sum, tentang kualitas jamunya waktu udah beberapa kali membeli jamunya.
"Enak rasa jamunya, Mbak, mirip yang dijual langganan di rumah lama," puji saya tulus.
"Waah, senangnya kalo Mbak Wati suka. Ini bahannya bagus, kalo enggak bagus saya enggak mau beli. Mahal sedikit nggak apa, yang penting pelanggan puas," tutur mbak Sum.
"Memang kalo bahannya diganti yang kualitas di bawah nya, bakal beda ya?"
"Jelas beda, Mbak. Rasa jamunya bakal lain, karena dikurangi sedikit saja bahan bakunya, pelanggan pasti protes. Yang rasanya nggak sama, kurang manis atau kurang seger, gitu," mbak Sum menuturkan protes dari pelanggan ketika beliau kesulitan mencari bahan jamu yang berkualitas.
Benar juga sih ucapan mbak Sum, kalo takaran bahan jamu diubah sedikit demi mendapat untung yang lebih banyak, pasti menuai protes. Karena memang setiap jenis jamu sudah ada takaran masing-masing.
Saya sendiri merasakan manfaat lebih setelah rutin mengonsumsi jamu produksi Mbak Sum. Tubuh jadi enggak gampang lelah, karena rutin minum jamu kunir asem. Setiap mendekati masa menstruasi pun, saya nggak lagi merasakan nyeri di bagian bawah perut. Ya, saya sangat berterima kasih pada Mbak Sum yang telah jujur memproduksi jamunya. Namun saya ingin sekali bisa membantu beliau dengan sesuatu hal kecil yang bisa bermanfaat. Namun saya sendiri bingung ketika suatu hari mbak Sum mengutarakan keinginannya sambil ngobrol di teras rumah.
Mbak Sum ingin sekali bisa menjual jamu yang lebih banyak. Namanya juga manusia hidup ingin bisa memperoleh rejeki yang lebih dan lebih. Apalagi saat itu, ketiga anaknya butuh biaya untuk sekolah.
Cumaaa, kalo mau menghasilkan rejeki yang lebih, tentunya bikin jamunya juga mesti lebih banyak. Sementara beliau tidak mampu menyisihkan uang untuk ditabung dan digunakan sebagai tambahan modal.
Bayangkan aja, dari modal membuat jamu sejumlah Rp. 120.000, mbak Sum hanya bisa meraup untung sekitar Rp. 60.000. Uang sejumlah itu hanya cukup digunakan untuk masak, memberi saku buat ketiga anaknya dan menabung Rp. 5000 untuk kebutuhan mendadak. Seperti kalo ada tetangga desa yang punya gawe mengkhitankan anak, menikah, atau takziah. Namanya juga orang desa, yang tetap menjaga hubungan silaturahmi dengan tetangga desa meski tinggal di kota.
Di Semarang mbak Sum tinggal di rumah sewa. Dulu sempat beli tanah di dekat rumah saya, namun kena tipu, kasihan ya. Kalo enggak kena tipu, mereka mestinya sudah punya rumah sendiri. Dan tiap tahun enggak perlu menyisihkan duit buat bayar sewa rumah.
Nah, andai saja ada penyokong dana untuk memperbesar usaha jualan jamu, pasti mbak Sum bisa produksi lebih banyak setiap hari. Namun kondisi familinya pun juga tak beruntung. Mereka di desa cuma jadi buruh tani yang berpenghasilan lebih sedikit dibanding mbak Sum. Jadi beliau tidak mengharapkan bantuan familinya.
Namun ada peluang bagi mbak Sum dan teman-temannya sesama penjual jamu. Karena ada lembaga keuangan yang memiliki kepedulian dengan memberikan modal bagi pemilik usaha rumahan yang banyak sekali tumbuh di negeri ini. Penjual jamu gendong, termasuk usaha rumahan yang patut mendapat sokongan dana.
Dengan memberikan tambahan modal, mereka bisa memproduksi jamu lebih banyak. Mbak Sum dan suaminya ingin sekali bisa jualan jamu di area Car Free Day di Simpang Lima Semarang. Setiap minggu pagi, tempat itu menjadi arena warga kota berolah raga, atau sekedar jalan-jalan seru bareng keluarga atau teman. Mereka pasti butuh minuman dan makanan untuk mengisi perut yang kosong. Mbak Sum ingin menjadi bagian dari pedagang yang berjualan di area CFD.
