Courtesy foto : siswa SMP IT PAPB |
Apa sih yang dipersiapkan orang tua saat putra-putrinya mengikuti ujian nasional? Menyediakan waktu longgar bagi mereka agar belajar dengan lebih tekun, itu pasti yaaa... Namun ada juga yang ikut sibuk mengatur jadwal belajar dan melarang bermain game, dan ujung-ujungnya bikin anak-anak bete. Ah, kalo saya sih, biarin aja pas libur weekend mereka bermain game sepuasnya. Hitung-hitung itu saat refreshing agar otak jadi tak jenuh.
Nah, kalo orang tua memiliki kewajiban mengawasi putra-putrinya belajar di rumah, apa donk tugas guru?
Kalo di sekolah sih udah jelas ya, tugas guru adalah membantu siswa memahami setiap soal yang masih butuh penjelasan. Kemudian, memberikan konsultasi bimbingan perkelompok dan khususnya masin-masing anak, bagi yang masih butuh penjelasan secara privat. Kebetulan belajar model kelompok memang udah dibikin rutin begitu siswa mau mendekati saat ujian di awal semester 2.
Di SMP IT PAPB ini selain program belajar kelompok dengan bimbingan seorang guru, juga digiatkan Istighotsah sebanyak tujuh kali. Biasanya bulan desember sudah dimulai pelaksanaannya, yang rutin tiap dua minggu sekali. Peserta istighotsah tentu saja siswa kelas 9 bersama segenap staf pengajar, kepala sekolah, ketua yayasan dan orang tua murid. Istighotsah dipimpin oleh seorang ustad tamu dari pimpinan pondok pesantren hingga majelis taklim.
Sedangkan mendekati ujian sekolah, dimulai juga program Tahajud Call. Yaitu, seorang guru ditugaskan menghubungi nomor telepon siswa yang menjadi anggota kelompok bimbingan belajarnya. Maksudnya tentu saja sang guru membangunkan agar siswa tersebut melakukan shalat Tahajud. Biasanya sih selewat tengah malam bapak / ibu guru bakal menghubungi siswa yang menjadi anggota kelompoknya, satu persatu.
Seperti sang kakak yang juga pernah bersekolah di tempat sama, si bungsu tahun ini juga mengalaminya. Guru pembimbing kelompoknya sudah tiga kali menghubungi si bungsu via hape pribadinya. Bangunkah si bungsu dari tidurnya? Oiya, bangun!
Tapi rupanya, usai bangun ia cuma duduk bengong. Trus lanjut tidur lagi, huhuhahaaa..
Berbeda dengan si kakak yang udah langsung menerima telepon dan menjawab ucapan salam guru pembimbingnya. Si adik ini mendiamkan dan mematikan hapenya. Pingin jitak aja nih emaknya, elus dada...
Untungnya sih hanya Tahajud call yang pertama aja yang gatot, alias gagal total. Tahajud call berikutnya, si adik udah ngerti kewajibannya.
"Waktu pertama kan aku nggak sadar, bangun tidur ya tidur lagi," Penjelasan si bungsu ini bikin kami terbahak-bahak.
Niat sekolah sih baik, melatih anak didiknya berjuang tidak hanya dengan ikhtiar belajar saja. Namun juga diiringi dengan amalan ibadah seperti shalat sunnah Dhuha, shalat Hajat, Shalat Tahajud, sedekah dan puasa sunnah.
Bukan hanya siswa saja yang menjalankan amalan ini. Kepala sekolah hingga segenap staf pengajar pun ikut melaksanakan amalan yang sama. Dan sebagai orang tua siswa, Inshaa allah saya, mungkin juga sesama wali murid lain melakukan amalan yang serupa. Semua kami lakukan untuk memberikan support pada anak-anak kami tercinta ini. Satu harapan yang sama dari kami semua adalah, mereka dapat lulus dengan nilai akhir yang terbaik, serta berakhlak baik.
Kelulusan di sekolah ini memang tak hanya mengandalkan nilai terbaik, tapi sejak lama sudah memasukkan unsur akhlak setiap siswa dalam penilaian. Kalo nilai ujian seperti matematika atau bahasa inggrisnya bagus, tapi kurang sopan pada guru atau penjaga sekolah, bisa mengurangi nilai yang didapat siswa.
Begitu juga bila siswa tidak mampu berteman dengan baik, biang rusuh, nilai pelajarannya bakal menjadi pertimbangan untuk dikurangi.
Tujuan pendidikan di sekolah ini tidak semata mengejar nilai ujian akhir. Namun juga nilai etika selama bergaul di dalam kelas, dengan guru, teman dan setiap orang yang ada di lingkungan sekolah. Sebuah tujuan akhir yang sangat saya sukai karena bisa jadi bekal mereka menjalani kehidupan yang sangat rumit di masa datang.
Wah bagus juga ya mbak ada Tahajjud call. Pertama kali pasti berat karena ngga biasa bangun, lama-kelamaan tanpa di call udah bangun sendiri palingan hehe
BalasHapusIni bagus banget ide tahadjut call untuk para siswanya. Bagusss.... asyik juga buat ditiru oleh sekolah lain.
BalasHapusIde brilian, Mak. Bisa jadi insprasi buat sekolah-sekolah yang lain :D
BalasHapusBetul Mak, anak sudah maximal belajar, dibooster dengan doa hasilnya akan lebih optimal. Soal dan ujian apapun Insya Allah akan terlampaui.
BalasHapusIni yg bikin aku pengin masukin Vivi ke sini, Mba.... tapi masih myumet dg biaya masuknya itu loohhh hihiii...
BalasHapusBagus juga ya idenya, ortunya juga bisa tahajud sekalian...;)
BalasHapusideny oke juga ya mbak tahajud call. Kalau di sekolah tempat anak say asekolah adanya mabit aja
BalasHapuswah malu aku malu, tahajudnya masih jarang banget :(
BalasHapusjadi inget waktu kuliah mak, saya deket ke DT nya aa Gym ada juga program tahajjud call kaya gini tapi saya ga ikut sih. insyaallah masih bs bangun sendiri
BalasHapusTahajjud call...hmmm, jaman dulu (7 atau 8 tahun lalu) kami pernah bikin sms dan mc- an ngehits banget. Jadi seorang teman membangunkan 2 ato 3 teman lewat sms ato mc, kemudian diteruskan ke teman yg lain, kemudian diforward ke yg lainnya lagi...asyik ya, jd semangat.
BalasHapussukses tuk uan nya tu
BalasHapus@guru5seni8
http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com
Subhanallah programnya keren ya mbaaa...semoga lancar UN ya mas..aamiin
BalasHapus