Liburan yang paling berkesan selama ini adalah saat libur lebaran tahun lalu. Perjalanan itu sudah direncanakan sejak sebulan sebelumnya. Rencananya kami berempat akan menyambung tali silaturahmi dengan keluarga Nuswanto, yang pernah menjadi tetangga saat menempati rumah di daerah Pedurungan. Mereka telah lama pindah dan menetap di kota Blitar.
Tidur tetap nyaman :)) |
Untuk perjalanan ini kami menggunakan mobil minivan, yang cuma menyediakan dua tempat duduk di bagian depan. Untuk pengemudi dan satu penumpang. Di bagian belakang mobil berupa bagasi kosong tanpa kursi penumpang. Mobil ini memang diperuntukkan untuk angkutan barang. Kalo hari-hari biasa digunakan untuk mengangkut cat, tangga, keramik serta material bangunan lainnya. Nah, saat liburan mobil ini diubah fungsinya menjadi sarana transportasi untuk kami sekeluarga. Ini hasil pengaturan tangan trampil suami. Minimalis tapi fungsional, hehehe....
Lebaran hari kelima kami berangkat dan memilih jalur dari kota tercinta Semarang menuju Solo - Wonogiri - Ponorogo - Trenggalek - Tulungagung - Blitar. Sepanjang jalan melintas di pinggang bukit kapur yang seakan tak berakhir di kota Wonogiri itu, seperti menyaksikan lukisan di atas kanvas. Sangat mempesona. Jajaran pepohonan rapat memayungi jalur yang kadang menanjak dan menikung. Kudu hati-hati ya pak sopir sayaaang :P
Yang menarik saat kami melewati kota Tulungangung. Di sepanjang jalan banyak ditemui penjaja layang-layang. Bukan layang-layang biasa. Satu tali ada sepuluh layang-layang. Gambarnya lucu-lucu. Salah satu yang sempet kena jepret kamera
adalah si Angry Bird warna-warni, hihiii
Dari Semarang menuju kota Blitar, kami menempuh perjalanan sepanjang 360 km. Jauh banget ya? Suami juga nyetir sendiri, nggak ada yang gantiin. Lah aku bisanya cuma nyetir dia, hehehe...
Tapi kami enjoy selama menempuh jarak yang lumayan jauh ini. Sesekali kami isi dengan nyanyi bareng, ngikuti suara penyanyi asli dari mp3.Bosen nyanyi, ganti becanda. Semua itu kami lakukan agar tak boring di perjalanan. Kalo suami lelah, kami pun istirahat. Biasanya sih istirahat sekalian shalat atau makan. Jadi lah perjalanan ini seperti menjelajah masjid di tiap kota yang kami lewati.
Tepat menjelang maghrib, kami memasuki tugu selamat datang kota Blitar. Ini perjalanan pertama kami ke kota Blitar. Kami hanya punya catatan alamat rumah keluarga Pak Nuswanto. Dari alamat tersebut, kami mengandalkan jasa kang google. Beberapa kali nyasar karena udah malam dan nggak bisa lihat papan nama jalan. Akhirnya kami
nyari penginapan dulu, trus sholat dan nelpon pak Nuswanto. Hehehe...susyeh juga nyari alamat di kota yang masih asing. Penginapan pertama yang kami datangi udah full. Kami sengaja nggak booking karena lebih senang memilih penginapan dengan melihat langsung kondisi fisik di tempat. Akhirnya kami memilih
hotel Patra II. Yang Patra I juga udah full booked.
Kami memilih tipe villa yang terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur dan kamar mandi. Ada tempat jemur di sebelah ruang makan. Di depan ruang jemur, ada tempat cuci piring. Komplit dah! Sayangnya waktu itu kok lupa nggak jepret-jepret ruangan di dalam hotel. Abisnya kami terlalu capai karena perjalanan jauh. Jadi nyampe di kamar langsung rebahan di sofa sambil nonton teve, hahaha...
Oya, tarif tipe villa sebesar Rp. 475.000,-/malam. Ini tarif resmi saat libur lebaran. Kalau bukan long weekend atau lebaran biasanya sih cuma Rp. 425.000,-. Fasilitasnya ruangan AC, Air panas dan TV Kabel. Layanan kamar menurut kami sih memuaskan. Cuma untuk restoran, mereka tidak melayani pesanan makan or minum bila di atas jam 21.00. Ada persewaan sepeda untuk sekedar mengitari seputar hotel.
nyari penginapan dulu, trus sholat dan nelpon pak Nuswanto. Hehehe...susyeh juga nyari alamat di kota yang masih asing. Penginapan pertama yang kami datangi udah full. Kami sengaja nggak booking karena lebih senang memilih penginapan dengan melihat langsung kondisi fisik di tempat. Akhirnya kami memilih
hotel Patra II. Yang Patra I juga udah full booked.