Walikota Semarang mencicipi jamu beras kencur |
Hanya butuh tambahan modal, mereka bisa memiliki motor yang ada bak terbuka di bagian belakang. Tentunya dengan tambahan ruang tersebut bisa digunakan untuk meletakkan jamu produksinya.
Nah, ternyata BTPN memiliki Program Daya yaitu program pemberdayaan berkelanjutan dan terukur, yang berfokus pada kesehatan, kesejahteraan serta pelatihan praktis ketrampilan wirausaha. Program ini diadakan secara berkala dan rutin di seluruh wilayah operasional BTPN.
Siapa saja yang bisa menerima manfaat Program Daya?
Tentu saja pelaku usaha mikro, usaha kecil dan menengah (UMKM), serta nasabah yang telah memasuki masa purnabakti. Jadi bila kita mulai sekarang ikut mendaftar jadi nasabah BTPN, kelak saat memasuki usia purnabakti, bisa mendaftar Program Daya.
Apa saja dong yang bisa diperoleh dari Program Daya ini?
- Bisa mendapatkan berbagai inspirasi dan kemudahan untuk mengembangkan usaha
- Memperoleh bantuan keuangan berupa pinjaman tambahan modal
- Mendapatkan kesempatan menghadiri pelatihan praktis ketrampilan wirausaha
Nah, gimana kalo kita ingin tabungan yang selama ini dititipkan pada lembaga keuangan, bisa lebih berarti? Tidak hanya disimpan saja dan mendapatkan suku bunga. Tanpa bisa turut berpartisipasi dengan membantu sesama?
Mudah aja sih sebenarnya. Tinggal datang ke kantor cabang BTPN dan mendaftar sebagai nasabah Tabungan Taseto Mapan. Selain dana yang disimpan akan tumbuh secara optimal, kita juga bisa membantu memberdayakan jutaan usaha kecil yang selama ini tak mampu mendapatkan kredit dengan layak.
Yuk, ikuti dulu aja simulasi Menabung untuk Memberdayakan. Pengen tahu kan, berapa kira-kira dana yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu.
1. Langkah pertama adalah mengunjungi website BTPN :
http://menabunguntukmemberdayakan.com
Ikuti aja simulasi yang sudah disiapkan di website, seperti berikut:
2. Kita bisa memilih yang terhubung dengan Facebook, klik aja connect.
3. Tinggal tentukan pilihan berapa dana yang akan disimpan tiap bulan. Nanti akan muncul pilihan, berapa jumlah tabungan, berapa tahun waktu yang dipilih.
4. Kalo saya memilih menabung tiap bulan sebesar Rp. 2.500.000 selama lima tahun, saya bakal mendapatkan dana sejumlah Rp. 170.885.649.
Nah, dengan dana yang kita tabung di BTPN, kita turut membantu memberdayakan jutaan mass market di Indonesia. Seperti yang sudah mendapatkan manfaat yaitu Bapak Basundara. Pengrajin mainan kayu di Bantul, Yogyakarta.
Tentu saja, semakin banyak masyarakat yang mampu dan menitipkan dananya di BTPN, akan semakin banyak pula jutaan usaha kecil yang mendapatkan manfaat. Semoga pula Mbak Sum bisa mendapatkan manfaat dari Menabung untuk Memberdayakan dalam Program Daya periode berikutnya.
Saya ingin melihat senyum cerah Mbak Sum ketika menuangkan jamu pada pembeli di lapaknya di area Car Free Day di Simpang Lima Semarang. Yuk ikuti simulasinya dulu, kalo teman-teman ingin melihat berapa jumlah dana yang bisa terkumpul.
Wassalamu'alaikum, teman.
Yeaay mb Sum dan suaminya masuk blognya mb Wati..hehe. Aku juga lumayan sering beli jamunya mb Sum. Kadang beli di suaminya, kadang di mb Sum...seketemunya..hehe
BalasHapusSekarang aku jarang minum jamu mba Sum, jauh sih, hehehe
HapusEnak ya jamunya, bahannya berkualitas, jadi bermanfaat buat tubuh, hehe
smoga cita2 mbak sum membli gerobak utk jualan jamu tercapai amin
BalasHapussukses bwt btpn dan suksea jg bwt dirimu ya mbak amin
Aamin, saya juga berharap impian mba Sum terwujud.
