Cerita kedua....
Dua tahun
setelah mendaftar haji, aku diberitahu tempat bimbingan manasik oleh sepupuku.
Yang menyenangkan adalah tempat ini tak menarik iuran alias gratis. Tanpa
mendaftar, tak ada ketentuan seperti harus datang rutin, tak perlu memikirkan
insentif untuk ustadznya. Yang penting datang, duduk, mendengarkan materi sang
ustadz.
Bimbingan
manasik ini diadakan setiap minggu malam usai shalat Isya’. Ada dua sesi
pelajaran yang selalu aku ikuti. Sesi pertama adalah belajar membaca Quran
dengan memperhatikan tajwid. Jadi kami belajar kembali IQRO’ dari jilid 1 – 6.
Serasa kembali ke masa anak-anak. Maksud diadakannya belajar tajwid ini tentu
agar setiap jemaah haji bisa membaca setiap doa dan bacaan surat-surat dalam Al
Quran dengan benar. Malu dong bila
berangkat haji tapi bacaannya tidak tartil, tidak memperhatikan tajwid.
Sesi dua
adalah bimbingan manasik haji. Ustadz memberikan materi dengan gaya santai.
Beliau membebaskan cara duduk, boleh sambil sandaran, boleh juga berselonjor
kaki. Karena tempat bimbingan di dalam masjid, tentu saja suasananya seperti
mengaji di surau. Dengan duduk lesehan di belakang meja.
Materi yang
diajarkan tidak hanya urutan proses haji atau fiqih pelaksanaan rukun haji. Ustadz
memberikan materi sejak jemaah haji masih di tanah air hingga pulang kembali
dari tanah suci.
Setiap
pertemuan, beliau selalu memberikan PR hafalan doa-doa. Seperti bacaan doa
untuk Thawaf putaran I. Kelak dua minggu kemudian, kami akan dites satu
persatu. Jangan takut bila hafalan belum lancar. Tak ada nilai jelek atau cap
buruk bagi peserta bimbingan, toh tes ini untuk kepentingan jemaah sendiri.
Saat aku atau
suami cerita tentang bimbingan manasik ini, ada juga ternyata dari kenalan dan
tetangga yang melontarkan komentar tentang kegiatan ini. Beliau sudah
melaksanakan ibadah haji. Dulu mereka tidak menghafal doa-doa yang disarankan
dalam buku panduan pelaksanaan haji ini. Karena bila menghafal semua doa di
dalamnya, memang cukup sulit. Di samping faktor umur, tentu saja kemampuan tiap
orang dalam hafalan berbeda.
Namun
seperti yang dikatakan ustadz kami, tingkatan ibadah setiap orang memang tidak
sama. Begitu pun orang yang berangkat haji. Tidak semua orang yang akan
menunaikan ibadah haji memiliki kesempatan dalam hal waktu, tenaga dan pikiran
serta materi untuk mengikuti bimbingan manasik yang sempurna. Tapi kalau kita
ingin mencari kesempurnaan dalam beribadah haji, tentu harus melakukan
persiapan yang matang.
Beliau
mengibaratkan perjalanan haji dengan orang yang akan melakukan perjalanan jauh.
Bila jalan yang ditempuh masih berupa hutan belantara. Tentu orang ini harus
membabat pohon-pohon. Kemudian meratakannya dengan batu gunung, kricak, adonan untuk
mengecor hingga hutan itu berubah menjadi jalan yang mulus. Dilanjutkan dengan
mencari transportasi untuk mencapai tempat tujuan.
Tapi bila
persiapan yang dilakukan baru sebatas menebang pohon, tentu kualitas perjalanan
akan berbeda. Perjalanan memerlukan
waktu yang lebih lama. Karena jalan yang tidak mulus.
Nah, berangkat haji pun tidak asal
siap-siap uang dan tenaga. Dibutuhkan persiapan materi tentang pelaksanaan
setiap rukun dan sunnah haji. Maksudnya agar setiap kegiatan beribadah bisa
dilaksanakan dengan tingkat pengetahuan yang cukup. Menjalankan ibadah yang
diiringi dengan pengetahuan agama yang lebih baik tentu berbeda nilainya di
mata Allah Swt. Apalagi dalam salah satu ayat disebutkan, carilah ilmu sampai
ke negeri china. Maksudnya tentu saja agar sebagai manusia jangan berhenti
belajar meski harus pergi ke tempat jauh.
Tentu yang diinginkan setiap jemaah
adalah makbul doanya yang dipanjatkan di tanah suci. Sudah bayar mahal untuk
berangkat haji kalau di sana cuma jalan-jalan dan belanja, dan tidak beribadah
dengan benar kan sia-sia?
Dengan
mengikuti bimbingan manasik ini, kami memiliki waktu yang cukup panjang (40
kali pertemuan) untuk mempelajari materi seputar haji. Bandingkan dengan
manasik yang diadakan oleh Depag, yang hanya 11 kali pertemuan. Itupun dengan
ribuan calon jemaah haji.
Despite increased scrutiny from sure states, together with New York, manufacturers corresponding to DraftKings and FanDuel started to prosper. By 2018, the downfall of PASPA and the rise 카지노 가입쿠폰 of intrastate sports activities betting fuelled a transfer to control fantasy sports activities. Today, states across the US have their own DFS laws in place, which means you're playing in} safely on-line.
BalasHapus