Tulisan ini dimuat di Majalah
Kartini, edisi 2325 tgl 28/6/2012
MERAWAT ORANG TUA YANG SAKIT DENGAN
HATI IKHLAS
Setiap besuk orang sakit yang rawat inap di rumah, aku selalu membayangkan
kamar yang pengap dan bau khas penyakit. Atau menjumpai sprei yang kusam karena jarang diganti. Itu pun masih ditambah dengan bau obat
antibiotik yang menyergap hidung. Ini pengalaman yang sering aku jumpai. Dan bukan
bermaksud buruk bila akhirnya hidungku mengerut tak tahan. Bahkan kadang aku mesti menahan nafas.
Sore itu aku janjian dengan sepupu, akan membesuk bulik yang mengalami
stroke. Aku sudah membayangkan kamar dengan aroma tertentu.
Biasanya penderita stroke yang sudah parah, akan menggunakan pampers agar
memudahkan dirinya sendiri dan orang yang merawatnya. Meski ada juga penderita yang tak
nyaman menggunakannya. Dan hal ini
menjadi bahan pertikaian dengan keluarga atau orang yang merawatnya.
Namun tak demikian yang aku jumpai di kamar bulik. Begitu aku masuk ke
kamar beliau, harum aromatherapi yang menyegarkan, menyambut kedatangan
kami. Di atas pembaringan, beliau tidur dengan
nyaman. Pakaian yang dikenakannya bersih dan wangi. Saat aku
mendekat untuk mencium pipinya, aroma sabun mandi masih menguarkan wangi yang khas.
Mataku masih menjelajah seisi kamar. Kali ini pandanganku terpusat pada kertas ukuran
folio yang berisi tulisan jadwal piket. Ah, rupanya ada sesuatu dibalik
kebersihan ruangan ini.
Dari cerita putra-putrinya, selama ini telah disusun jadwal bagi anak dan
menantu untuk merawat ibundanya. Tak ada alasan tak ada waktu, karena
semua memperoleh giliran jaga sesuai keinginan masing-masing. Jadi, kegiatan bulik mulai pagi hari hingga menjelang tidur
malam, selalu ada dua orang anak dan menantu yang siaga merawat. Tidak
sekedar merawat, seperti memandikan bulik serta mengganti pakaian yang
bersih setiap pagi dan sore hari.
Putra-putrinya dan menantu bulik juga menyuapi makanan dan meminumkan
obat.
Seperti penderita stroke yang tak
bisa lagi beraktivitas secara normal.
Butuh seorang perawat yang memiliki kesabaran ekstra dan tekat kuat saat
tiba waktu makan. Ketika bulik bisa
menelan lebih dari empat sendok makan, pujian akan terlontar dari putra atau
putrinya. Namun saat mereka tak mampu
menyuapkan satu sendok pun, tak ada ucapan jengkel atau marah kepada sang
ibu. Jurus merayu sambil melontarkan
candaan menjadi senjata untuk meluluhkan hati sang ibu agar berkenan membuka mulut serta menelan makanan.
Begitu halnya kala meminumkan
obat. Sepupuku yang saat itu bertugas
menjaga sang ibu bercerita,”Ibu nggak mau dirawat di rumah sakit. Mungkin ibu trauma saat merawat bapak
dulu. Jadi, sebelum sakit ibu tambah parah,
beliau sempat berucap tak mau dibawa ke rumah sakit,”
“Kalau bulik dipaksa aja, gimana?”
“Uhhh…sudah mbak. Tapi ibu tetap bergeming. Ya, akhirnya kami rawat ibu seperti perawat di rumah sakit.
Kamar harus selalu bersih. Sprei harus diganti setiap hari. Ibu juga tetap mandi dua kali sehari, meski
dengan menyeka tubuhnya pakai waslap yang dicelupkan ke air hangat. Dan pakai sabun juga lho, mbak,”
Aku manggut-manggut saja
mendengarkan. Pantas saja setiap orang
yang membezuk bulik, selalu memuji kondisi kamar dan si penderita yang selalu tampil
bersih. Kesungguhan putra-putri bulik
memang patut diacungi jempol. Menantunya
pun tak kalah hebat. Rumah mereka
tinggalkan setiap pagi selama enam hari.
Putri bungsu bulik yang tinggal serumah, memiliki jadwal merawat sang
ibu saat hari Minggu. Meski tentu saja
jadwal piket ini tidak seketat aturan di rumah sakit. Mereka bisa saling bertukar hari bila ada
keperluan yang cukup mendesak. Bagi
mereka, limpahan kasih sayang pada sang ibu saat menderita sakit, tak pernah cukup untuk menggantikan setiap
perhatian yang pernah mereka terima.
