|
gambar diambil dari sini |
Halo temans pecinta cerita horor...
Cerita horor minggu ini merupakan pengalaman si sulung. Sejak usia 6 tahun, si sulung udah berani tidur sendiri. Seperti nama yang kami sematkan untuknya, Milzam yang artinya berani. Si sulung meminta sendiri tidur di kamarnya saat menjelang pindah sekolah, dari TK ke tingkat berikutnya, kelas satu. Kamarnya terletak di bagian paling depan, bersebelahan dengan ruang tamu. Ada jendela yang menghadap teras depan.
Saat Milzam cerita tentang pengalamannya mendengar kereta lewat pas tengah malam, saya tak begitu peduli. Namanya juga anak-anak -saat itu usianya 10 tahun- suka berimajinasi dan melebih-lebihkan yang dialaminya, pikir saya kala itu.
Namun ternyata, selang dua bulan suami yang cerita kalo seorang tamu dari tetangga kami juga mengatakan hal yang sama. Duuuh, ini ada hantu model apa lagi nih di komplek kami? *merinding chachacha
Dari penuturan beberapa orang yang pernah melihat penampakan kereta kencana, ada yang mengalaminya sendiri, ada juga karena dia punya mata batin yang mampu melihat ghaib di komplek kami.
Saya pun mengorek si sulung lagi, kali ini saya tanya serius tentang pengalamannya.
"Beneran nih, mas Milzam lihat kereta lewat?" Tanya saya sambil menahan dagdigdug di dada.
Eh tapi tanggapan Milzam malah menggeleng mantap. Loh, kemarin katanya...
"Aku tuh enggak melihat, tapi mendengar ada suara tapak kaki kuda, Bu."
Keningku mengerut bingung. Milzam pun bercerita lebih lanjut, kalo malam itu dia terbangun karena ada suara tapak kaki kuda. FYI, di tempat kami, tiap pagi ada bapak yang mengambil sampah menggunakan gerobak dengan tenaga kuda. Milzam mengira ia terbangun sudah pagi. Namun jarum jam baru menunjukkan waktu pukul 01.00 dinihari.
Penasaran lah Milzam. Ia menajamkan pendengarannya.
Suara tapak kaki kuda itu terdengar jelas karena suasana malam yang hening. Milzam berpikir, rajin benar sih si bapak tukang sampah. Tengah malam udah ngambil sampah di komplek. Tapi sekejap itu, ia ingat kalo pintu portal di ujung jalan belum terbuka. Nah, trus dari mana tuh bapak pengambil sampah lewat? Pikirnya bingung.
Di atas tempat tidurnya, si sulung merasa bulu kuduknya merinding. Ia merasakan sesuatu yang aneh dan tak biasa malam itu. Saat suara tapak kuda makin jelas terdengar, ia merasa tubuhnya terdiam kaku, tak bisa bergerak.
Karena jendela kamar terbuat dari kayu yang berbentuk kisi-kisi miring, suara sekecil apapun dari arah luar rumah bakal terdengar jelas di dalam kamar. Milzam masih mendengar tapak kaki kuda itu. Saat itu ia yakin, kereta berkuda tengah berada di depan rumah kami. Kemudian, tiba-tiba ada bunyi klintingan. Ting...ting...tingggg. Namun tetap suara tapak kuda yang mendominasi suasana tengah malam.
"Kayak suara klintingan orang jual sate, Bu," ucap si sulung menjelaskan.
Di komplek kami, penjual sate saat itu menggunakan klintingan untuk menarik pembeli. Tapi Milzam yakin sekali tak ada penjual sate lewat malam itu. Karena tak ada aroma daging terbakar, seperti umumnya kalo penjual sate lewat depan rumah kami.
"Sekarang Ibu percaya kan, kalo malam itu ada kereta lewat depan rumah kita?"
Saya hanya terdiam sambil mengangguk.
