Yogya itu selalu memanggil kembali para pelancong untuk menyambangi setiap sudut kota. Menelisik kuliner, tempat wisata dan berkenalan dengan suasana kota yang ramah. Meski Yogya tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan, namun tetap saja kepadatannya menjadi daya tarik tersendiri. Seperti saya dan keluarga yang dalam waktu sebulan udah tiga kali bolak-balik ke Yogya.
Kunjungan pertama sih karena pekerjaan suami, biasalah saya kan tukang nginthil, hihiiii.
Sementara kunjungan kedua dan ketiga dalam rangka wisata bersama keluarga besar suami. Berombongongan deh naik mobil, berasa touring keluarga. Asik dan bikin kangen, pengen lagi pengen lagi.
Kali ini saya mau cerita kunjungan yang kedua, itu pun kayaknya dibikin serial.*kayak sinetron*
Kamis tanggal 24 Desember, rombongan kami yang terdiri dari tiga keluarga berangkat menuju Yogya. Kami terbagi dalam dua mobil. Suami yang memimpin rombongan, karena udah dipercaya sebagai leader. Mau nyari jalan tikus mana pun, suami jagonya.
NGIKUT SESERUAN DI YOGYA BAY?
NGIKUT SESERUAN DI YOGYA BAY?
Kali ini karena tujuan piknik adalah wahana air yang baru, yaitu YOGYA BAY, rombongan melintasi jalanan kota kabupaten Boyolali dan Klaten. Melewati Jatinom yang akhirnya menghubungkan kota Yogya di bagian Utara.
Mungkin karena masih gres, pengelola tidak atau belum punya ide promo dengan memasang baliho, spanduk atau petunjuk arah menuju lokasi YOGYA BAY. Meski rute yang dipilih udah betul, tetap aja suami ragu karena nggak ada tanda-tanda arah ke wahana baru tersebut.
Senangnya usai wilayah BOGEM, mulai beriringan mobil dengan plat luar kota Yogya yang kayaknya satu jurusan dengan kami.
Yogya Bay berada di kabupaten Sleman. Dari Klaten bisa diakses melalui jalan dekat supermarket Lotte. Kami harus memutar balik karena ring road utara tidak menyediakan potongan jalur. Dari sini, kami tinggal mencari stadion Maguwoharjo yang megah. Kabarnya sih YOGYA BAY lokasinya di depan stadion.
Begitu memasuki jalan stadion, mulai terlihat umbul-umbul yang mempromosikan wahana permainan air YOGYA BAY. Sayangnya tempat parkir wahana ini agak jauh, dan merupakan lapangan parkir yang terbuka. Menurut kami kurang nyaman karena kalo hujan, pasti deh kehujanan. Jadi penumpang di drop di depan YOGYA BAY, kemudian baru parkir di lahan yang cukup jauh. Suami dan adik ipar jadinya jalan kaki ke lokasi.
Kami sudah excited pengen menikmati semua wahana yang ada di YOGYA BAY.
Si sulung Milzam pun jadi korban yang mesti antri. Alamaaak...antriannya di semua loket full pengunjung yang penasaran pengen bermain air.
Mbakyu ipar langsung memegang kepalanya, katanya pening lihat lautan manusia di depan loket. Ya iyalah berjubel kayak cendol. Harga tiket masih dapat diskon sih. Untuk menikmati permainan air di YOGYA BAY, setiap pengunjung dewasa cuma bayar IDR 90K. Sementara anak-anak di atas 1 tahun bayar IDR 40K.
Saya langsung membayangkan bagian dalam pasti melebihi pengunjung di luar lokasi. Cuaca kota Yogya yang panas, bikin suasana antrian ikutan memuncak kayak gunung api yang sedang erupsi.
Tak kecewa meski gagal masuk ke dalam arena permainan |
Numpang welfie-an di depan YOGYA BAY |
Akhirnya kami pindah lokasi, nyari tempat yang lebih adem. Di mana lagi kalo bukan di wilayah Kaliurang. Mobil kami pun beriringan menuju lokasi yang terkenal dengan wisata kuliner burger Jawa.
Begitu jalan mulai menanjak, udara mulai terasa sejuk. Jendela mobil sengaja kami buka, agar bisa menikmati udaranya.
WISATA ALAM DAN KULINER DI KALIURANG
Enggak nyampai satu jam, kami udah tiba di tempat parkir wisata hutan lindung Kaliurang. Tempat yang menjadi dampak erupsi Merapi tahun 2010 itu sudah pulih dan bangkit kembali geliat wisata alam dan kulinernya.
Lokasi yang kami tuju tentu saja Wajik Mbah Carik. Kayaknya sih semua papan nama warung makan memakai nama 'Mbah Carik'. Nama yang sudah melegenda. Siapapun pelancong yang pernah kemari, pasti yang dicari wajik buatan Mbah Carik. Biasanya kan orang tinggal di desa itu punya hubungan darah, jadi bisa aja penjualnya anak keturunan Mbah Carik ya.
Sejak pasca erupsi, saya belum pernah berkunjung lagi ke kawasan Kaliurang. Jadi cukup kaget juga karena mencari simbok tukang jualan jadah yang menggunakan dunak (keranjang dari anyaman bilah bambu), tidak saya temukan.
Di warung yang nyaris agak pojok ini, kami memesan teh panas 9 dan Wedang Uwuh 2 gelas. Eh, ada juga yang pesan es teh. Aduh duh, hawa dingin gini, hiii.
