Berdoa di
depan ka’bah adalah salah satu cita-cita yang sudah kujalin sejak sepuluh tahun
lalu. Kepulangan ibu mertua dari tanah suci telah membukakan mata hatiku.
Apalagi beliau juga menyuruh pada kami, putra putrinya agar menyiapkan dana
khusus untuk pergi haji. Maksudnya tentu membuka tabungan khusus haji dengan
menyisihkan uang secara rutin tiap bulan.
Kebetulan
hampir tiap tahun, aku selalu menghadiri acara tasyakuran di rumah tetangga dan
saudara yang akan berangkat haji. Sepulang mereka dari tanah suci, bukan buah tangan berupa makanan
yang aku nantikan. Namun cerita yang mengalir tentang kegiatan selama di tanah
suci yang selalu kutunggu-tunggu. Begitu banyak cerita yang menggetarkan hati
hingga tak terasa mataku pun basah karena haru. Atau cerita lucu sekaligus
tegang karena salah menggandeng tangan orang yang dikira pasangannya :)
Setiap usai
mendengarkan cerita tentang perjalanan haji, hati ini selalu tergelitik oleh tanya
yang tak mampu kujawab, kapan aku dan suami menyusul mereka. Akhirnya pada
tahun 2006 suami membuka rekening khusus tabungan haji di sebuah bank swasta.
Karena meski di hati sudah terpancang niat ingin beribadah haji, tanpa
menyiapkan dana di bank, bagai fatamorgana yang sulit sekali direngkuh.
Banyak orang
yang bilang, ia sudah niat di hati untuk pergi haji. Namun ternyata tak
menyiapkan dana khusus untuk biaya pergi haji.
Tentu saja tabungan yang digabung ini bisa saja sering diambil untuk
keperluan lain, seperti untuk biaya pendidikan, membantu ortu atau saudara,
renovasi rumah, dan sebagainya. Hingga biaya setoran awal ONH tak pernah bisa
terkumpul.
Menurutku,
juga suami, niat berhaji memang harus menyediakan dana khusus yang tak bisa
diutak-atik untuk keperluan lain. Setelah membuka rekening khusus ini, kami
sempat mengalami pasang surut dalam keuangan keluarga. Usaha suami yang
mengalami colaps hingga modal usaha yang ludes, telah mengganggu setoran rutin
di rekening ini.
Namun kami selalu memiliki keyakinan
bahwa setiap hamba yang menafkahkan rezekinya untuk menegakkan Islam, Allah Swt
akan selalu memberi pertolongan. Alhamdulillah setelah empat tahun membuka
rekening tabungan haji, Allah Swt memudahkan urusan kami untuk biaya setoran
awal ONH. Saat itu setoran awal sebesar Rp. 25.000.000,-. Jadi kami harus
menyediakan uang sebesar 50juta agar dapat memperoleh porsi keberangkatan.
Berdoa di depan Ka'bah menjadi cita-cita kami |
Waktu suami mendaftar haji di kantor
Depag kota Semarang, kami cukup terkejut. Daftar tunggu keberangkatan haji kami
mencapai empat tahun. Saat itu tanggal 22 Juli 2010, dan jadwal keberangkatan
kami adalah tahun 2014. Itu pun katanya masuk urutan terakhir. Tetap saja kami
mengucap syukur karena masih diberi kesempatan berangkat tahun 2014. Duuh, rindu kami untuk shalat di depan Ka'bah mesti nunggu lama.
Hal berikutnya yang kami lakukan
adalah, mulai bertanya pada saudara dan tetangga tentang apa yang harus kami
lakukan sebelum tahun keberangkatan ke tanah suci. Banyak saran dan cerita yang
kami rangkum. Yang terbaik dan bisa kami teladani saja yang menjadi catatan
untuk dipelajari.
Seperti misalnya bimbingan manasik
haji. Setiap calon haji baru mendapat bimbingan haji dari Depag kira-kira
setengah tahun sebelum berangkat. Sekitar bulan April setelah ada SK KeMenag. Bimbingan
manasik haji ini sebanyak sebelas kali di kecamatan dan empat kali di tingkat kota. Menurut
kebanyakan jemaah haji, bimbingan ini jelas-jelas tak bisa menjadi pegangan
untuk melaksanakan rukun dan ibadah sunah di tanah suci.
Bila ingin mendapat lebih banyak
bimbingan manasik, biasanya beberapa jemaah haji menjatuhkan pilihan pada KBIH
yang dikelola oleh lembaga atau perorangan. Tentu saja untuk mengikuti
bimbingan manasik ini tidak gratis alias berbayar. Rata-rata mereka memasang
tarif sejumlah Rp. 1.600.000,- hingga Rp. 2.000.000,-. Kalau pasangan suami
istri tentu harus menyiapkan dana dua kali lipat. Padahal kebutuhan dana untuk
keperluan lain masih banyak. Seperti melunasi setoran ONH, biaya tes kesehatan,
menyisihkan uang untuk keluarga di tanah air hingga kalau masih ada dana sisa,
mengadakan walimatul safar.
Alhamdulillah, dari seorang sepupuku,
ada informasi bahwa temannya mengadakan bimbingan manasik gratis. Tentu saja
tak akan aku sebutkan nama ustadz ini, untuk menghindari hal-hal yang tak
diinginkan. Sebabnya adalah, bimbingan manasik haji gratis ini sempat menjadi
keluhan dan protes oleh beberapa lembaga yang menyelenggarakan bimbingan
manasik berbayar. Mereka menyebut tempat bimbingan sang ustadz ini illegal
karena tak berijin dari Depag.
Itulah, di negeri tercinta ini, niat
baik kadang menuai keburukan bagi orang yang tertandingi. Jadi, mohon
dimengerti bila aku merahasiakan nama dan tempat ustadz ini mengadakan
bimbingan. Kecuali bila ada saudara atau tetangga teman-teman yang berniat
betul-betul serius ingin mendapatkan bimbingan manasik secara gratis, call me J Aku dengan senang hati akan memberi
tahu tempatnya. Eh,, tentunya yang bertempat tinggal di Semarang yaaa.
Ck ck ada yang merasa tersaingi oleh ustadz yang baik hati itu ya mbak
BalasHapusiya mbak, itulah makanya saya nggak cerita nama dan tempat tinggal sang ustadz.
Hapus