Yang membuat aku semakin
takjub, karena melihat sendiri pemandangan ini, adalah keikhlasan anak dan
menantunya menuntun beliau agar tetap menunaikan sholat lima
waktu. Dalam keadaan
sakit, bulik memang tetap ingin menjaga sholatnya. Putra-putri dan menantunya bergantian menuntun bulik mulai
berwudlu, memakaikan mukena hingga mengimami sholat. Semua dilakukan di
atas pembaringan, karena bulik sudah tak bisa melakukannya dengan sempurna.
Duh, betapa bahagianya
seorang ibu yang memiliki anak dan menantu yang mampu saling tolong menolong
dalam ujian kehidupan ini. Dalam ujian sakitnya, aku yakin, ada syukur yang
pasti selalu mengalir di hati dan tubuh
sang ibu. Bersinergi dengan keikhlasan
hati dan pikiran yang mampu menerangi rumah ini dengan cahaya kesabaran.
Malaikat pun pasti turut berdzikir memandu seluruh penghuni rumah.
Air mataku mengalir. Aku meyakini, para sepupuku dan pasangan
hidupnya, Insya Allah akan menjadi calon penghuni Surga dari Pintu Keikhlasan merawat sang ibu.
Tak ada keluh kesah yang terdengar dari mulut mereka. Yang ada malah
berbagi kisah lucu, haru dan kesabaran tentang betapa berlimpah nikmat merawat sang ibu.
Aku berpikir, mampukah
kelak bila orang tuaku sakit, bisa sesabar dan seikhlas mereka
menjalaninya? Keyakinanku ini membutuhkan konsisten yang tinggi dalam
bersikap dan melakukan tindakan nyata kelak. Semoga aku mampu merawat
kedua orang tuaku dengan kesabaran dan penuh keikhlasan.
----00----
bahagianya punya anak yg memperhatikan kita jika tua kelak,TFS mbak
BalasHapusAmiin, semoga ya...
BalasHapusmakasih udah ninggalin jejak yaaa :)
Ibu saya sudah meninggal, 17 Nopember 2012 lalu di usia 55 tahun.artikel nya bermanfaat sekali. kalau perlu dibaca tiap hari oleh para anak supaya tetap semangat dan istiqomah berbakti kepada orang tua sebakti-baktinya. Untuk tetap sabar menghadapi ibu yang sakit tentunya hrus dgn bermodal ketaqwaan kepada Allah, slalu ingat Allah dan ingat kematian
BalasHapusTurut berduka buat ibunda ya mbak Yanti.
HapusMakasih udah ikutan membaca kisah bulik saya :D
Makasih panduan merawat ortu yang sakit ini.
BalasHapusSama-sama :D
Hapusmasya Allaah, terharu saya bacanya, mbak... keikhlasan anak & menantu dalam merawat orang tua bernilai pahala yang sangat besar karena termasuk amalan birrul walidain (berbakti pada ortu) yang dianjurkan dalam Islam.
BalasHapusjadi inget ibu saya sendiri yang sakit stroke. beliau udah meninggal, dan saya merasa bersalah karena merasa belum maksimal saat merawat beliau...
Turut berduka buat ibunda ya mbak Nisa, moga beliau khusnul khotimah.
HapusTak perlu merasa bersalah, berbakti tak dibatasi oleh waktu. Sekarang pun kita bisa berbakti dengan menjadi anak solehah. Menjalankan kewajiban sebagai muslimah yang taat pada tuntunan Rasulullah :D
Thanks mbk tulisanx inspiratif banget salam kenal yaaa. saat ini sy sedang merawat ibunda yg sdng sakit stroke sejak 6 bulan yll. Sy bersukur di berikan suami yg baik dan syngx kpd ibunda melebihi anakx sendiri. Semoga tulisan ini bisa menjadi ispirasi buat yg lain agar dlm merawat orng tua dengan penuh kesabaran dan ikhlas
BalasHapusSalam kenal juga Nia, semoga ibu dimudahkan penyembuhannya. aamiin
Hapusterima kasih ya mbak,artikelnya membuat saya menangis karna saat ini saya sedang merawat ibu yang sedang sakit stroke....semoga saudara2 saya membacanya dan terketuk hatinya untuk bisa lebih sabar lagi.
