Gambar dari Sini |
Hai Moms, gimana perasaan sebagai ibu ketika anak
kita disakiti? Padahal anak kita nggak ikut tawuran. Enggak sengaja aja lewat
di jalan yang sedang penuh anak-anak antar sekolah tengah tawuran. Dan anak
kita terluka tanpa sengaja tapi menjadi sasaran kebrutalan anak-anak itu. Entah
mereka sebenarnya sedang memperebutkan apa. Kekuasaan, menjadi yang paling
keren atau sekadar ikut-ikutan teman a.k.a solidaritas?!
Hmm, solidaritas kan enggak mesti ikut melakukan
hal buruk yang bisa mencederai orang lain ya, Moms?
Saat Milzam masih berseragam merah putih, saya
terkejut dengan keinginannya sekolah di SMK. Anak SD udah punya tekad akan
menentukan pilihan sekolah? Seumuran dia dulu, saya seperti air yang mengalir.
Lulus SD, ikut-ikutan tetangga dan sepupu sekolah di SMP negeri terdekat. Lulus
SMP juga gitu, nggak punya keputusan sendiri, hahahaa.
Sebagai ibu, saya takut dengan keinginan si
sulung. Apalagi dia udah teguh pendiriannya, nggak mau ganti sekolah di SMA aja
yang menurut perasaan seorang ibu bakal aman sentosa sejahtera, hadeuuh.
Boleh deh dibaca pesan sponsor dari emak pada anak
sulungku ini di tulisan Cerita Anak SMA.
Memilih sekolah memang susah-susah gampang. Meski
banyak juga orang tua yang menentukan sendiri tanpa komunikasi dengan anaknya.
Atau keputusan pemilihan sekolah diserahkan pada sang anak. Masa depan adalah milik anak-anak, mereka yang bakal menjalaninya.
Jadi sudah seharusnya pilihan sekolah menjadi pilihan anak-anak dengan
bimbingan orang tua tanpa paksaan.
Saya salut dengan Stefie Siera Ngangi yang menuruti
anjuran orang tuanya sekolah di luar negeri usai lulus SD. Tak seorang pun yang
dikenalnya saat tinggal pertama di luar negeri. Namun karena keteguhan hati dan
tekad ingin berhasil, Siera Ngangi berjuang agar bisa mengikuti pendidikan di
luar negeri. Belajar beradaptasi dengan cepat, bersosialisasi tanpa membedakan
golongan serta bertanggung jawab dengan kepercayaan orang tua.
Tekad Siera ingin berhasil mampu meluruhkan perasaan
homesick pada keluarga, terutama juga
masakan khas Indonesia. Tak cuma kangen saja, Siera pun harus menjaga diri
mengingat pergaulan bebas yang marak di luar negeri. Ia harus berhati-hati
dalam bergaul karena bujukan dari orang tak dikenal nyaris menghampirinya saat
masih sekolah di SMP.
Kerja keras dan tekad Siera saat mulai membuka
usaha baru juga patut diacungi jempol. Gadis muda yang senang menari ini
membuka usaha sesuai hobi dan ketrampilan yang dimiliknya. Anjuran orang tua
agar senang berbagi, membuka peluang usaha bagi gadis muda. Ia pun mendirikan
sanggar Stefie’s House of Creativity. Ada beragam pilihan bagi orang tua yang
putra putrinya ingin mengembangkan hobi atau bakat di sanggar ini. Ada Ballet, Modern Dance, Modeling, Tari
daerah dan masih banyak lagi.
Siera melihat peluang untuk melebarkan usahanya,
hingga dua tahun kemudian ia mengembangkan sebuah Preschool yang bernama
Kiwikids Preschool & Kindergarten. Karena ingin serius menekuni bidang
pendidikan dan mengajarkan sistem belajar montessory, pada tahun 2010 ia berani
mendirikan dan mengelola Kiwi School Primary hingga High School dengan
kurikulum international.
Pasti bangga yang jadi orang tuanya STEFIE SIERA
BalasHapusPAsti yaaa
HapusEtapi, tiap anak pasti memiliki satu hal yang bisa dibanggakan ayah bundanya kok, mas :)
Hebat ya, SMP sudah di luar negeri jadi mandiri dan berprestasi.
BalasHapusKalo aku mungkin belom berani melepas anak sebelum lulus SMA ke negeri orang, apalagi anak cewek :)
Yup... sama, mbak. Gak tega yaaa
HapusKalo aku sih mikirin biaya jugak, hahaha
Wah, bisa jadi contoh positif buat anak muda nih. Terutama buat anak saya yang beranjak remaja
BalasHapusTeladan positif ini, ya Mak..
BalasHapusBtw, jadinya ananda Mizan nya gimana Mak? Apakah sekolah ke luar negeri juga? Maaf nanya Mak, soalnya agak nyangkut, tiba-tiba selesai.
Tfs ya Mak.. Salam kenal ^^
makasih gan infonya dan semoga bermanfaat
BalasHapusmantap bos artikelnya dan sangat menarik
BalasHapusterimakasih mas buat infonya dan salam sukses
BalasHapus