Permata hati ibu |
Menjadi ibu adalah pengalaman yang luar biasa. Bersyukur lah selalu karena banyak perempuan yang hingga detik ini masih belum memiliki pengalaman serupa. Bersyukur lah karena pengalaman itu tak akan mungkin diulang, namun terus berlalu seiring waktu setiap hari dan setiap tahun.
Seandainya mungkin, saya ingin sekali kembali pada masa anak-anak masih balita. Ketika tiap pagi saya mesti jungkir balik menyiapkan sarapan Milzam dan Naufal. Membantu mereka menyiapkan semua kebutuhan hari itu. Karena saya akan meninggalkan mereka bersama ART dan simbah kakung serta mbah uti-nya.
Kali ini saya ingin mengenang saat anak-anak masih balita. Saya akan mengaku, saya tak pernah menyesal memilih jalan sebagai ibu pekerja. Karena meninggalkan kedua balita dengan ART dan bantuan orang tua saya, tak menjadikan mereka sebagai anak pengasuh atau anak simbah. Karena, meski yang menemani kegiatan dalam sehari itu bukan saya ibunya, tapi seluruh kegiatan atas inisiatif saya. Bahkan saya lah yang merencanakan dan memasak menu hari itu, membantu mengerjakan tugas sekolah keduanya, serta menemani mereka bermain saat saya berada di rumah.
Saya tahu berkumpul lebih banyak waktu di rumah bersama anak-anak adalah yang utama. Tapi pastinya, ada banyak alasan yang tidak sama bagi banyak perempuan yang bekerja di luar rumah. Kali ini saya juga tak ingin memancing perdebatan mana yang lebih istimewa, Working Mom atau Stay At Home. Karena dua-duanya istimewa, tak ada yang lebih baik antara satu dari yang lain. Masing-masing memiliki kadar istimewa yang berbeda, sepanjang keduanya mengutamakan kesejahteraan anak di atas segalanya.
Jadi, saya selalu senang ketika anak-anak dengan hebohnya menyambut kepulangan dari tempat kerja setiap sore. Milzam dengan mata berbinar, selalu berteriak senang melihat kedatangan ibunya di depan pintu pagar. Naufal bahkan sering memberikan hadiah kecil sederhana yang tak terduga. Seperti buket bunga yang terbuat dari kertas bergambar bunga rumput. Lelah di tubuh atau pusing kepala langsung sirna manakala tercium aroma tubuh keduanya. It's amazing, kemana larinya semua keluh lelah di tempat kerja? Saat lengan yang sempat dikeluhkan pegal di depan kompie, namun mampu menggendong Naufal kecil yang bobotnya cukup gemuk. Itu lah keajaiban kecil yang selalu membuat saya tak pernah menyesal telah memilih menjadi working mom. Karena hidup adalah pilihan.
Sabtu dan Minggu adalah hari yang selalu saya nantikan. Sepertinya begitu pula Milzam dan Naufal. Karena mereka hobi banget mengingat hari, bahkan tahu aja hari sabtu saya akan lebih awal berada di rumah. Dan minggu adalah ketika kami berempat bisa jalan-jalan keluar rumah, sekedar meluruskan kaki, mengukur jalan di Simpang Lima. Atau melakukan kegiatan bersama dengan sepupunya di rumah keluarga orang tua saya atau mertua.
Ketika tahun berjalan dengan langkah cepat, tahu-tahu mereka beranjak besar. Seragam merah putih telah berganti biru putih, hingga abu-abu. Sebagai ibu, ingin sekali saya bisa menghentikan pertumbuhan mereka. Saya masih ingin menikmati rengekan yang sayangnya jarang sekali terdengar. Begitu mudahnya mereka dibuat senang dan puas dengan apa yang saya lakukan ketika mata mulai basah. Tangis pun surut berganti tawa kecil. Meski ada setitik bening air di pipinya.