Lobby hotel yang bernuansa homely :) |
Kami memilih tipe villa yang terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur dan kamar mandi. Ada tempat jemur di sebelah ruang makan. Di depan ruang jemur, ada tempat cuci piring. Komplit dah! Sayangnya waktu itu kok lupa nggak jepret-jepret ruangan di dalam hotel. Abisnya kami terlalu capai karena perjalanan jauh. Jadi nyampe di kamar langsung rebahan di sofa sambil nonton teve, hahaha...
Oya, tarif tipe villa sebesar Rp. 475.000,-/malam. Ini tarif resmi saat libur lebaran. Kalau bukan long weekend atau lebaran biasanya sih cuma Rp. 425.000,-. Fasilitasnya ruangan AC, Air panas dan TV Kabel. Layanan kamar menurut kami sih memuaskan. Cuma untuk restoran, mereka tidak melayani pesanan makan or minum bila di atas jam 21.00. Ada persewaan sepeda untuk sekedar mengitari seputar hotel.
Setelah istirahat sejenak, kami langsung meluncur ke rumah keluarga Pak Nuswanto. Si guide alias pak Nuswanto udah datang menjemput kami. Waaahhh...air mata ini langsung menitik saat bertemu. Lengan kami saling mendekap...eh, hanya khusus sesama akhwat lho ;)
Rumah kami dulu berhadapan. Profesi sambilan Pak Nus berjualan tanaman. Pak Nus pula yang membujukku agar aku mau menjual beberapa tanaman aglonema atau anthurium yang ada di kebunku. Selama ini aku memang sering berbagi tanaman dengan tetangga atau kerabat. Kocekku pun bertambah karena akhirnya banyak tanaman yang diminati oleh konsumen pak Nus.
Kedekatan hubungan ini pula yang membuat suamiku memilih berkunjung ke kota Blitar pada libur lebaran tahun lalu. Sejak berpisah kota, kami hanya saling berkirim kabar atau bicara lewat telpon. Ada kabar tetangga di rumah sini meninggal, sakit ataupun kabar lain, kami selalu mengabarinya. Yah, hubungan kami telah terjalin nyaris sepanjang 11 tahun. Bertukar resep masakan atau saling mengirimi makanan. Kadang pula praktek masak berdua.
Saking asyiknya ngobrol, tak terasa waktu cepet banget berlalu. Jam sepuluh malam kami pun berpamitan. Dengan janji esok pagi akan datang kembali. Reuni keluarga ini serasa tak ingin terputus.
Tidur semalam rasanya masih kurang. Pagi begitu cepat datang. Kami bersiap mandi dan lanjut sarapan. Pihak hotel menyiapkan pecel dengan lauk pilihan, bacem tempe dan tahu, rempeyek kacang, serta telur asin. Sambel pecel khas Blitar yang pedas lumayan menggoyang lidah kami.
Kami ngecek seputar ruangan, siapa tahu ada yang ketinggalan kan? Keluar dari hotel kami langsung menuju rumah keluarga pak Nus. Kembali kami meneruskan obrolan yang tertunda karena kantuk dan lelah yang menyergap malam sebelumnya. Namun kami juga ingin menjelajah kota Blitar dan sekitarnya dalam perjalanan ini. Jadi, saat jarum jam yang pendek menunjuk angka sepuluh, kami berpamitan. Kembali aku dan bu Nus berpelukan...serasa menjadi teletubies hehehe...Sebelum pulang, foto dulu untuk dipamerin ke
tetangga di pedurungan :D :D :D
Oiya, sebelum check out, kami sempat diberi brosur wisata dari pihat hotel. Jadi kami tak kesulitan memilih destinasi mana aja yang akan kami kunjungi. Ada banyak pilihan. Berziarah ke makam Bung Karno atau ke situs candi. Pilihan kedua putra kami sama, yaitu Candi penataran. Sedang suami inginnya ke pantai. Tahu kan, kalau pantai di pesisir Jawa Timur bagian selatan ini amat mempesona. Tapi dua hari sebelumnya kami sudah wisata ke pantai di daerah Jepara. Anak-anak bilang masa sih main air terus, jadi suami mengalah hihihiii... Akhirnya kami mengambil suara terbanyak, yaitu mengunjungi candi Penataran. Alasannya sih karena udah lihat foto-foto yang menawan di rumah kang gugel.
Dari kota Blitar, suami langsung mengambil arah keluar kota menuju Kediri. Lebih dekat untuk mencapai kawasan wisata Candi Penataran. Sebenarnya sih pak Nus menyarankan agar kami juga mengunjungi kawasan Gunung Kelud sepulangnya dari Candi Penataran. Sayang suami enggan, jadi saat mendengar berita gunung ini menyemburkan lavanya, kami menyesal tak sempat melihat danau anak gunung Kelud.