Dari cerita suami, kereta yang kadang melintas di depan rumah kami memang benar terjadi. Ada beberapa orang yang meyakininya. Cerita seorang teman tetangga yang menginap bernama Nova, kebetulan aja kalo komplek rumah saya adalah jalur perlintasan menuju sebuah kerajaan. Jadi wajar aja kalo kereta kuda sesekali melintas dan memperdengarkan bunyi klintingan.
Sewajar-wajarnya kereta melintas, namun kalo tengah malam ada bunyi seperti itu, jadi parno juga lah. Apalagi saat saya tertidur di kamar depan, kebetulan Milzam ingin tidur di kamar kami di belakang. Jadi lah malam itu saya terusir sukses tidur di kamar Milzam.
Tiba-tiba saja saya terbangun. Jarum jam menunjuk angka dua. Wah, masih lama paginya, tidur lagi aja ah, pikir saya sambil berguling menatap dinding. Kantuk masih menggayut mata ini. Dan saat itu lah, saya mendengar suara tapak kaki kuda. Seeerrrrr... rasanya jantung ini nyaris meloncat keluar dari dalam dada. Suwerrr, saya merasa seluruh tubuh ini kaku. Udara dingin terasa banget dari ujung kaki hingga wajah. Aduuuh, napa saya juga mengalaminya, huehuehueee...
Pengennya sih turun dari kasur dan membuka pintu kamar, trus lari ke kamar belakang. Tapi, tubuhku susah banget bergerak. Hanya serentetan doa yang bisa saya lafalkan.
Suara tapak kaki kuda itu makin terdengar jelas. Hanya satu yang saya takutkan kala itu, kereta itu bakal berhenti di depan rumah, dannn... ah, apa donk yang harus saya perbuat???
Seiring dengan degup jantung yang makin kencang, suara tapak kaki kuda itu makin jelas terdengar. Dan ada bunyi klintingan, persiiiisss cerita Milzam.
Sebenarnya saya penasaran, ingin menengok keluar jendela, tapi rasa takut mengalahkan segalanya. Iya kalo ada wujud kereta beneran di depan rumah. Kalo ternyata tak ada apapun yang tampak di luar rumah, pasti bikin saya bakal lari keluar kamar sambil terkencing-kencing.
Ah, tidakkk. Saya enggak ingin melihat penampakan yang aneh-aneh malam ini. Kan kata suami, saya enggak pernah bisa 'melihat' hal aneh di komplek kami?!
Ah, untungnya malam itu saya hanya mendengar suara tapak kaki kuda barang sebentar. Tapi rasanya, suara tapak kaki kuda itu seperti tak berkesudahan. Suara toplak toplak-nya yang konstan, mengiringi irama degup jantung yang makin kencang.
Entah bacaan ayat kursi keberapa saat suara tapak kaki kuda itu menghilang dari pendengaran saya. Dan selama itu, tanpa saya sadari tubuh ini telah berkeringat. Saya cukup kaget, karena selama ini hanya olah raga cukup berat yang mampu mengeluarkan keringat dari tubuh.
Karena tak ingin lagi mendengar suara tapak kaki kuda dari kereta ghaib, saya ngacir ke kamar belakang. Suami dan anak-anak sudah terlelap ke alam mimpi. Enggan rasanya membangunkan mereka hanya karena mendengar suara misterius itu.
Namun suami yang terbiasa terbangun tengah malam, merasakan keresahan hati istrinya ini. Matanya terbuka dan menatap padaku.
"Kenapa? Enggak bisa tidur?"
Saya pun menggeleng dan merebahkan tubuh di sisinya. Enggan bercerita tentang pengalaman barusan. Besok saja lah saya ceritakan kejadian yang bikin hati ini kebat-kebit.
Dan cerita tentang kereta kencana sampai di sini ya, temans. Saya juga enggak tahu apa yang sebenarnya saya dengar malam itu. Wallahualam...