HapusMakasih supportnya mba :)
Lumayan juga ya keuntungan penjual jamu. Semoga cita2 mbak Sum tercapai. Sukses buat lombanya
BalasHapusBikinnya juga ribet sih mbak, dan enggak semua orang bisa bikin jamu yang enak.
HapusMakasih supportnya, mba Ika :)
Good luck buat lombanya,mbak Wati, agar mbak Sum bisa memberdayakan potensi dagang kecilnya :)
BalasHapusMakasih mba Indjul, semoga terwujud impian mba Sum
HapusJadi pengen njamu niih.. :)
BalasHapusAyo njamu, mba.. tapi beli jamu yang asli ,jangan campuran pemanis buatan ya :)
HapusMbak Sum adalah pahlawan pelestari tradisi dan budaya Indonesia tanpa mbok2 jamu gini kita pasti kesulitam cari jamu. Moga2 jamunya mbak sum makin maju ya. Good luck ngontesnya :)
BalasHapusAamiin, makasih support nya, mba :)
HapusSukses buat mbak Sum dan mbak Wati:)
BalasHapusAamiin, aamiin ya robbal alamin, makasih doanya mba Dian
Hapussemoga mbak sum panjang umur dan sehat terus
BalasHapusAamiin, makasih doanya :)
HapusSemoga harapan ibu terealisasi segera ya, mba. Aamiin.
BalasHapusAamiin, itu harapan mba Sum, makasih doanya Ila :)
Hapussemoga sukses ya Mb,
BalasHapusMakasih supportnya, Milda
HapusDi sini juga udah jarang yg pake gendongan Bunda. Banyak yg pake sepeda, ada juga yg pake motor. Kalo langgananku pake sepeda biasa, tiap hari mesti mampir.
BalasHapusBanyak berarti yang udah beralih ke sepeda, jadi bisa menjangkau daerah terjauh ya
Hapuswaktu kantor saya belum pindah,setiap hari saya melihat Ibu-ibu berjualan jamu pakegendongan lewat depan kantor,tapi setelah pindah kantor sudah tidak ada lagipenjual jamu yang lewat..
BalasHapussemoga impian Mbak Sum terwujud,amin..
Sekarang jarang minum jamu mbak Wati, kadang ada penjual yang lewat perumahan pakai sepeda motor tapi jarang berhenti :)
BalasHapusSemoga dengan adanya program BTPN ini pelaku usaha seperti mbak Sum bisa terbantu ya mbak :)
Wah sangat menginspirasi sekali..
BalasHapusSaya juga masih sering minum jamu loh mbak,
Apalagi yang beras kencur favorit banget :)
Ehm..kualitas tetap dinomor satukan yabuat Mbak Sum (y)
BalasHapusIya ya Mbak .. kalo dikurangi takarannya pasti terasa sama pelanggannya.
BalasHapusAku sukanya jamur kunir asem sama sinom. Anak-anakku malah nggak suka jamu.
BalasHapusTapi jamu yang dijual oleh mbok2 jamu gendongan itu rasanya enak lho, lain sekali dg jamu instan *menurutku sih.
Wah yang namanya mba Sum ini terkenal seantereo Semarang ya,,,hikss pantesan saya kurang tahu sudah bkn wong Semarang maneh :( sukses untuk kontesnya ya mba
BalasHapusUdah lama banget nih gak ngrasain jamu. Soale ibu hamil gak boleh minum jamu. :(
BalasHapuspedagang-pedangan jujur yang seperti inilah yang harus dibantu untuk dikembangkan usahanya. semoga lewat bank btpn nanti akan semakin banyak para penjual jamu berkembang.
BalasHapusnais share bund
waah udah lama banget ga minum jamu apalagi yang gendongan... sekarang ini palingan beli yang online itu jamu sinom, kunyit asem, atau beras kencur...
BalasHapusrasa emang ga bisa dibohongi ya, mbak...
BalasHapussmoga Mbak Sum juga bisa mndapatkan tmbahan dananya tertsebut utk mnunjang produksi maupun kesejateraannya hhhee
Semoga cita2 mba SUm tercapai. aamiin..
BalasHapusakrg mah jamu lagi ngetrend dipakai buat minuman pas resepsi nikahan gitu ya Mba, :)
semoga nyantol Mba Wati.. aku malah ga jd ikut, baru nulis sedikit trus riweuh.. *tutupmuka*
jadi tenar nih ,semoga jamu gendongnya bisa mendunia. apa kabar mbak? aku baru bisa bw maaf ya
BalasHapus