Atau ketika tangan ini mereka tepiskan saat berjalan berdua. Ah, nak, engaku mulai remaja rupanya. Tak ingin lagi digandeng oleh tangan ibu, meski engkau tetap selalu mencari ibu bila pulang sekolah. Meminta pendapat, bercerita semua kejadian di sekolah, atau mengajak ibu sekedar jalan-jalan mencari alat sekolah.
Sebagai ibu yang paham tentang arti kebebasan, saya tahu, sebentar lagi mereka akan meninggalkan zona nyaman dalam rumah keluarga. Mencari jatidiri, mencari kehidupan yang mandiri. Sementara saya masih tetap ingin kalian ada di sisi ibu. Tetap bercerita apa saja yang akan selalu meringankan hati ini, meski terselip gundah. Bagaimana mereka di luar sana, di lingkungan yang tak mungkin sepenuhnya saya kenali. Apakah mereka bakal berteman dengan semua orang, tanpa memilih sifat, latar belakang atau pun tujuan pertemannya?
Tentu saja tak mungkin saya mengikat kaki mereka dengan banyak peraturan. Karena saya tak ingin mereka mengingat ibunya sebagai orang yang berpikiran sempit. Cukup lah dengan cinta, ikatan itu akan menjaga mereka. Karena, sebagai ibu, saya tak pernah ingin mereka beranjak dewasa.
Namun usia tak mungkin dikekang. Langkah kaki mereka akan terus menjejak panjang. Dan saya hanya mampu meniupkan sederetan doa, agar mereka tetap survive menjadi manusia yang berakhlaq baik. Namun hingga berapa pun deretan usia yang mereka sandang, saya akan tetap selalu menjadi ibu. Ibu yang akan tetap setia menanti kepulangan mereka di rumah keluarga.
Sama mba.. aku juga pas nyisirin si bontot habis mandi jd suka flash back nyisirin dia waktu baru belajar jalan, 7 taun yang lalu. Skrng dia udh klas 3.. how fast ya hahaa
BalasHapusSama mba.. aku juga pas nyisirin si bontot habis mandi jd suka flash back nyisirin dia waktu baru belajar jalan, 7 taun yang lalu. Skrng dia udh klas 3.. how fast ya hahaa
BalasHapusgk kerasa ya mak, cepet bgd
BalasHapusSebentar lagi anak-anak dewasa, menikah, punya anak...duh cepetnya.....*aku jadi syediiih hiks..
BalasHapusmengharukan sekali mbak...
BalasHapussuatu saat saya juga akan mengalami, apalagi anak saya hanya satu perempuan lagi... :)
Time flies but not memories :)
BalasHapusAIh, membaca ini koq mata saya berkaca2 ya Mbak ....
BalasHapusTerharu ...
ah makk...maknyes sekali..
BalasHapusitulah yg saya rasakan saat ini, menikmati sebanyak2nya quality time dg 3 boyz, anak2 saya, yg masih kecil. bisa ditempel terus, memeluk n bebas menciumi mereka sbl beranjak abg.
kalau punya anak cowo pasti seperti itu .. ketika sudah besar gamau lagi digandeng bilangnya malu gengsi :D..
BalasHapushiikksss.. ini adalah cerita yang di alami semua ibu di dunia.. memang kadang penyesalan itu datang di belakang makk, kepana dulu kita kerja dan gak ngurus anak sendiri sehingga anak anak diasuh oleh orang lain.. tapi ambil hikmahnya aja makk, do'a kan anak anak menjadi anak yang Sholeh dan berbakti kepada orang tua nya. Amin
BalasHapusduh anakku juga dua cowo semua mbak, gak berasa pastinya ya sebentar lagi yang kecil mau SD . Bentar lagi jadi bujang kaya anaknya mbak Hidayah :)
BalasHapusSepertinya sebentar lagi saya akan merasakan masa2 seperti ini. Karena anak beranjak dewasa.
BalasHapus:"( ityu yang udah gede ya mbak...aku aja yang masih baru 2 tahun aja udah mellow :")
BalasHapusDuh jd pengen berpelukan, dalem bgt nih mba, terharu
BalasHapus