Sesampainya di kawasan situs Candi Penataran, mata kami langsung terkagum-kagum dengan kemegahan dan keindahan bangunan candi. Wow banget deeehhhh :) Sebagai warga Jawa Tengah, kami sudah sering mengunjungi candi Prambanan dan Borobudur. Jadi seharusnya kami sudah terbiasa dengan bentuk bangunan candi.
Namun Candi Penataran ini sangat berbeda bentuk bangunannya dengan candi-candi yang ada di Jawa Tengah. Kebanyakan, candi-candi di Jawa Timur berbentuk Linier. Bangunan utama candi terletak di bagian paling belakang dari susunan candi. Kalau di Jawa Tengah, candi utama selalu berada di tengah, dikelilingi candi yang lebih kecil.
Begitu memasuki pelataran candi, kami disambut arca ini :)
Sejak kecil Milzam sangat tertarik dengan epos pewayangan. Itulah mengapa tiap liburan, dia selalu mengusulkan kunjungan ke situs-situs peninggalan nenek moyang. Meski sekolah di SMK Negeri 7 Semarang, dengan program studi Teknik Komputer Jaringan, Milzam sudah berniat ingin bisa alih jurusan. Pilihan fakultas di SNMPTN nggak cuma diisi Teknik Informatika. Ia juga menempatkan Fakultas Arkeolog di pilihan kedua.
Rupanya ia sering menyambangi situs-situs candi lewat dunmay. Jadi ketika berkunjung ke situs candi, pemahamannya lebih banyak dibanding kebanyakan pengunjung lain. Saat kami berjalan dari satu sudut bangunan candi ke bangunan berikutnya, serasa ada pemandu yang menjelaskan beberapa relief yang ada di bangunan candi.
Banyak pelancong yang mengunjungi candi Penataran ini. Ternyata masih banyak wisatawan lokal yang suka berjalan dan melihat-lihat situs peninggalan nenek moyang kita.
Kedua gambar ini diambil dari atas bangunan candi utama yang terletak di bagian belakang. Keren ya pemandangan seputar candi.
Bagi yang ingin menikmati situs ini, siap-siap aja memakai sandal datar. Tempatnya cukup luas. Belum lagi jarak masing-masing anak tangga lumayan tinggi. Mungkin nenek moyang kita dulu tingginya dua meter lebih dengan kaki jenjang. Hingga membuat anak tangga yang kemiringannya tidak memenuhi struktur tangga ideal. Buat yang nggak suka olah raga, bisa kambuh tuh encoknya, hihihi...
Sampai di sini dulu cerita jalan-jalan keluargaku. Lain kali mungkin ada lagi cerita jalan-jalan yang lebih seru dan menarik. Salaaam :)
Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Unforgettable Journey Momtraveler’s Tale”
Kedua gambar ini diambil dari atas bangunan candi utama yang terletak di bagian belakang. Keren ya pemandangan seputar candi.
Bagi yang ingin menikmati situs ini, siap-siap aja memakai sandal datar. Tempatnya cukup luas. Belum lagi jarak masing-masing anak tangga lumayan tinggi. Mungkin nenek moyang kita dulu tingginya dua meter lebih dengan kaki jenjang. Hingga membuat anak tangga yang kemiringannya tidak memenuhi struktur tangga ideal. Buat yang nggak suka olah raga, bisa kambuh tuh encoknya, hihihi...
Sampai di sini dulu cerita jalan-jalan keluargaku. Lain kali mungkin ada lagi cerita jalan-jalan yang lebih seru dan menarik. Salaaam :)
Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Unforgettable Journey Momtraveler’s Tale”
Silaturahmi sekalian jalan2...asyik bgt yah..aku aja yg di jatim blm nyampe Blitar lo mbak hihihi...
BalasHapusMakasih ya,sudah terdaftar sebagai peserta ;)
Betul mbak, asyiknya karena dua tujuan tercapai :)
HapusDi Jatim itu banyak tempat wisata yang masih ingin kami kunjungi kapan2. Makasih mbak tetep terdaftar :)
naik mini van enak ya mbak jadi lebih luas
BalasHapusHo'oh mbak, kalo cape tinggal milih tidur. Bener2 bikin suegeeer :)
HapusWaah seru ya ... naik mobil sendiri 300-an km ... :)
BalasHapusMoga sukses ya mbak
Iya mbak...suami nggak ngeluh karena anak2 siap jadi tukang pijet hahaha
HapusMakasih mbak doanya :)
Penen nakk minivan mb watik lagi tp yg ada lasurnya giti, Al pasti suka, hihi
BalasHapusSudah denger dan baca tentang sejarah candi ini tetapi belum ada kesempatan untuk berkunjung kesana...semoga lain waktu kesampaian...amin...
BalasHapus