Mending pesan Wedang Uwuh, yang isinya terdiri dari kayu secang, jahe, tangkai cengkeh, Sere, dan daun salam. Pemanisnya menggunakan gula batu. Hmmm...usai minum Wedang Uwuh, tubuh jadi makin hangat. Cocok banget diminum saat dinginnya udara di Kaliurang.
Wedang Uwuh dengan warna merah dari kayu secang |
Karena belum waktunya makan siang, kami memilih pesan jadah dan bacem tahu tempe sebanyak 2 porsi. Apalagi bekal yang kami bawa dari rumah banyak yang belum sempat dinikmati. Jadi, yuk buka bekal, hahaha.
Siapa yang nggak tertarik melihat penampakan jadah & tempe tahu bacem |
Oh iya, karena suka, saya membeli kemasan besar yang berisi 10 bungkus Wedang Uwuh. Harganya murah, cuma IDR 21K. Ada juga kemasan dalam tas kertas yang cantik, selisih 5ribu lebih murah tapi isinya cuma 5 bungkus.
Kemasan yang cantik ini lebih murah tapi isinya cuma 5 bungkus |
BELANJA SALAK
Saya bersama mbakyu ipar memilih berjalan-jalan melihat penjual oleh-oleh. Mbak Ida pengen membeli Salak Gading. Salak jenis ini memang hanya bisa ditemukan di kawasan wisata Kaliurang. Harganya juga lebih mahal dari Salak umumnya. Sekilo bisa mencapai 20 ribu rupiah. Tapi kemarin kami cuma membayar 15 ribu rupiah aja.
Selain Salak Gading, tentu aja ada salah jenis lain yang sudah terkenal. Seperti salak pondoh super, dan salak pondoh Nglumut. Harganya bervariasi, tentu saja yang harganya tertinggi masih tetap salak gading.
Salak Pondoh dan Salak Gading |
Usai belanja salak, kami segera melanjutkan perjalanan mencari masjid terdekat untuk shalat Dzuhur.
Saat melihat iring-iringan Jeep, kami tertarik pengen juga ikut adventure hingga ke lereng Merapi, dekat rumah Mbah Maridjan.
Akhirnya diputuskan menuju lokasi wisata berikutnya, yaitu Museum Merapi. Ngapain aja di museum ini? Nanti ya, saya tuliskan dalam artikel terpisah.
Yang jelas sih di sini pengunjung bisa memilih mau menikmati adventure dengan jeep atau langsung masuk ke museum.
Sayangnya saat tiba di museum, mendung yang bergayut sejak siang berubah menjadi gerimis deras. Kami memilih berlindung di dalam museum. Ntar deh, kapan-kapan aja jelajah Merapi naik jeep.
See you next destination, temans :D
Yogya kota wisata dan tempat wisata banyak ada terus yang baru, favorit adikku kota yogya
BalasHapusEh sama dong, Vit... kami sekeluarga sering banget dolan ke Yogya, dekat sih ya dari SEmarang.
HapusFenny malah belum ke Jogja Bay padahal deket, hihi
BalasHapusKami gagal masuk sih, malas aja lihat antriannya kayak lagi acara bagi2 sembako gratis, hihiii
Hapuswisata lereng merapi yang disukai anak-anak waktu ke Jogja
BalasHapusAnak-anak juga suka, tapi kemarin gagal naik jeep-nya, ujan sih, mbak
HapusAku baru tau tentang jadah itu dari tv, pernah ditayangkan waktu itu. Pasti enak yah rasanya, jadah plus tahu tempe bacem plus cabe rawit, aaahh sedaap.
BalasHapusKemasan wedang uwuhnya cantik banget, cocok buat oleh-oleh :)
Enak dan cocok dinikmati di Kaliurang, yuk kapan2 kesini mbak :D
HapusAku belum keturutan makan jadah bacem tempe mbah Carik...., baru bisa bayangin makannya aja..hehe
BalasHapusHarusnya kemarin kita mampir beli jadah mbak carik ya mbak Ika, aku jadi pengen lagi, hahaha..
HapusAku belum pernah ke sana sejak SMP dulu. Pingiiinnn
BalasHapusWalaaah, tahun berapakah itu, Nis? Piknik sama keluarga ke Kaliurang yuk, moga terwujud yaaa
HapusSaya dulu kalau piknik ke Yogya ujung-ujungnya pasti ke Malioboro :)
BalasHapusMeskipun sekarang sudah lama tidak pernah ke Yogya lagi tapi dengan membaca postingan mbak Wati ini saya serasa berada disana :)
Iya emang sih, Malioboro itu andalan wisatawan tiap kali ke Yogya. Kalo kami sekeluarga seringnya ke pantai, atau candi, eksotis aja sih :)
HapusJadah putih, uda lm bgt nda mam ini hihi
BalasHapusAda yang jual di tempatmu, Nita?
HapusWah... baru tahu saya kalau ada Yogya Bay itu... Makasih infonya mbak
BalasHapusJogja Bay deket sama rumahku tuh mbak.. Lima langkah dari rumah. Hahaha.. lebay. Tapi belum pernah kesana sama sekali. Kemarin rame parkirannya sampe jalan masuk perumahan. Ngeriii...
BalasHapusPasti kulineran nggak ketinggalan ya mbak...
BalasHapusdah setahun lebih ndak ke jogja
BalasHapusJogja selalu memanggil para pelancong utk dtg kembali ya.. terakhir ke jogja thn 2008.. hiks kangen.. pgn coba wedang uwuh nyaaa
BalasHapus