Masih ingat dengan engkel
kakiku yang sempat terkilir bulan Mei lalu? Nah, menjelang berangkat ke tanah suci,
sesekali aku masih merasakan nyeri saat beraktifitas. Solusinya aku harus
memasang dekker di kaki bila akan mulai beraktifitas.
Namun, itu tak berpengaruh
saat aktivitas shalat. Terutama saat posisi duduk tahiyat awal. Aku harus
menahan nyeri hingga tubuh ini gemetar. Tahu kan, posisi duduk tahiyat awal
adalah kaki kiri diduduki.
Rencananya waktu satu minggu
menjelang keberangkatan, akan aku pergunakan untuk berbenah. Dan satu hari
khusus akan kupergunakan untuk memijatkan kaki di bu Siti, di Gedawang
Banyumanik.
Sesampainya di
Jedah pas dinihari, saya bersama suami masih nunggu teman satu kloter yang
sedang dalam proses pemeriksaan imigrasi di bandara King Abdu Azis. Cukup lama
juga, saya sampai bisa shalat tahajud di mushola bandara yang berupa ruang
cukup lebar berukuran 6x10m2 dengan penyekat. Tanpa dinding permanen.
Usai shalat
tahajud, saya masih sempat tiduran.
|
Lantunan adzan Milzam bikin air mata berlinang |
Tiga hari
menjelang berangkat ke tanah suci, suami mengajak kami berkumpul di ruang
keluarga. Dua putra kami, Milzam dan Naufal telah beranjak remaja. SEpertinya
mereka tahu ada hal serius yang ingin disampaikan sang ayah.
“Babe mau bicara
penting dengan kalian,”
Milzam terdiam
mendengarkan. Beda dengan si adik yang senyum-senyum dan sesekali asyik
memainkan kertas lipat di tangannya.
Hai...hai semuaaa.... kangen juga nggak menyapa di blog, sampe udah numpuk nih tulisannya. Gaya amat nih.... Tapi bener deh, menjelang berangkat haji saya kagak sempat nulis dan posting di blog. Naaah....tiba waktunya sekarang ini saya mau cerita tentang perjalanan haji yang baru saja berlalu.
Subscribe
For New Post Notifications