Eh ada apa dengan judul tulisan saya kali ini sih? Mengapa mesti dimunculin Kue Samir versus Kue Kamir? Ini lah yang terjadi gegara saya penasaran dengan jawaban seorang penjaja kue Samir di kawasan jalan Suyudono Semarang. Saya jadi penasaran dengan penulisan si mas penjaja di gerobaknya.
So, saya ubek-ubek deh kakang mas gugel, mencari sekilas info tentang kue samir. Tapiii, ubek sana ubek sini, saya enggak menemukan artikel tentang kue samir.
Saya ingat kembali percakapan dengan si mas penjaja kue samir sore itu.
"Minta dibungkusin kue kamir 10 ya, mas," pinta saya.
"Ini samir mbak, bukan kamir,"
Si mas yang bernama Nur itu malah mengoreksi pesanan saya.
"Kok Samir tho, bukannya ini kue kamir, khas Tegal itu?"
"Kalo Tegal menyebutnya Kamir, tapi orang Pemalang menyebut kue ini Samir," Mas Nur menjelaskan perbedaan penyebutan si kue.
Oh, tapi kok penampakannya sama, pikir saya jadi penasaran. Oke deh ntar di rumah saya bakal mengobervasi rasa dan tekstur kue samir ini. Apa yang membedakan kue Samir khas Pemalang dengan kue Kamir dari Tegal.
Saya sering banget menikmati kue Kamir yang dari Tegal. Pertama kali menikmatinya pas dolan ke rumah adik di Tegal. Di sana kue Kamir berukuran gede, nggak kayak yang saya beli di Semarang. Iya di Tlogosari ada tiga tempat yang berjualan kue Kamir, khas Tegal. Tapi dari ketiga penjaja itu enggak ada yang menjual kue Kamir seperti yang saya temui di Tegal.
Kalo di Tegal, kue Kamir nggak cuma berukuran besar tapi juga ada isiannya. Ada coklat, selai strawberry, nanas dan pisang. Sementara di Tlogosari, kue Kamir ya polos aja serta lebih kecil ukurannya.
Si mas penjual menjelaskan kalo sebenarnya kue Samir dan Kamir itu sama. Hanya pengucapannya yang membedakan dan telah terbiasa selama berpuluh tahun.
Kue "kamir" atau apalah yang sering disebut orang, bisa saja shamir atau khamir. Kue ini merupakan warisan pendatan bangsa Arab yang singgah di nusantara beratus tahun yang lalu. Pada abad ke-17 para pedagang dari tanah Arab, yaitu Yaman ini mengunjungi pesisir pulau Jawa untuk berdagang. Sebagian pedagang ini menetap dan tinggal di daerah setempat. Seperti di Tegal yang berbatasan dengan Pemalang.
Meski sudah tinggal di negeri baru, para pendatang ini tetap menjalani tradisi dan budaya negera asalnya. Mereka tetap membuat masakan khas negeranya, seperti membuat kue Kamir, yang di sana lebih dikenal dengan nama Bakhmri. Di negeri Yaman, Bakhmri ini dibuat dalam bentuk segitiga dan menggunakan lebih banyak rempah hingga berasa gurih. Seperti juga di negeri Afrika Timur dan India, mereka menyajikannya disesuaikan dengan lidah lokal. Sementara yang dibuat di tanah air, pedagang Yaman membuatnya sesuai lidah orang Jawa yang suka makanan manis.
Di Pemalang sendiri saat ini banyak penduduk keturunan Arab yang membuat kue ini. Banyak pula yang melabeli kue ini dan mengemasnya dalam beraneka bungkus. Juga memberi merk dagang yang menarik, agar menjadi trade mark yang selalu dipilih pelanggannya. Setiap kali datang ke Pemalang, saya selalu mampir membeli kue ini. Di pinggir jalan raya, banyak toko yang menyediakan kue Kamir. Jadi, kita bisa memilih belanja kue Kamir di toko mana saja untuk oleh-oleh keluarga atau teman.
Setelah sering membeli kue Kamir or Samir ini, saya jadi penasaran pengen bikin sendiri di rumah. Saya udah gugel aneka resep bikin kue ini. Semoga lain waktu bisa sharing resep kue Kamir atau Samir ini.