Gambar diambil dari sini |
Bulan maret identik dengan bulannya pajak. Iya kaaan?!
Gimana nih yang punya NPWP, udah bikin laporannya kah? Kemarin ada yang nanya, gimana sih ngitung kewajiban pajak kalo kita adalah pengusaha umkm. Usaha masih home industri niih, belum punya karyawan ratusan orang. Saya coba hitung-hitungan sederhana sesuai dengan instruksi AR (Account Representative) yang pernah menjadi bahan rujukan.
Sebagai negara yang mentargetkan pendapatan terbesar dari pajak warganya, Indonesia menerapkan self assestment. Apa sih self assestment ini? Yuk, saya ajak belajar bareng tentang sistem self assestment.
Sistem pembayaran self assestment ini adalah penghitungan pajak yang besarannya dihitung, ditetapkan oleh Wajib Pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sebenarnya kita harus melihat dulu kondisi wajib pajak. Masih lajang, sudah menikah, menikah dengan berapa anak, atau justru sudah duda dengan tanggungan istri dan anak. Mengapa harus memperhatikan status? Karena besaran PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yang berlaku tidak sama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. PMK-162/PMK.011/2012, sejak tanggal 1 Januari 2013 berlaku ketentuan besaran PTKP seperti tertera dalam tabel berikut :
STATUS
|
PTKP
|
STATUS
|
PTKP
|
STATUS
|
PTKP
|
TK/0
|
24.300.000
|
K/0
|
26.325.000
|
K/I/0
|
50.625.000
|
TK/1
|
26.325.000
|
K/1
|
28.350.000
|
K/I/1
|
52.650.000
|
TK/2
|
28.350.000
|
K/2
|
30.375.000
|
K/I/2
|
54.675.000
|
TK/3
|
30.375.000
|
K/3
|
32.400.000
|
K/I/3
|
56.700.000
|
Keterangan:
TK : Tidak Kawin
K : Kawin
K/I : Kawin, Istri mempunyai penghasilan yang digabung dengan penghasilan suami
Mari kita mulai berhitung yak *nggak perlu pusing pala berbie
Misal saya berikan contoh seorang teman, sebut saja namany Gading. Nah, karena punya istri dengan dua putri, ia harus mengambil PTKP K/I/2. Itu artinya PTKP Gading sebesar Rp. 54.675.000.
Bila selama tahun 2014, Gading memperoleh penghasilan neto dari usaha home industri sepatu sebesar Rp. 124.500.000. Sedangkan istrinya, Noni juga memiliki penghasilan neto dari membuat cake pesanan sebesar 81.200.000. Kita bisa menghitungnya sebagai berikut:
Penghasilan Neto suami Rp. 124.500.000
Penghasilan Neto isteri " 81.200.000
Penghasilan neto gabungan " 205.700.000
PTKP K/I/2 " 54.675.000
Penghasilan Kena Pajak " 151.025.000
PPh terutang gabungan (suami dan isteri) :
5% x Rp. 50.000.000 Rp. 2.500.000
15% x Rp. 101.025.000 Rp. 15.153.750
JUMLAH Rp. 17.653.750
Bila ingin mengetahui perhitungan PPh terutang masing-masing, sebagai berikut :
a. PPh terutang untuk suami :
Rp.124.500.000 x Rp. 17.653.750 = Rp. 10.684.938.61
Rp.205.700.000
b. PPh terutang untuk isteri :
Rp. 81.200.000 x Rp. 17.653.750 = Rp. 6.968.811.37
Rp.205.700.000
Tuh kan, udah ketemu hitungan mudah untuk pasangan suami isteri yang memiliki usaha di rumah.
Semoga udah cukup paham, meski hanya sedikit yang bisa saya jabarkan. Bila ingin tahu lebih lanjut, gimana menghitung pajak perorangan, bisa kok meminta bantuan pegawai pajak. Temans bisa mendatangi kanwil pajak setempat, tanya dengan bapak satpam yang siap membantu di pintu masuk ruangan pajak yang nyaman dan sejuk. Biasanya sih kita bakal diperkenalkan dengan AR yang sudah diberi wewenang untuk menjadi pencerah para wajib pajak.
Sekian dulu tips dari saya yaaa...
Sumber bacaan:
- Petunjuk pengisian SPT tahunan
- Wawancara dengan narasumber
terima kasihh tipsnya ya mbak, waktunya lapor pajak ya bulan ini
BalasHapusAyo deh mbak Lidya, jangan sampe terlambat :)
HapusKalo tiap bulan udah bayar, gmn laporan SPT-nya Bunda?
BalasHapuskepalaku mendadak keliyengan liat angka-angkanya mba watiii :D
BalasHapushitung pajak tidak ribet ya mbak, yg ribet bayarnya...... hehe
BalasHapus