Libur akhir tahun ini kami
memilih destinasi wisata di Situs Candi Ratu Boko. Alasannya sih tempat tersebut
akan kami lewati sepulang dari wisata pantai di daerah Gunung Kidul. Suami pun
menyetujui usulan kami bertiga.
Situs candi ini berlokasi di
daerah Piyungan, Yogyakarta.
Terletak di daerah berbukit, pengendara harus hati-hati setiap melewati
tikungan.
Bahkan di satu tikungan jalan, ada seorang petugas yang memandu pengendara mobil yang melintas. Bila bertemu mobil ukuran van, pengendara mobil dari bawah harus berhenti agak ke pinggir badan jalan. Karena jalannya sempit dan berliku serta menanjak. Jadi untuk berpapasan dengan mobil lain memang kudu waspada karena beberapa bagian wilayah ini salah satu sisi jalan adalah jurang.
Bahkan di satu tikungan jalan, ada seorang petugas yang memandu pengendara mobil yang melintas. Bila bertemu mobil ukuran van, pengendara mobil dari bawah harus berhenti agak ke pinggir badan jalan. Karena jalannya sempit dan berliku serta menanjak. Jadi untuk berpapasan dengan mobil lain memang kudu waspada karena beberapa bagian wilayah ini salah satu sisi jalan adalah jurang.
Si petugas dibekali peralatan komunikasi untuk saling melaporkan kondisi jalan yang kosong atau ada mobil yang akan melintas. Kami sempat dipersilahkan berhenti sejenak karena akan ada iring-iringan mobil jenis minivan dari arah atas yang akan melintas.
Tempat ini dikelola dengan profesionalitas yang tinggi. (Baru dapat info kalo yang ngelola tempat ini seorang perempuan berusia muda, belum genap 30 tahun). Area parkir lumayan luas. Mungkin Karena bus pariwisata tidak diijinkan mencapai lokasi. Hanya mobil pribadi yang boleh memasuki area parkir. Namun jangan kecewa bagi pengunjung yang menggunakan bus, pengelola situs ini telah menyediakan mobil jemputan yang memadai. Biasanya bus pariwisata ditinggal di candi Prambanan, dan dijemput oleh minibus yang disediakan petugas.
Begitu kami berjalan menuju kawasan candi, ada petugas yang mengarahkan kami untuk membeli tiket seharga Rp. 25.000,- perorang. Kami berempat dikenakan Rp.100.000,- plus parkir mobil Rp.5.000,-. Jadi aku harus merogoh kocek sejumlah Rp. 105.000,-. Tiket ini bisa digunakan untuk mengunjungi lokasi candi Prambanan dan Borobudur dalam satu hari yang sama.
Pemandangan dari Teras Sunset BOKO |
Di sebelah kanan tampak bangunan Candi Prambanan yang megah terlihat mungil. Situs Candi Ratu Boko terletak di ketinggian. Hingga setiap pengunjung yang berdiri di teras ini bisa memandang pemandangan daerah Piyungan dan sekitarnya, termasuk candi Prambanan.
Suami mengingatkan kami yang terlalu asyik foto-foto di teras Sunset Ratu Boko. Karena tujuan kami kan mau mengunjungi candi di bagian dalam. Akhirnya kami pun meneruskan langkah. Sebelum memasuki area candi, kami disambut petugas yang meminta tiket. Petugas juga membagikan botol air mineral pada masing-masing pengunjung yang membawa tiket masuk. Sebelumnya seorang petugas memakaikan kain untuk dipakai setiap pengunjung.
Banyak wisatawan yang berkunjung ke situs ini |
Gapura candi Ratu Boko ini terdiri dari dua buah bangunan berbentuk Paduraksa dengan puncak bangunan atau atap berbentuk Ratna. Gapura ini berfungsi sebagai gerbang masuk utama. Bangunannya terbuat dari batu andesit.
(Info ini aku peroleh dari tulisan yang ditempel di papan pengumuman dekat Gapura)
Anak tangga ini seperti pintu menuju ruang bawah tanah. |
Meski susunan batunya tidak
seperti candi Prambanan atau Borobudur yang membentuk bangunan, situs ini tetap
menarik untuk dikunjungi. Lingkungannya yang berudara sejuk, bikin kami betah
berlama-lama menyusuri hingga masuk ke dalam kawasan situs. Padahal area situs
ini sangat luas. Kaki pun terasa penat. Namun kelelahan kami terobati karena
pemandangan di seputar area yang sangat indah. Sayangnya kamera kami nyaris lowbatt, jadi foto-foto yang kami ambil hanya sedikit.
Dijamin pengunjung yang suka 'selfie' gak bakal bosan saking banyaknya pilihan lokasi untuk narsis. Ayo, berkunjung ke situs Candi Ratu Boko :)
waaah... suka jalan juga mak? hehe... pingin ke sanaaa ^^
BalasHapusHihii..maaf banget baru dibales :))
HapusIya mbak Intan, kalo pas ada rejeki dan waktu libur. Makasih udah berkunjung :)
Wah aku malah belum pernah kesini hiks. Wong Yojo macam apa aku ini? Itu restonya mihil nggak mak? Hihihiii.... Soal kain itu, aku pernah tanya ke petugas Borobudur. Kalau disana dimaksudkan untuk membatasi pengunjung sejumlah kain tersebut. Kalau kain habis, pengunjung harus menunggu kain yang kembali dari atas. Ini karena Borobudur sudah dikomplain oleh UNESCO yg membiayai pemugaran karena tingkat kerusakan yg tinggi akibat jumlah pengunjung yg tidak terkontrol.
BalasHapus