BalasHapusBersyukurlah Anda menjadi anak yang sholeh, saya turut senang jika banyak orang seperti Anda. Ayah saya sudah meninggal thn 2004 yang lalu, dan sekarang masih ada ibu. Tapi seakan tidak memiliki keduannya, yah! saya seolah tidak di anggap anaknya gak tahu masalahnya apa. Hehe,,, jadi curhat nih, mungkin ini yg menjadi rezeki saya. Tuhan Maha Kasih. Makasih mba sudah menginspirasi,
BalasHapusSemoga lekas sembuh.
jadi ingat waktu neenk sakit bertahun2, ibulah yg merawat nenek
BalasHapusjadi ingat emakku yang juga suka sakit sakitan
BalasHapustfs mbak, tulisannya benar2 dalam dan jadi bahan merenung semoga
BalasHapusTante ku jg sakit stroke dr maret 2013...berangsur pulih. Tp des 2013. Saat bawa jalan2 pagi jatuh ke got dgn jahitan di kepala.pemulihan mjadi ulang dari awal. Sempat putus asa & hilang smangat. Tdk mau makan & minum. Kami tidak menyerah bujukan & rayuan. Puji syukur saat ini kondisinya mulai berangsurbaik. Wlpun ktergantungan pampers otot salurannya lemah jd kencing tidak berasa. Buat kalian yg punya kluarga stroke.Jangan menyerah slalu semangat.Yang sakit bukan beban.Penuhin kasih sayang & cinta dalam merawat karena di situlah kekuatan kita dlm merawatnya. Saya uda merasakan
BalasHapusTante ku jg sakit stroke dr maret 2013...berangsur pulih. Tp des 2013. Saat bawa jalan2 pagi jatuh ke got dgn jahitan di kepala.pemulihan mjadi ulang dari awal. Sempat putus asa & hilang smangat. Tdk mau makan & minum. Kami tidak menyerah bujukan & rayuan. Puji syukur saat ini kondisinya mulai berangsurbaik. Wlpun ktergantungan pampers otot salurannya lemah jd kencing tidak berasa. Buat kalian yg punya kluarga stroke.Jangan menyerah slalu semangat.Yang sakit bukan beban.Penuhin kasih sayang & cinta dalam merawat karena di situlah kekuatan kita dlm merawatnya. Saya uda merasakan
BalasHapusSubhanallah bikin air mata saya mengalir deras, saat ini saya sedang merawat ibu saya yg sudah 5thn sakit stroke dan sekarang mengalami pembengkakan jantung,jujur saya sangat iri membaca cerita diatas,😂😂
BalasHapusIkhlas merawat orangtua sakit memang kewajiban kita sebagai anak, ya, Mbak. Mereka juga selalu ikhlas berbuat yang terbaik untuk kita.
BalasHapusMenginspirasi banget tulisannya mba, saat ini ibu sy juga sedang sakit stroke usia ibu saya sudah 75tahun kata dokter stroke infak karena faktor usia yg sudah lanjut, sampe makan dan minum pake slang,dan tidak bisa bicara, ya Allah semoga dengan sakit , ibu saya dihapus dosa-dosanya,semoga kami anak- anaknya , menantu dan cucu2nya serta paman dan bibi saya sabar dan ikhlas dalam membantu merawat ibu saya yang kebaiknnya kasih sayangnya akan selalu kami ingat selalu
BalasHapusAmat sangat menginspirasi,mba...terima kasih sudha diingatkan utk terus bersemangat tak kenal lelah utk mngurus orang tua...Kebtulan kaloi ibu saya sudah dari 2008 dipanggil keharibaan Sang Kholik..Dan saat ini ayah saya sdg di uji dengan sakit batu ginjal yang belum berhasil ditangani dengan tembak laser (ESWL), namun itu tidak menutup kemungkinan ada opsi2 pengobatan dan upaya penyembuhan lainnya yang smoga menjadi jalan kesembuhan ayahanda kami...
BalasHapusBismillah...smoga ALLAH sll menguatkan kami anak2nya yang hanya dua orang ini untuk terus berikhtiar, berupaya dan tidak kenal lelah mengurus beliau, menunggui beliau, mengingatkan dan membantu tetap menjalankan kwajiban sholat 5 waktunya...Skali lagi terima kasih utk kisah nyata yang dituturkan di Blog ini meski tulisan dlm blog ini sudah lumayan lama di buat...^_^
Coba baca juga nih Manfaat Asuransi Kesehatan
BalasHapus